BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pengajaran bahasa, perlu diterapkan berbagai disiplin ilmu di samping
ilmu linguistik terapan. Mengingat juga berbagai persoalan yang timbul dalam
pengajaran bahasa baik dari segi proses belajar-mengajar dan hal-hal yang
berhubungan dengan pengajaran bahasa yang lain. Persoalan dalam pengajaran
bahasa menjadi masalah atau hal yang berat. Karena bertujuan untuk menuntaskan
peserta didik agar dapat berbahasa dengan baik dan benar. Untuk mencapai
keberhasilan dalam pengajaran bahasa, perlulah guru maupun calon guru berupaya
dengan menerapkan berbagai ilmu pendukung profesi. Salah satu ilmu yang berhubungan
dengan bahasa maupun menunjang pengajaran bahasa adalah psikolinguistik.
Dikaitkan dengan psikolinguistik sebab di dalamnya mengandung:
1) ruang lingkup ilmu yang dapat dijangkau oleh manusia,
2) metode untuk memperoleh dan menyusun pengetahuan, dan
3) pemanfaatan untuk kepentingan dan
kesejahteraan manusia. Berdasarkan keterangan di atas, maka makalah ini
menyajikan implikasi psikolinguistik yang berkaitan dengan pengajaran bahasa
sebagai pendukung linguistik terapan yang telah tersedia.
B. Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk membuka pengetahuan serta mengorek
betapa pentingnya kedudukan psikolinguistik yang mempunyai implikasi dalam
pengajaran bahasa (terutama dari segi proses belajar-mengajar) bagi pembaca
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Selain itu makalah ini dapat
dijadikan sebagai referansi bagi manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
I. LANDASAN BIOLOGIS PADA BAHASA
A. Komponen Biologis
Bahasa
Komponen biologis tersebut mempunyai pengaruh
besar dalam menentukan kemampuan bahasa. Karena kemampuan bahasa ini tidak
tergantung pada intelegensidan besarnya otak melainkan bergantung pada bentuk
‘jadi manusi” oleh karena itu adalah hal yang sia-sia mengajrkan binatanng
berbahasa.
Pernyataan ini dibenarkan oleh Erie Lennerberg
menyatakan bahwa manusia mempunyaikecendrungan biologi yang kusus untuk
memperoleh bahasa yang tidak di miliki hewan. Ia beralasan , didalam otak
manusia terdaoat pusat-pusat saraf untuk berbahasa , perkembangan bahasa pada
semua bayi sama, pertumbuhan bahasa pada manusia adalah hambatan, bahasa tidak
mungkin di ajarkan keda makhluik lain, semua bahasa didunia memiliki
bagian bagian yang sama yang ber sifat universal.
B. Pengantar Perkembangan
Bahasa
Pakar bahasa jerman ia berpendapat bahasa
(tata bahasa) suatu masyarakat menetukan perkembangan hidup masyarakat menurut
bahasa itu. Bahasa merupakan suatu kegiatan yang memiliki prinsip-prinsip
sendiri, pernyataan ini ada kesamaan pendapat yang di kemukan oleh Leonard
Bloomfield, Linguis asal Amerika, dalam kajiannya dalam kajiannya mengalisis
bahasa sudah di pengaruhi oleh aliran Mentalisme dan aliran Behaviorisme, ia
berpendapat bahwa, berbahsa dimulai dari melahirkan pengalaman yang luar biasa.
a. Melahirkan pengalaman dalam bentuk bahasa
merupakan tekanan emosiyang kuat, maka muncullah ucapan (kalimat) aklamsi
b. Jika pengalaman ini lahir oleh keinginan
berkomunikasi maka lahirlah ucapan (kalimat) deklarasi
c. Jika keinginan berkomunikasi bertukar menjadi
ingin tahu maka muncullah ucapan (kalimat) interograsi
C. Peran Koknisi Pada
Landasan Biologis
Pada tahap ini Spiskolingguistik mulai
mengarah pada peran koknisi dan landasan biologis pada manusia dalam
pemerolehan bahasa, polopor Chamsoki menyatakan bahwa :
· Pemerolehan pada manusia bukanlah penguasaan
komponen melainkan bahasa yang berlandasan pada prinsip-prinsip kognitif.
Kemampuan manusia berbahasa bukarna lingkungan
tapi karena kodrat Neorologis yang dibawa sejak lahir dan juga bahsa iru di
peroleh dari satu generasi ke generasi lainnya.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut sebagai penutup
dari makalah ini kami ingin mengemukakan beberapa kesimpulan dari diskusi ini,
di antaranya
· Berbahasa tidak hanya melibatkan unsur-unsur
yang bersifat Spiskolingguistik, tapi perlu mempelajari seluruh seluk beluk
landasan bahasa.
· Salah satu bagian dari tata bahasa adalah
Spiskolingguistik yaitu bagian dari ilmu bahsa yang mempelajari unsur-unsur
pemahaman bahasa
· Komponen biologis bahsa bukanlah suatu gejala
tunggal melainkan tahap dan proses dalam berbahasa
b. Saran
· Seharusnya orang yang mengunakan kebahasaan
yang baik dan benar harus mengikuti aturan-aturan Spiskolingguistik dan
pemahamannya.
DAFTAR PUSTAKA
Soenjono
Dardjowidjojo. Psikolinguistik:
Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2003), h. 189-191.
Soenjono
Dardjowidjojo. Psikolinguistik:
Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, h. 192-197.
Soenjono
Dardjowidjojo. Psikolinguistik:
Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, h. 192-197.
Mansoer Pateda. Aspek-Aspek Psikolinguistik. (Flores:
Nusa Indah, 1990), h. 15-17.
Mansoer Pateda. Aspek-Aspek Psikolinguistik, h. 15-17.
Soenjono
Dardjowidjojo. Psikolinguistik:
Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, h. 197-199.
Sri
Utaru Subyakto dan Nababan. Psikolinguistike: Suatu
Pengantar (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), 108-109.
Soenjono
Dardjowidjojo. Psikolinguistik:
Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, h. 199.
Dardjowidjojo,
Soenjono. Psikolinguistik:
Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2003.
Pateda, Mansoer. Aspek-Aspek Psikolinguistik. Flores:
Nusa Indah, 1990.
Subyakto,
Sri Utaru dan Nababan. Psikolinguistik: Suatu
Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota
masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Berbahasa merupakan proses mengomunikasikan bahasa tersebut. Proses berbahasa
sendiri memerlukan pikiran dan perasaan yang dilakukan oleh otak manusia untuk menghasilkan
kata-kata atau kalimat. Secara teoritis proses berbahasa dimulai dengan enkode
semantik, enkode gramatika dan enkode fonologi. Enkode semantik dan enkode
gramatika berlangsung dalam otak, sedangkan enkode fonologi dimulai dari otak
lalu diteruskan pelaksanaannya oleh alat-alat bicara yang melibatkan sistem
syaraf otak bicara. Ketiga enkode tersebut berkaitan dalam kegiatan produksi
bahasa seseorang yang juga berkaitan erat dengan hubungan antara otak dan organ
bicara seseorang.
Manusia yang normal fungsi otak dan alat
bicaranya tentu dapat berbahasa dengan baik. Namun, mereka yang memiliki
kelainan fungsi otak dan alat bicaranya, tentu mempunyai kesulitan dalam
berbahasa, baik produktif maupun reseptif. Jadi, kemampuan berbahasa terganggu.
Gangguan-gangguan berbahasa tersebut sebenarnya akan sangat mempengaruhi proses
berkomunikasi dan berbahasa. Banyak faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan
adanya gangguan berbahasa, kemudian factor-faktor tersebut akan menimbulkan
gangguan berbahasa. Maka dari itu, dalam makalah ini akan dijabarkan macam
gangguan berbahasa yang sering dialami manusia berserta factor-faktor yang
menyebakannya.
B. Rumusan masalah
Makalah ini memiliki rumusan masalah apa
sajakah yang termasuk gangguan berbahasa?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui macam gangguan dalam berbahasa.
D. Manfaat
a. Manfaat Praktis, Menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa
dalam bidang psikolinguistik terutama yang menyangkut masalah gangguan
berbahasa.
b. Manfaat Teoretis Manfaat teoretis dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah referensi dalam bidang psikolinguistik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN TINDAK
UJARAN
1. PENGENALAN
Seperti dinyatakan dalam Bab III, pemahaman
terhadap ujaran boleh berhenti apabila ujaran itu dimengerti, atau dilanjutkan
dengan suatu tindakan. Bila kita mendengar ujaran atau membaca suatu wacana
yang isinya merupakan pemberitaan belaka, maka pada umumnya kita hanya memahami
saja apa yang diujarkan atau ditulis dalam wacana tersebut. Jikalau, misalnya,
kita mendengar ujaran
a. Para pendukung Mbak Gema sudah mulai
berdatangan maka kita boleh diam saja atau memberikan tanggapan verbal, tetapi
tidak ada kewajiban bagi kita melakukan sesuatu setelah memahami ujaran
tersebut. Akan tetapi, pada suatu suasana lain, tidak mustahil bahawa pemahaman
terhadap ujaran memerlukan tanggapan yang berupa tindakan. Apabila, misalnya,
kita mendengar ujaran
b. Tolong pintunya ditutup maka kita tidak cukup
hanya memahami makna ayat (2), tetapi kita juga harus melakukan suatu perbuatan
tertentu, yakni, menutup pintu yang dimaksudkan. Dengan kata lain, pemahaman
terbagi atas dua bahagian (Clark dan Clark 1977): (1) pemahaman untuk memahami
makna suatu ujaran (sudah dibahas di oBab III), dan (2) pemahaman bagi
melaksanakan makna ujaran tersebut. Bab IV membahas bahagian kedua dari dua
bahagian ini, yakni, pelaksanaan tindak ujaran. Bab ini adalah langkah lanjutan
setelah orang memahami ujaran yang baru saja didengarnya.
2. TUJUAN UJARAN
Dalam menghasilkan ujaran, manusia pastilah
mempunyai tujuan, bahkan waktu kita sedang berbual-bual dan berjalan-jalan ke
sana kemari sekalipun. Tujuan tadi berupa pemberian informasi kepada pendengar.
Kalau dalam suatu wacana dialog, misalnya,
kita menemui ayat
1. Pak Wijoyo sekarang ada di Leipzig maka kita sebagai pendengar akan menangkap makna ujaran tersebut tetapi kita tidak akan berbuat apa-apa, seperti menutup pintu atau membuka jendela. Yang akan kita lakukan adalah menangkap makna tersebut dan kemudian menyimpannya dalam memori kita. Pada suatu masa lain, mungkin informasi ini diperlukan. Sebagai contoh, apabila, pada suatu hari ada orang hari bertanya Di mana Pak Wijoyo, ya, sekarang.
1. Pak Wijoyo sekarang ada di Leipzig maka kita sebagai pendengar akan menangkap makna ujaran tersebut tetapi kita tidak akan berbuat apa-apa, seperti menutup pintu atau membuka jendela. Yang akan kita lakukan adalah menangkap makna tersebut dan kemudian menyimpannya dalam memori kita. Pada suatu masa lain, mungkin informasi ini diperlukan. Sebagai contoh, apabila, pada suatu hari ada orang hari bertanya Di mana Pak Wijoyo, ya, sekarang.
Ayat (1) juga mengandung perpaduan satu
proposisi dengan proposisi lain. Ini bermaksud, ada argumen Pak Wijoyo dan
predikasi ada di Leipzig dan keterangan waktu sekarang. Di samping itu, orang
yang menghasilkan ujaran ayat (1) juga mempunyai anadaian-andaian tertentu
mengenai pengetahuan orang yang diajak bicara, si interlokutor. Pembicara pasti
berandaian, misalnya, bahawa pendengar mengenali Pak Wijoyo itu. Yang tidak dia
ketahui adalah apa yang terjadi padanya, yakni, keberadaan dia di Leipzig pada
masa ini.
Dengan demikian, suatu ujaran itu mengandung
di dalamnya tiga unsur: (a) tindak ujaran (speech acts), muatan proposisi
(propositional content), dan muatan tematik (thematic content). Marilah kita
lihat ketiga-tiga unsur ini lebih lanjut.
Tindak Ujaran Konsep mengenai tindak ujaran
(Speech Acts) mulai dipikirkan oleh seorang profesor Universiti Oxford, John L.
Austin, dalam syarahannya di Universiti Harvard tahun 1955. Syarahan ini
kemudian diterbitkan menjadi buku dengan judul How to Do Things with Words pada
tahun 1962 setelah beliau meninggal. Karya beliau tersebut kemudian dilanjutkan
oleh salah satu mahasiswa Amerikanya, J.R. Searle, yang kemudian menerbitkan
buku Speech Acts (1969) (Mei 1998: 1051; Mei 2002: 92).
Searle membahagi tindak ujaran ke dalam lima
kategori (Searle 1969: 34; Mey 2002: 120): (a) representatif, (b) direktif, (c)
komisif, (d) ekspresif, dan (e) deklarasi. Tindak ujaran yang berupa
representatif adalah pernyataan (assertions) tentang suatu keadaan di dunia.
Dari segi pembicara apa yang dinyatakan itu mengandung kebenaran. Oleh sebab
itu, jikalau pembicara berkata
2. Katanya, Abu Hamzah mempunyai empat isteri maka ayat tadi dari segi pembicara menyatakan suatu proposisi yang benar.
2. Katanya, Abu Hamzah mempunyai empat isteri maka ayat tadi dari segi pembicara menyatakan suatu proposisi yang benar.
Pada tindak ujaran direktif, pembicara
melakukan tindak ujaran dengan tujuan agar pendengar melakukan sesuatu. Wujud
tindak ujaran ini dapat berupa pertanyaan seperti dalam (2), permintaan sangat
lunak seperti dalam (3), sedikit menyuruh seperti dalam (4), atau sangat
langsung dan kasar seperti dalam (5).
· Apa kamu harus merokok di sini?
· Mbok kamu mampir kalau ke Jakarta.
· Ayo, dong, dimakan kuihnya.
· Pergi kamu!
Tindak ujaran komisif sebenarnya boleh
dianggap sama seperti tindak ujaran direktif, hanya saja arahnya berbeza. Dalam
ujaran direktif, si pendengarlah yang diharapkan melakukan sesuatu. Dalam
tindak ujaran komisif, “perintah” itu diarahkan kepada pembicara sendiri.
Kerana itu, ada yang menganjurkan agar kedua jenis tindak ujaran ini dijadikan
satu menjadi obligatif (Mei 2002:
Namun pada umumnya orang masih memisahkan
kedua-duanya. Kata-kata seperti berjanji, bersumpah, bertekad termasuk dalam
kategori komisif seperti terlihat pada contoh-contoh berikut:
· Saya berjanji akan mencintaimu lebih lama
daripada selamanya
· Saya bersumpah untuk membalas kematian adik
saya.
· Kami bertekad untuk menuntut anggota DPR hadir
pada tiap sidang
Tindak ujaran ekspresif digunakan oleh
pembicara bila dia ingin menyatakan keadaan psikologis dia mengenai sesuatu,
misalnya, menyatakan rasa terima kasih, takziah (bela sungkawa), menyampaikan
ucapan selamat, dan juga mengumpat. Berikut adalah beberapa contoh tindak
ujaran ekspresif:
· Mohon maaf, Bu, kami tidak boleh ikut
membantu.
· Selamat, ya, semoga anakmu lahir selamat,
cantik atau tampan.
· Terima kasih, Oom, atas kiriman uangnya.
· Gila, barang busuk begini dibeli!
Tindak ujaran deklarasi menyatakan adanya
suatu keadaan baru yang muncul oleh kerana ujaran itu. Ayat seperti (13)
menyatakan bahawa kedua orang itu telah menjadi suami-isteri, sedangkan ayat
(14) merujuk pada dijatuhkannya hukuman terhadap orang itu.
· I hereby pronounce you husband and wife.
· Dengan ini kami menjatuhkan hukuman penjara 15
tahun.
Satu hal yang perlu dicatat dalam tindak
ujaran ini adalah bahawa bagi menyatakan (13) dan (14) seseorang harus memiliki
wewenang bagi melakukannya. Hanya padri Kristian yang dapat mengucapkan ayat
(13) dan hanya hakimlah yang berhak mengucapkan (14). Tanpa wewenang itu, kedua
ayat ini tidak mempunyai nilai. Syarat seperti ini dikenal dengan istilah,
syarat kelayakan (felicity condition).
o Muatan Proposisi
Dalam muatan proposisi (propositional content)
pendengar meramu satu proposisi dengan proposisi yang lain; makin lama makin
meninggi sehingga terbentuklah suatu pengertian yang menyeluruh dari
proposisi-proposisi tersebut. Seandainya kalimat yang kita dengar adalah
· Ira menyanyi lagu popular Kopi Dangdut.
maka terbentuklah hierarkhi proposisi mengenai
argumen Ira dan lagu populer Kopi Dangdut dengan predikasi menyanyi. Lagu itu
sendiri adalah lagu yang populer. Ramuan antara dua argumen dan predikasi ini
membentuk pengertian yang menyeluruh seperti yang diungkapkan oleh ayat (15).
o Muatan Tematik
Muatan tematik merujuk pada pengertian akan
adanya dua jenis informasi dalam ayat, yakni, informasi lama dan informasi
baru. Perhatikan ayat berikut.
· Apa Ira yang menyanyi lagu Kopi Dangdut?
Pembicara yang mengucapkan ayat (16) pastilah
berandaian bahawa ada orang yang menyanyikan lagu Kopi Dangdut. Dia juga
berandaian bahawa pendengar memiliki pengetahuan seperti itu pula. Andaian
seperti inilah yang dinamakan informasi lama, yakni, informasi yang diandaikan
oleh pembicara berada pada kesadaran pendengar pada saat ayat itu diujarkan.
Yang tidak diketahui adalah apakah yang menyanyikan lagu itu Ira. Inilah
informasi baru yang disampaikan oleh pembicara, dan kerana ayat ini berupa
pertanyaan maka memerlukan tanggapan dari pendengar.
Dari gambaran pada Bahagian 1.1 – 1.2 tampak
bahawa pada waktu berujar tiga faktor di atas terkandung dalam ujaran itu. Dari
contoh (16) dapat kita rinci hal-hal berikut:
1. Dari segi tindak ujaran, ayat (16) adalah
suatu ka-limat direktif, yakni, ayat yang memerlukan suatu tindakan yang berupa
jawapan verbal.
2. Dari segi muatan proposisi, ayat ini
mengandung dua argumen dan predikasi.
Dari segi muatan tematik, ayat ini mengandung
informasi lama (yakni, adanya seseorang yang menyanyikan lagu Kopi Dangdut) dan
informasi baru (yakni, Ira yang menyanyikan lagu itu).
Dalam bentuk skema, orang mengungkapkan tujuan
pembicaraan dengan menggunakan unsur-unsur berikut:
a. Representatif
b. Direktif
o Tindak Ujaran
a. Komisif
b. Ekspresif
c. Deklarasi
o Unsur komunikasi
o Muatan Proposisi
o Muatan Tematik
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
- Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa
simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Berbahasa merupakan proses
mengomunikasikan bahasa tersebut
- pemahaman terhadap ujaran boleh berhenti apabila ujaran itu
dimengerti, atau dilanjutkan dengan suatu tindakan. Bila kita mendengar ujaran
atau membaca suatu wacana yang isinya merupakan pemberitaan belaka, maka pada
umumnya kita hanya memahami saja apa yang diujarkan atau ditulis dalam wacana
tersebu.
b. Saran
- Berbahasa sangat penting dalam komunisi antar manusia, dengan
karena itu diharapkan untuk pembaca agar mengembangkan cara berbahasa dengan
baikdan benar.
MATERI PERKULIAHAN
DI SUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH SPISKOLOGUISTIK
OLEH ;
KELOMPOK III ( TIGA )
KETUA
: IDA MARYATI
MODERATOR
: ISMAIL
PEMBACA
: IDA MARWATI
NOTULA
: INDRI YANTI
ANGGOTA
: IDA ZAHRANI
|
|||||
|
|||||
|
|||||
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
( STKIP ) BINA BANGSA GETSEMPENA
TAHUN 2011
DAFTAR PUSTAKA
http:///www. Bloger indra wabsec.com
http:///www.spiskoliguistik.com
http://gudang makalah/bumi aceh internet.com/index2.php?option=com_docman&task=doc.putra
w. Spd i .2011
0 komentar:
Posting Komentar