Analisis kesalahan berbahasa - Situs Google Bustomi Ariyanto





Pendahuluan

Pergunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar!
Ungkapan itu sudah
klise sebab kita sudah sering mendengar ataupun mem
bacanya, bahkan

membicarakan dan menuliskan ungkapan tersebut. Akib
atnya, kita pun dapat
bertanya “Apakah penggunaan bahasa Indonesia yang b
aik dan benar itu masih

belum dicapai saat ini? Apakah penggunaan bahasa In
donesia saat ini masih
belum baik dan benar?”
Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara
untuk menjawab

pertanyaan tersebut. Melalui analisis kesalahan ber
bahasa, kita dapat menjelaskan
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ba
hasa Indonesia yang baik

adalah bahasa Indonesia yang memenuhi faktor-faktor
komunikasi, adapun bahasa
Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang m
emenuhi kaidah-kaidah

(tata bahasa) dalam kebahasaan. Bagaimana cara kita
menganalisis bahasa yang
baik dan benar itu? Hal itulah yang akan dibahas da
lam modul ini.

Sekaitan dengan itu, anda dapat mempelajarinya mela
lui modul ini.
Setelah mempelajari, anda diharapkan mengetahui ana
lisis kesalahan berbahasa,

kemudian anda dapat mempraktikkannya dalam berbahas
a Indonesia. Oleh karena
itu, anda harus mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1.
Pengertian Kesalahan Berbahasa.
2.
Kategori Kesalahan Berbahasa.
3.
Sumber Kesalahan Berbahasa.
4.
Tujuan Analisis Kesalahan Berbahasa.
5.
Metodologi Analisis Kesalahan Berbahasa.
Diharapkan agar anda mempelajari hal tersebut melal
ui sajian dalam

modul ini. Dengan mengetahui analisis kesalahan dal
am berbahasa, anda dapat
mengimplementasikannya ke dalam bahasa Indonesia. A
khirnya pernyataan

“Pergunakanlah bahasa yang baik dan benar” menjadi
kenyataan.
Analisis Kesalahan Berbahasa
2
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
Kegiatan Belajar 1

KESALAHAN BERBAHASA
1.
Pengertian Kesalahan Berbahasa
Pembahasan tentang kesalahan berbahasa merupakan ma
salah yang tidak

sederhana, tetapi bisa juga menjadi tidak ada masal
ah yang harus dibahas dalam

kesalahan berbahasa. Oleh karena itu, anda harus me
ngetahui terlebih dahulu

tentang pengertian kesalahan berbahasa. Tidak mungk
in anda mengerti kesalahan
berbahasa apabila anda tidak memiliki pengetahuan a

tau teori landasan tentang
hal tersebut. Tidak mungkin anda memiliki pengetahu
an atau teori landasan

tentang kesalahan berbahasa apabila anda tidak pern
ah mempelajari tentang itu.

Tidak mungkin anda tidak mempelajari hal itu apabil
a anda ingin mengetahui dan
memiliki teori landasan tentang kesalahan berbahasa
.
Istilah kesalahan berbahasa memiliki pengertian yan
g beragam. Untuk itu,
pengertian kesalahan berbahasa perlu diketahui lebi
h awal sebelum kita

membahas tentang kesalahan berbahasa. Corder (1974)
menggunakan 3 (tiga)
istilah untuk membatasi kesalahan berbahasa:

(1) Lapses, (2) Error
, dan
(3)
Mistake

. Bagi Burt dan Kiparsky dalam Syafi’ie (1984) meng
istilahkan kesalahan
berbahasa itu dengan “
goof
”, “
goofing
”, dan “
gooficon
”. Sedangkan Huda (1981)
mengistilahkan kesalahan berbahasa itu dengan “kekh
ilafan (
error
)”. Adapun
Tarigan (1997) menyebutnya dengan istilah “kesalaha
n berbahasa”. Baiklah anda
perlu mengetahui pengertian istilah-istilah tersebu
t.
Lapses, Error
dan
Mistake
adalah istilah-istilah dalam wilayah kesalahan
berbahasa. Ketiga istilah itu memiliki domain yang
berbeda-beda dalam
memandang kesalahan berbahasa. Corder (1974) menjel
askan:
1)
Lapses
Lapses
adalah kesalahan berbahasa akibat penutur beralih
cara untuk
menyatakan sesuatu sebelum seluruh tuturan (kalimat
) selesai dinyatakan
selengkapnya. Untuk berbahasa lisan, jenis kesalaha
n ini diistilahkan dengan
slip of the tongue
” sedang untuk berbahasa tulis, jenis kesalahan in
Analisis Kesalahan Berbahasa
3
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
diistilahkan “
slip of the pen
”. Kesalahan ini terjadi akibat ketidaksengajaan
dan tidak disadari oleh penuturnya.
2)
Error
Error
adalah kesalahan berbahasa akibat penutur melangga
r kaidah atau
aturan tata bahasa (
breaches of code
). Kesalahan ini terjadi akibat penutur
sudah memiliki aturan (kaidah) tata bahasa yang ber
beda dari tata bahasa yang
lain, sehingga itu berdampak pada kekurangsempurnaa
n atau ketidakmampuan
penutur. Hal tersebut berimplikasi terhadap penggun
aan bahasa, terjadi
kesalahan berbahasa akibat penutur menggunakan kaid
ah bahasa yang salah.
3)
Mistake
Mistake adalah kesalahan berbahasa akibat penutur t
idak tepat dalam memilih
kata atau ungkapan untuk suatu situasi tertentu. Ke
salahan ini mengacu
kepada kesalahan akibat penutur tidak tepat menggun
akan kaidah yang
diketahui benar, bukan karena kurangnya penguasaan
bahasa kedua (B2).
Kesalahan terjadi pada produk tuturan yang tidak be
nar.
Burt dan Kiparsky tidak membedakan kesalahan berbah
asa, tetapi dia
menyebut “
goof
” untuk kesalahan berbahasa, yakni: kalimat-kalimat
atau tuturan
yang mengandung kesalahan, “
gooficon
” untuk menyebut jenis kesalahan (sifat
kesalahan) dari kegramatikaan atau tata bahasa, sed
angkan “
goofing
” adalah
penyebutan terhadap seluruh kesalahan tersebut,
goof
dan
gooficon
. Menurut
Huda (1981), kesalahan berbahasa yang dilakukan ole
h siswa (anak) yang sedang
memperoleh dan belajar bahasa kedua disebut kekhila
fan (
error
).
Kekhilafan (
error
), menurut Nelson Brook dalam Syafi’ie (1984), itu
“dosa/kesalahan” yang harus dihindari dan dampaknya
harus dibatasi, tetapi
kehadiran kekhilafan itu tidak dapat dihindari dala
m pembelajaran bahasa kedua.
Ditegaskan oleh Dulay, Burt maupun Richard (1979),
kekhilafan akan selalu
muncul betapa pun usaha pencegahan dilakukan, tidak
seorang pun dapat belajar
bahasa tanpa melakukan kekhilafan (kesalahan) berba
hasa. Menurut temuan
kajian dalam bidang psikologi kognitif, setiap anak
yang sedang memperoleh dan
belajar bahasa kedua (B2) selalu membangun bahasa m
elalui proses kreativitas.
Analisis Kesalahan Berbahasa
4
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
Jadi, kekhilafan adalah hasil atau implikasi dari k
reativitas, bukan suatu kesalahan
berbahasa.
Kekhilafan adalah suatu hal yang wajar dan selalu d
ialami oleh anak
(siswa) dalam proses pemerolehan dan pembelajaran b
ahasa kedua. Hal itu
merupakan implikasi logis dari proses pembentukan k
reatif siswa (anak).
Hendrickson dalam Nurhadi (1990) menyimpulkan bahwa
kekhilafan berbahasa
bukanlah sesuatu yang semata-mata harus dihindari,
melainkan sesuatu yang perlu
dipelajari. Dengan mempelajari kekhilafan minimal a
da 3 (tiga) informasi yang
akan diperoleh guru (pengajar) bahasa, yakni:
1)
kekhilafan berguna untuk umpan balik (
feedback
), yakni tentang seberapa jauh
jarak yang harus ditempuh oleh anak untuk sampai ke
pada tujuan serta hal apa
(materi) yang masih harus dipelajari oleh anak (sis
wa);
2)
kekhilafan berguna sebagai data/fakta empiris untuk
peneliti atau penelitian
tentang bagaimana seseorang memperoleh dan mempelaj
ari bahasa;
3)
kekhilafan berguna sebagai masukan (
input
), bahwa kekhilafan adalah hal
yang tidak terhindarkan dalam pemerolehan dan pembe
lajaran bahasa, dan
merupakan salah satu strategi yang digunakan oleh a
nak untuk pemerolehan
bahasanya (Corder; Richard, 1975).
Kesalahan berbahasa dipandang sebagai bagian dari p
roses belajar bahasa.
Ini berarti bahwa kesalahan berbahasa adalah bagian
yang integral dari
pemerolehan dan pengajaran bahasa.
Sekarang “Apa yang dimaksud kesalahan berbahasa Ind
onesia?” Apabila
kesalahan berbahasa itu dihubungkan dengan pernyata
an atau semboyan
Pergunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar
,” ada 2 (dua) parameter
atau tolok ukur kesalahan dalam berbahasa Indonesia
.
Pertama
, pergunakanlah bahasa Indonesia yang baik. Ini ber
arti bahwa
bahasa Indonesia yang baik adalah penggunaan bahasa
sesuai dengan faktor-
faktor penentu dalam komunikasi. Inilah faktor-fakt
or penentu dalam komunikasi,
antara lain:
1)
siapa yang berbahasa dengan siapa;
2)
untuk tujuan apa;
Analisis Kesalahan Berbahasa
5
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
3)
dalam situasi apa (tempat dan waktu);
4)
dalam konteks apa (partisipan, kebudayaan dan suasa
na);
5)
dengan jalur mana (lisan atau tulisan);
6)
dengan media apa (tatap muka, telepon, surat, koran
, buku, media
komunikasi lain: Hp, Internet);
7)
dalam peristiwa apa (bercakap, ceramah, upacara, la
maran pekerjaan,
pelaporan, pengungkapan perasaan).
Kedua
, pergunakanlah bahasa Indonesia yang benar. Parame
ter ini
mengacu kepada penaatasasan terhadap kaidah-kaidah
atau aturan kebahasaan
yang ada dalam bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa
Indonesia yang
sesuai dengan kedua parameter tersebut, yakni: fakt
or-faktor penentu
berkomunikasi dan kaidah kebahasaan yang ada dalam
bahasa Indonesia. Berarti,
penggunaan bahasa Indonesia yang berada di luar fak
tor-faktor penentu
komunikasi bukan bahasa Indonesia yang benar dan be
rada di luar kaidah
kebahasaan yang ada dalam bahasa Indonesia bukan ba
hasa Indonesia yang baik.
Oleh karena itu, kesalahan berbahasa Indonesia adal
ah penggunaan bahasa
Indonesia, secara lisan maupun tertulis, yang berad
a di luar atau menyimpang dari
faktor-faktor komunikasi dan kaidah kebahasaan dala
m bahasa Indonesia
(Tarigan, 1997).
Menurut Tarigan (1997), ada dua istilah yang saling
bersinonim (memiliki
makna yang kurang lebih sama), kesalahan (
error
) dan kekeliruan (
mistake
) dalam
pengajaran bahasa kedua. Kesalahan berbahasa adalah
penggunaan bahasa yang
menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku dalam ba
hasa itu. Sementara itu
kekeliruan adalah penggunaan bahasa yang menyimpang
dari kaidah bahasa yang
berlaku dalam bahasa itu namun tidak dipandang seba
gai suatu pelanggaran
berbahasa. Kekeliruan terjadi pada anak (siswa) yan
g sedang belajar bahasa.
Kekeliruan berbahasa cenderung diabaikan dalam anal
isis kesalahan berbahasa
karena sifatnya tidak acak, individual, tidak siste
matis, dan tidak permanen
(bersifat sementara). Jadi, analisis kesalahan berb
ahasa difokuskan pada kesalahan
berbahasa berdasarkan penyimpangan kaidah bahasa ya
ng berlaku dalam bahasa
itu.
Analisis Kesalahan Berbahasa
6
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
Untuk membedakan antara kesalahan (
error
) dan kekeliruan (
mistake
),
menurut Tarigan (1997) seperti disajikan dalam tabe
l berikut.
Perbandingan antara Kesalahan dan Kekeliruan Berbah
asa
Kategori Sudut Pandang
Kesalahan Berbahasa Kekeliruan Berbahasa
1.
Sumber Kompetensi Performasi
2.
Sifat Sistematis, berlaku secara
umum
Acak, tidak sistematis,
secara individual
3.
Durasi Permanen Temporer/sementara
4.
Sistem Linguistik Sudah dikuasai Belum dikuasai
5.
Produk Penyimpangan kaidah
bahasa
Penyimpangan kaidah
bahasa
6.
Solusi Dibantu oleh guru melalui
latihan pengajar remedial
Diri sendiri (siswa):
mawas diri, pemusatan
perhatian
Berdasarkan uraian tersebut, anda sudah mengetahui
pengertian kesalahan
berbahasa. Anda juga dapat membatasi perbedaan kesa
lahan berbahasa dengan
kekeliruan berbahasa serta bagaimana bersikap terha
dap hal tersebut. Untuk
bahasa Indonesia, ada dua parameter yang dapat digu
nakan untuk menentukan
atau mengukur penyimpangan bahasa. Selanjutnya, and
a akan mempelajari
kategori (jenis) kesalahan dalam berbahasa. Untuk i
tu, anda dapat melanjutkan
pada sajian berikut.
2.
Kategori Kesalahan Berbahasa
Kesalahan berbahasa dapat terjadi dalam setiap tata
ran linguistik
(kebahasaan). Ada kesalahan yang terjadi dalam tata
ran fonologi, morfologi,
sintaksis, wacana dan semantik. Kesalahan berbahasa
dapat disebabkan oleh
intervensi (tekanan) bahasa pertama (B1) terhadap b
ahasa kedua (B2). Kesalahan
berbahasa yang paling umum terjadi akibat penyimpan
gan kaidah bahasa. Hal itu
terjadi oleh perbedaan kaidah (struktur) bahasa per
tama (B1) dengan bahasa
kedua (B2). Selain itu kesalahan terjadi oleh adany
a transfer negatif atau
intervensi B1 pada B2. Dalam pengajaran bahasa, kes
alahan berbahasa
Analisis Kesalahan Berbahasa
7
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya: kuriku
lum, guru, pendekatan,
pemilihan bahan ajar, serta cara pengajaran bahasa
yang kurang tepat (Tarigan,
1997).
Burt, Dulay, maupun Krashen (1982) membedakan wilay
ah (taksinomi)
kesalahan berbahasa menjadi kesalahan atau kekhilaf
an:
1.
taksonomi kategori linguistik;
2.
taksonomi kategori strategi performasi;
3.
taksonomi kategori komparatif;
4.
taksonomi kategori efek komunikasi.
Anda dapat mempelajari taksonomi tersebut dalam saj
ian berikut.
Taksonomi kesalahan berbahasa itu, menurut Nurhadi
(1990), dibedakan sebagai
berikut.
Taksonomi kategori linguistik membedakan kesalahan
berdasarkan
komponen bahasa dan konsisten bahasa. Berdasarkan k
omponen bahasa, wilayah
kesalahan dibedakan menjadi:
1.
kesalahan tataran fonologi;
2.
kesalahan tataran morfologi dan sintaksis;
3.
kesalahan tataran semantik dan kata;
4.
kesalahan tataran wacana.
Berdasarkan konstituen bahasa, kesalahan terjadi pa
da tataran penggunaan
unsur-unsur bahasa ketika dihubungkan dengan unsur
bahasa lain dalam satu
bahasa. Misalnya frase dan klausa dalam tataran sin
taksis atau morfem-morfem
gramatikal dalam tataran morfologi.
Berdasarkan taksonomi kategori strategi performasi,
kesalahan didasarkan
kepada penyimpangan bahasa yang terjadi pada pemero
lehan dan pengajaran
bahasa kedua (B2). Pendeskripsian kesalahan ini seh
arusnya dipertimbangkan
atau dihubungkan dengan proses kognitif pada saat a
nak (siswa) memproduksi
(merekonstruksi) bahasanya.
Dalam kategori strategi performasi, tataran kesalah
an bahasa dapat
dibedakan menjadi 4 (empat) kesalahan. Berikut adal
ah keempat kesalahan
kategori strategi performasi:
1.
Penanggalan (
omission
), penutur bahasa menanggalkan satu atau lebih unsu
r-
unsur bahasa yang diperlukan dalam suatu frase atau
kalimat. Akibatnya
terjadi penyimpangan konstruksi frase atau kalimat.
2.
Penambahan (
addition
), penutur bahasa menambahkan satu atau lebih unsur
-
unsur bahasa yang tidak diperlukan dalam suatu fras
e atau kalimat. Akibatnya
terjadi penyimpangan konstruksi frase atau kalimat.
3.
Kesalahbentukan (
misformation
), penutur membentuk suatu frase atau kalimat
yang tidak sesuai kaidah bahasa itu. Akibatnya kons
truksi frase atau kalimat
menjadi salah (penyimpangan) kaidah bahasa.
4.
Kesalahurutan (
misordering
), penutur menyusun atau mengurutkan unsur-
unsur bahasa dalam suatu konstruksi frase atau kali
mat di luar kaidah bahasa
itu. Akibatnya frase atau kalimat itu menyimpang da
ri kaidah bahasa.
Berdasarkan taksonomi komparatif, kesalahan dibedak
an menjadi 4
(empat) tataran kesalahan. Berikut adalah keempat j
enis kesalahan berdasarkan
taksonomi komparatif.
1.
Kesalahan interlingual disebut juga kesalahan inter
ferensi, yakni: kesalahan
yang bersumber (akibat) dari pengaruh bahasa pertam
a (B1) terhadap bahasa
kedua (B2).
2.
Kesalahan intralingual adalah kesalahan akibat perk
embangan. Kesalahan
berbahasa bersumber dari penguasaan bahasa kedua (B
2) yang belum
memadai.
3.
Kesalahan ambigu adalah kesalahan berbahasa yang me
refleksikan kesalahan
interlingual dan intralingual. Kesalahan ini diakib
atkan kesalahan pada
interlingual dan intralingual.
4.
Kesalahan unik adalah kesalahan bahasa yang tidak d
apat dideskripsikan
berdasarkan tataran kesalahan interlingual dan intr
alingual. Kesalahan ini
tidak dapat dilacak dari B1 maupun B2. Misalnya: an
ak kecil yang mulia
Analisis Kesalahan Berbahasa
9
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
belajar berbicara dalam suatu bahasa, tidak sedikit
tuturan (kata frase atau
kalimat) yang tidak dapat dijelaskan dari B1 maupun
B2.
Berdasarkan kategori efek komunikasi, kesalahan bah
asa dapat dibedakan
menjadi kesalahan lokal dan kesalahan global. Berda
sarkan jenis penyimpangan
bahasa, kesalahan lokal adalah kesalahan konstruksi
kalimat yang ditanggalkan
(dihilangkan) salah satu unsurnya. Akibatnya proses
komunikasi menjadi
terganggu. Misalnya: penutur menggunakan kalimat at
au tuturan yang janggal
atau “
nyeleneh
” saat berkomunikasi. Adapun kesalahan global adala
h tataran
kesalahan bahasa yang menyebabkan seluruh tuturan a
tau isi yang dipesankan
dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis, menja
di tidak dapat dipahami.
Akibat frase ataupun kalimat yang digunakan oleh pe
nutur berada di luar kaidah
bahasa manapun baik B1 maupun B2.
3.
Sumber Kesalahan Berbahasa
Sumber kesalahan berbahasa secara tersirat sudah da
pat dipahami oleh
anda dalam sajian sebelum ini. Penyimpangan bahasa
yang dilakukan oleh para
penutur, terutama anak (siswa) dalam pemerolehan da
n pembelajaran bahasa.
Berdasarkan kategori taksonomi kesalahan atau kekel
iruan bahasa, anda sudah
dapat memprediksikan sumber-sumber kesalahan bahasa
.
Dalam konteks ini sumber kesalahan itu adalah “Perg
unakanlah bahasa
Indonesia yang baik dan benar.” Dari parameter peng
gunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar kemudian dihubungkan dengan pem
belajaran bahasa
Indonesia di sekolah, itulah sumber yang utama untu
k analisis kesalahan bahasa
dalam sajian ini. Penyimpangan bahasa yang diukur b
erada pada tataran (wilayah)
fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan wacana
yang dihubungkan dengan
faktor-faktor penentu dalam komunikasi.
Apabila sumber kesalahan berbahasa itu dideskripsik
an secara rinci, anda
dapat melakukan analisis kesalahan pada sumber-sumb
er kesalahan berikut.
Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Tataran Fonologi
Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi b
ahasa Indonesia
antara lain: fonem, diftong, kluster dan pemenggala
n kata. Sumber kesalahan itu
terdapat pada tataran berikut.
Analisis Kesalahan Berbahasa
10
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
1.
Fonem /a/ diucapkan menjadi /e/.
2.
Fonem /i/ diucapkan menjadi /e/.
3.
Fonem /e/ diucapkan menjadi /é/.
4.
Fonem /é/ diucapkan menjadi /e/.
5.
Fonem /u/ diucapkan menjadi /o/.
6.
Fonem /o/ diucapkan menjadi /u/.
7.
Fonem /c/ diucapkan menjadi /se/.
8.
Fonem /f/ diucapkan menjadi /p/.
9.
Fonem /k/ diucapkan menjadi /?/ bunyi hambat glotal
.
10.
Fonem /v/ diucapkan menjadi /p/.
11.
Fonem /z/ diucapkan menjadi /j/.
12.
Fonem /z/ diucapkan menjadi /s/.
13.
Fonem /kh/ diucapkan menjadi /k/.
14.
Fonem /u/ diucapkan/dituliskan menjadi /w/.
15.
Fonem /e/ diucapkan menjadi /i/.
16.
Fonem /ai/ diucapkan menjadi /e/.
17.
Fonem /sy/ diucapkan menjadi /s/.
18.
Kluster /sy/ diucapkan menjadi /s/.
19.
Penghilangan fonem /k/.
20.
Penyimpangan pemenggalan kata.
3.1
Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Tataran Morfolog
i
Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi
bahasa Indonesia,
antara lain:
1.
Salah penentuan bentuk asal.
2.
Fonem yang luluh tidak diluluhkan.
3.
Fonem yang tidak luluh diluluhkan.
4.
Penyingkatan morfem
men-, meny-, meng-,
dan
menge-
menjadi
n, ny, ng,
dan
nge-
.
5.
Perubahan morfem
ber-, per-,
dan
ter-
menjadi
be-, pe-,
dan
te-
.
6.
Penulisan morfem yang salah.
7.
Pengulangan yang salah.
Analisis Kesalahan Berbahasa
11
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
8.
Penulisan kata majemuk serangkai.
9.
Pemajemukan berafiksasi.
10.
Pemajemukan dengan afiks dan sufiks.
11.
Perulangan kata majemuk.
Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran frase, ant
ara lain:
1.
Frase kata depan tidak tepat.
2.
Salah penyusunan frase.
3.
Penambahan kata “yang” dalam frase benda (nominal)
(N + A).
4.
Penambahan kata “dari” atau “tentang” dalam frase n
ominal (N + N).
5.
Penambahan kata kepunyaan dalam frase nominal.
6.
Penambahan kata “dari” atau “pada” dalam frase verb
al (V + Pr).
7.
Penambahan kata “untuk” atau “yang” dalam frase nom
inal (N + V).
8.
Penambahan kata “untuk” dalam frase nominal (V + ya
ng + A).
9.
Penambahan kata “yang” dalam frase nominal (N + yan
g + V pasif).
10.
Penghilangan preposisi dalam frase verbal (V intran
sitif + preposisi + N).
11.
Penghilangan kata “oleh” dalam frase verbal pasif (
V pasif + oleh + A).
12.
Penghilangan kata “yang” dalam frase adjektif (lebi
h + A + daripada +
N/Dem).
Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran klausa, an
tara lain:
1.
Penambahan preposisi di antara kata kerja dan objek
dalam klausa aktif.
2.
Penambahan kata kerja bantu “adalah” dalam klausa p
asif.
3.
Pemisahan pelaku dan kata kerja dalam klausa pasif.
4.
Penghilangan kata “oleh” dalam klausa pasif.
5.
Penghilangan proposisi dari kata kerja berpreposisi
dalam klausa pernyataan.
6.
Penghilangan kata “yang” dalam klausa nominal.
7.
Penghilangan kata kerja dalam klausa intransitif.
8.
Penghilangan kata “untuk” dalam klausa pasif.
9.
Penggantian kata “daripada” dengan kata “dari” dala
m klausa bebas.
10.
Pemisahan kata kerja dalam klausa medial.
11.
Penggunaan klausa rancu.
Analisis Kesalahan Berbahasa
12
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran sintaksis,
antara lain:
1.
Penggunaan kata perangkai, dari, pada, daripada, ke
pada, dan untuk.
2.
Pembentukan kalimat tidak baku, antara lain:
a.
Kalimat tidak efektif.
b.
Kalimat tidak normatif.
c.
Kalimat tidak logis.
d.
Kalimat rancu.
e.
Kalimat ambigu.
f.
Kalimat pengaruh struktur bahasa asing.
Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran semantik,
antara lain:
1.
Akibat gejala hiperkorek.
2.
Akibat gejala pleonasme.
3.
Akibat bentukan ambiguitas.
4.
Akibat diksi (pemilihan kata).
Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran wacana, an
tara lain:
1.
Akibat syarat-syarat paragraf tidak dipenuhi.
2.
Akibat struktur sebuah paragraf.
3.
Akibat penggabungan paragraf.
4.
Akibat penggunaan bahasa dalam paragraf.
5.
Akibat pengorganisasian isi (topik-topik) dalam par
agraf.
6.
Akibat pemilihan topik (isi) paragraf yang tidak te
pat.
7.
Akibat ketidakcermatan dalam perujukan.
8.
Akibat penggunaan kalimat dalam paragraf yang tidak
selesai.
4.
Hasil Penelitian tentang Kesalahan Berbahasa
Proses menguasai bahasa kedua dapat dilaksanakan se
cara bersamaan
dengan proses menguasai bahasa pertama, dan dapat j
uga dilakukan secara
berurutan oleh pembelajar. Pada umumnya, para ahli
pengajaran bahasa kedua
mempercayai bahwa bahasa pertama (B1) atau bahasa y
ang diperoleh
sebelumnya, berpengaruh terhadap proses penguasaan
bahasa kedua pembelajar
Analisis Kesalahan Berbahasa
13
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
(Ellis, 1986). Dalam proses itu, pembelajar (siswa)
tidak mungkin menghindari
untuk melakukan kesalahan (kekhilafan) berbahasa.
Anda pasti sependapat apabila siswa yang mempelajar
i bahasa Indonesia
dipengaruhi oleh penguasaan bahasa pertamanya (B1).
Akibatnya siswa dalam
pemerolehan dan pembelajaran bahasa Indonesia menga
lami kesulitan dan
melakukan kesalahan berbahasa. Hal itu merupakan ak
ibat persamaan dan
perbedaan yang terdapat dalam bahasa Indonesia deng
an bahasa pertama (B1)
siswa. Kemudian, siswa melakukan transfer bahasa pe
rtama (B1) terhadap bahasa
Indonesia (B2). Akibatnya, siswa melakukan kesalaha
n (kekhilafan) dalam
pembelajaran dan pemerolehan bahasa Indonesia.
Hasil penelitian tentang kesalahan berbahasa sudah
cukup banyak
dilakukan, sehingga itu dapat dijadikan bukti bahwa
proses penguasaan bahasa
kedua dipengaruhi oleh penguasaan bahasa sebelumnya
. Anda dapat mempelajari
hasil-hasil penelitian itu, terutama penelitian ten
tang pemerolehan dan pengajaran
bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Dalam sajian
berikut, anda akan
mempelajari sejumlah hasil penelitian tentang kesal
ahan berbahasa yang
dilakukan siswa yang sedang proses penguasaan bahas
a Indonesia melalui
pemerolehan dan pembelajaran.
Nursusilo Mas’ud (1987) melakukan penelitian kekhil
afan (kekeliruan
berbahasa) dalam pemerolehan konstruksi kalimat bah
asa Indonesia. Penelitian itu
dilaksanakan kepada siswa yang berusia delapan tahu
n dengan kemampuan
bahasa pertama (B1) Jawa dan lokasi penelitian itu
adalah SD Latihan SPG
Negeri malang. Dari penelitian itu diperoleh 4 (emp
at) wujud kekhilafan
berdasarkan taksonomi kategori strategi performasi,
yakni: (1) penanggalan
(
omission
), (2) penambahan (
addition
), (3) kesalahbentukan (
misformation
), dan
(4) kesalahurutan (
misordering
). Berdasarkan kategori linguistik ditemukan 20
tataran kekhilafan, yakni:
1.
penanggalan; S, P, O, ber-, meN-, di-/ter-, ke- dan
kata ganti bilangan;
2.
penambahan; subjek pronomina, penggunaan adverbia r
angkap, enklitiknya;
3.
kesalahbentukan; di!, ke-, penggunaan kata sendiri,
enklitiknya;
4.
kesalahurutan; penggunaan urutan pokok keterangan.
Berdasarkan kategori komparatif, ditemukan 2 (dua)
tataran kekhilafan,
yakni: (1) kekhilafan interlingual dan (2) kekhilaf
an intralingual. Berdasarkan
kedua kategori kekhilafan, ditemukan bahwa strategi
pemerolehan konstruksi
kalimat bahasa Indonesia pada siswa berusia delapan
tahun yang berbahasa
pertama (B1) bahasa Jawa adalah:
a.
menanggalkan unsur-unsur linguistik yang diperlukan
dalam bahasa
Indonesia;
b.
menambahkan unsur-unsur linguistik yang tidak diper
lukan dalam bahasa
Indonesia;
c.
menyusun unsur-unsur linguistik di luar kaidah baha
sa Indonesia;
d.
mengurutkan unsur-unsur linguistik di luar kaidah b
ahasa Indonesia.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sujai dkk (198
6) tentang Pemakaian
Bahasa Indonesia di Lingkungan Masyarakat Tionghoa
di Jawa Timur, ditemukan
5 (lima) tipe kesalahan atau kekhilafan berbahasa I
ndonesia. Penelitian itu
merupakan sebuah analisis kesalahan bahasa Indonesi
a ragam tulis siswa kelas VI
SD warga negara Indonesia keturunan Cina (Tionghoa)
di tiga kota Jawa Timur.
Kelima tipe kesalahan itu adalah:
1.
tipe A; kesalahan/kekhilafan generalisasi berlebih
dalam penulisan bahasa
Indonesia.
2.
tipe B; kekhilafan pengetahuan (ketidakmampuan) men
aati kaidah
kebahasaan.
3.
tipe C; kekhilafan pada penafsiran terhadap kaidah
bahasa yang diperoleh.
4.
tipe D; kekhilafan pada penggunaan kaidah bahasa In
donesia yang benar.
5.
tipe E; kekhilafan akibat interferensi bahasa perta
ma (B1) pada bahasa
Indonesia.
Dari kelima tataran kekhilafan tersebut, tipe A men
empati peringkat
pertama untuk tataran morfologi, tipe B menempati p
eringkat pertama untuk
tataran sintaksis, adapun tipe E menempati peringka
t paling rendah baik pada
kekhilafan tataran morfologis maupun kekhilafan tat
aran sintaksis. Dari temuan
itu disimpulkan bahwa tipe kekhilafan A, B, C dan D
merupakan kekhilafan
akibat intralingual (kekhilafan perkembangan) sedan
gkan tipe E merupakan
kekhilafan akibat interlingual (kekhilafan inferens
ial).
Imam Syafi’ie (1984) melakukan penelitian analisis
kesalahan berbahas
Indonesia ragam tulis mahasiswa di tiga IKIP di Jaw
a. Hasil penelitian itu antara
lain: kesalahan/kekhilafan berbahasa dianalisis ber
dasarkan ciri-ciri struktur,
ternyata ada 4 (empat) tataran yang menjadi sumbern
ya, yakni: (1) penghilangan
unsur-unsur linguistik, (2) penambahan unsur-unsur
linguistik, (3) pemilahan
unsur-unsur linguistik, dan (4) penyusunan unsur-un
sur linguistik berada di luar
kaidah bahasa Indonesia. Selain itu, ditemukan kesa
lahan global dan kesalahan
lokal dalam penyusunan kalimat, pemilihan dan pengg
unaan kata serta ejaan dan
tanda baca.
Parawansa (1981) mengadakan penelitian tentang inte
rferensi morfologi
pada dwibahasawan anak usia sekolah dasar di daerah
Kabupaten Gowa Propinsi
Sulawesi Selatan. Ternyata penelitian itu hasilnya
bahwa tidak sepenuhnya
persamaan dan perbedaan struktur kedua bahasa (baha
sa Indonesia dan bahasa
Makasar) menjadi dasar peramalan bagi terjadinya in
terferensi morfologi pada
penggunaan bahasa Indonesia oleh siswa (anak) berba
hasa pertama Makasar.
Meskipun demikian, ternyata interferensi itu sebagi
an besar disebabkan oleh
perbedaan struktur morfologi dari kedua bahasa itu,
dan terjadi dalam tataran
keempat sistem morfologi, yakni: sistem nominal, ve
rbal, adjektiva dan partikel.
Hasil lain yang ditemukan dari penelitian itu, menu
rut Parawansa (1981)
tipe interferensi morfologi pada kekhilafan bahasa
anak terjadi pada tataran:
1.
penggunaan unsur morfologi bahasa Makasar di dalam
tuturan bahasa
Indonesia (importansi).
2.
penerapan atau penambahan unsur morfologi bahasa Ma
kasar ke dalam unsur
morfologi bahasa Makasar ke dalam unsur morfologi b
ahasa Indonesia
(substitusi).
3.
pengabaian atau penghilangan unsur morfologi bahasa
Indonesia yang tidak
terdapat modelnya dalam bahasa Makasar.
4.
penambahan (perluasan atau pengurangan) fungsi morf
ologi bahasa Indonesia
berdasarkan model morfologi bahasa Makasar.
Penelitian yang dilaksanakan oleh Nuryanto (1984) d
ifokuskan kepada
sikap guru terhadap interferensi bahasa Jawa pada b
ahasa Indonesia. Penelitian itu
dilaksanakan kepada 8423 guru yang tersebar di 738
buah Sekolah Negeri yang
ada di Yogyakarta. Dari hasil penelitian diperoleh
2 (dua) sikap guru terhadap
interferensi bahasa pertama (B1 = bahasa Jawa) pada
bahasa kedua (bahasa
Indonesia), yakni sikap positif dan sikap negatif.
Sikap negatif merupakan sikapan
mayoritas guru (tidak menyetujui) terhadap pengguna
an bahasa Indonesia yang
disisipi dengan unsur-unsur interferensi dari bahas
a Jawa (55%). Dihubungkan
dengan batas “signifikansi” proposisi sikap positif
pada populasi penelitian (8423
guru) bahwa 35% guru yang mempunyai sikap positif t
erhadap interferensi bahasa
Jawa pada penggunaan bahasa Indonesia. Jadi, para g
uru (55%) tidak menyetujui
terhadap interferensi bahasa pertama (B1 = bahasa J
awa) terhadap bahasa kedua
(B2 = bahasa Indonesia). Oleh karena itu, kekhilafa
n (kesalahan) berbahasa terjadi
oleh adanya interferensi bahasa pertama terhadap ba
hasa Indonesia (bahasa
kedua).
Anda sudah mempelajari sejumlah hasil penelitian ke
khilafan (kesalahan)
berbahasa akibat adanya interferensi bahasa pertama
(B1) pada bahasa kedua
(B2). Dari penelitian itu, diperoleh simpulan bahwa
penggunaan bahasa Indonesia
oleh anak (siswa) terjadi kesalahan akibat siswa me
nggunakan pengetahuan dan
pengalaman (model) bahasa pertama (B1). Akibatnya k
esalahan strategi
performasi tidak dapat dihindarkan, terutama pada t
ataran morfologi bahasa
Indonesia ragam tulis. Anda belum memperoleh bukti
penelitian untuk ragam
bahasa Indonesia lisan dalam sajian ini. Oleh karen
a itu anda disarankan untuk
menemukan dari sumber yang lain.
Rangkuman
Dalam analisis kesalahan berbahasa dibahas masalah
tentang kesalahan
bahasa (
error
) dan kekhilafan atau kekeliruan (
mistake
). Kesalahan bahasa
mengacu pada penyimpangan kaidah (struktur atau tat
a bahasa) bahasa yang baku.
Kekhilafan atau kekeliruan mengacu pada penyimpanga
n tataran strategi
performasi bahasa. Ukuran atau parameter penyimpang
an untuk bahasa Indonesia
terjadi apabila penggunaan bahasa Indonesia itu tid
ak baik dan tidak benar.
Kekhilafan atau kekeliruan (
mistake
) selalu terjadi pada anak (siswa) yang
berada dalam proses pemerolehan dan pembelajaran ba
hasa. Kekhilafan itu
memiliki sifat yang acak, tidak sistematis, tidak p
ermanen (temporer) dan bersifat
individual. Itu merupakan wujud kreativitas anak da
lam mengonstruksi
kemampuan berbahasanya. Apabila dibedakan berdasark
an sumber kekhilafannya,
maka kekhilafan (kesalahan) itu terjadi pada (1) ka
tegori linguistik, (2) kategori
strategi performasi, (3) strategi komparatif, dan (
4) kategori efek komunikasi.
Diakui bahwa interferensi dan intralingual bahasa p
ertama pada bahasa kedua
merupakan penyebab utama terjadinya keadaan atau ke
khilafan berbahasa. Dalam
hal ini, kekhilafan atau kesalahan dalam bahasa Ind
onesia antara lain disebabkan
oleh interferensi dan intralingual bahasa pertama (
B1 = bahasa daerah).
Kontak bahasa yang terjadi dalam diri dwibahasawan
menyebabkan saling
pengaruh antara bahasa pertama (B1) dan bahasa kedu
a (B2). Penggunaan sistem
bahasa tertentu pada bahasa lain disebut transfer.
Bila transfer sistem itu
bersamaan, mendukung dan memudahkan pada penggunaan
bahasa, itu disebut
transfer positif. Bila itu tidak mendukung dan memb
erikan kesulitan atau
bertentangan, maka itu disebut transfer negatif. Ak
ibat transfer negatif,
pembelajar (siswa) mendapat kesulitan dalam belajar
bahasa (B2) dan sekaligus
menjadi sumber kekhilafan (kesalahan) dalam berbaha
sa (B2). Transfer negatif
lebih dikenal dengan istilah interferensi, yakni: p
enggunaan sistem bahasa
pertama (B1) dalam penggunaan bahasa kedua (B2), da
n sistem tersebut tidak
terdapat atau tidak sama dalam bahasa itu. Analisis
kesalahan berbahasa adalah
cara untuk mendeskripsikan fenomena kesalahan dalam
bahasa kedua (B2) atau
bahasa setelah bahasa pertama (B1).
Pengajaran bahasa Indonesia adalah pengajaran bahas
a kedua atau setelah
bahasa pertama (B1). Kesulitan dan kesalahan (kekhi
lafan) penggunaan bahasa
Indonesia dalam proses pembelajaran adalah masalah.
Oleh karena itu, analisis
kesalahan berbahasa dapat diimplementasikan sebagai
salah satu solusi alternatif
untuk pengajaran bahasa Indonesia. Dengan analisis
kesalahan berbahasa,
kesulitan dan kesalahan siswa dalam berbahasa Indon
esia dapat diketahui,
kemudian hasilnya dapat digunakan untuk memperbaiki
pengajaran bahasa
tersebut.
Analisis Kesalahan Berbahasa
18
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
Tes Formatif
Petunjuk:
Anda ditugaskan untuk mengerjakan tes formatif ini
dengan cara
memilih a, b, c, atau d sebagai jawabannya.
1.
Analisis kesalahan berbahasa adalah .......
a.
cara pandang terhadap penggunaan bahasa
b.
cara pengembangan bahasa
c.
cara untuk membandingkan dua pengguna bahasa
d.
cara untuk membedakan (mengukur) penggunaan bahasa
2.
Kesalahan (
error
) dan kekhilafan (
mistake
) adalah jenis kesalahan berbahasa.
Perbedaannya antara lain:
a.
penutur tidak mengetahui kaidah bahasa
b.
penutur sudah memiliki kaidah bahasa
c.
penutur menggunakan kaidah bahasa kedua
d.
penutur tidak melanggar kedua kaidah bahasa
3.
Menurut temuan penelitian psikologi kognitif, diket
ahui bahwa:
a.
kesalahan berbahasa merupakan hasil kreativitas ana
k
b.
kesalahan berbahasa merupakan hasil peniruan anak
c.
kesalahan berbahasa merupakan pelanggaran anak
d.
kesalahan berbahasa merupakan wujud kegagalan anak
4.
Manfaat analisis kesalahan berbahasa antara lain:
a.
sebagai umpan balik bagi pengajaran bahasa
b.
sebagai data atau fakta empiris bagi penelitian
c.
sebagai bukti potensi anak dalam berbahasa
d.
sebagai bukti ketidakmampuan anak dalam berbahasa
5.
Persamaan antara kesalahan berbahasa (
error
) dengan kekhilafan/ kekeliruan
berbahasa (
mistake
) bagi penutur bahasa kedua, antara lain:
a.
produk c. sifat
b.
solusi d. sumber
Analisis Kesalahan Berbahasa
19
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
6.
Ukuran kesalahan berbahasa Indonesia yang baik adal
ah .......
a.
faktor sintaksis c. faktor-faktor komunikasi
b.
unsur-unsur kebahasaan d. wacana interaksi
7.
Wilayah kesalahan berbahasa menurut tataran linguis
tik antara lain:
a.
penghilangan unsur morfologi c. morfologi
b.
fonologi d. sintaksis
8.
Dalam kategori strategi performasi, penutur dapat m
elakukan kesalahan.
Berikut merupakan penyebab kesalahan kategori strat
egi performasi,
kecuali.......
a.
penambahan unsur kebahasaan
b.
penghilangan unsur kebahasaan
c.
pembentukan unsur kebahasaan
d.
pendeskripsian unsur kebahasaan
9.
Penambahan kata kepunyaan dalam frase nominal adala
h contoh kesalahan
untuk tataran .......
a.
sintaksis c. morfologi
b.
fonologi d. semantik
10.
Contoh kesalahan bidang fonologi bahasa Indonesia a
dalah .......
a.
fonem yang tidak luluh diluluhkan
b.
fonem /i/ diucapkan menjadi /e/
c.
fonem /e/ diucapkan menjadi /i/
d.
fonem /f/ diucapkan menjadi /p/
Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban Tes Form
atif yang ada;
hitunglah jawaban anda yang benar dan tentukan nil
ainya dengan rumus sebagai
berikut.
Tingkat Penguasaan Anda =
10
benar
yang
Jawaban
x 100%
Arti tingkat penguasaan:
90% – 100% = Sangat Baik
80% – 89% = Baik
70% – 79% = Cukup Baik
0% – 69% = Kurang Baik
Anda dapat melanjutkan pada kegiatan belajar beriku
tnya apabila anda
mencapai tingkat penguasaan di atas 80%. Apabila ti
ngkat penguasaan anda di
bawah 80%, anda perlu mempelajari kegiatan belajar
ini, sebelum anda
melanjutkan pada kegiatan belajar berikutnya.
Kunci jawaban tes formatif ini adalah: 1.(d), 2.(b)
, 3.(a), 4.(d), 5.(a), 6.(c),
7.(a), 8.(d), 9.(c), dan 10.(a).
Daftar Pustaka
Alwasilah, A. Chaedar. (1985).
Sosiologi Bahasa
. Bandung: Angkasa.
Badudu, J.S. (1983).
Inilah Bahasa Indonesia yang Benar
. Jakarta: Gramedia.
Dulay, Heidi; Burt, Marina; Krashen, Stephen, 1982.
Language Two.
Oxford:
Oxford University Press.
Hidayat, Kosadi; Jazir Burhan; Undang Misdan. (1990
).
Strategi Belajar–
Mengajar Bahasa Indonesia
. Bandung: Bina Cipta
Huda, Nuril. 1987.
Hipotesis Input.
Makalah disajikan dalam kuliah umum
jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS
IKIP Malang, 12
September 1987.
Husein, H. Akhlan dan Yayat Sudaryat. 1996.
Fonologi Bahasa Indonesia
.
Jakarta: Depdikbud Bagian Proyek Penataran Guru SLT
P Setara D-III.
Krashen, Stephen D. dan Tracy D. Terrell. 1985
3
.
The Natural Approach
Language Acquisition in the Classroom.
New York: Pergamon Press.
Krashen, S. 1976.
Formal and Informal Linguistic Environments in Lang
uage
Acquisition and Language Learning.
TESOL Quarterly 10.
Nurhadi, Roekhan. 1990.
Dimensi-dimensi dalam Belajar Bahasa Kedua
.
Bandung: Sinar Baru.
Analisis Kesalahan Berbahasa
21
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
Syafi’ie Iman, dkk. 1981.
Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia
. Jakarta:
Pusat Penerbit UT.
Syafi’ie Iman. 1988.
Retorika dalam Menulis
. Jakarta: Depdikbud.
Tarigan, Guntur H. (1988).
Pengajaran Pemerolehan Bahasa
. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Guntur H. (1990).
Proses Belajar Mengajar Pragmatik.
Bandung:
Angkasa.
Tarigan, Guntur H. (1990).
Pengajaran Kompetensi Bahasa.
Bandung: Angkasa.
Tarigan, Guntur H. (1997).
Analisis Kesalahan Berbahasa
. Jakarta: Depdikbud.

Subscribe for latest Apps and Games


0 komentar:

Posting Komentar