Pendahuluan
Pergunakanlah bahasa Indonesia yang
baik dan benar!
Ungkapan itu sudah
klise sebab kita sudah sering
mendengar ataupun mem
bacanya, bahkan
membicarakan dan menuliskan ungkapan
tersebut. Akib
atnya, kita pun dapat
bertanya “Apakah penggunaan bahasa
Indonesia yang b
aik dan benar itu masih
belum dicapai saat ini? Apakah
penggunaan bahasa In
donesia saat ini masih
belum baik dan benar?”
Analisis kesalahan berbahasa adalah
salah satu cara
untuk menjawab
pertanyaan tersebut. Melalui
analisis kesalahan ber
bahasa, kita dapat menjelaskan
penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Ba
hasa Indonesia yang baik
adalah bahasa Indonesia yang
memenuhi faktor-faktor
komunikasi, adapun bahasa
Indonesia yang benar adalah bahasa
Indonesia yang m
emenuhi kaidah-kaidah
(tata bahasa) dalam kebahasaan.
Bagaimana cara kita
menganalisis bahasa yang
baik dan benar itu? Hal itulah yang
akan dibahas da
lam modul ini.
Sekaitan dengan itu, anda dapat
mempelajarinya mela
lui modul ini.
Setelah mempelajari, anda diharapkan
mengetahui ana
lisis kesalahan berbahasa,
kemudian anda dapat mempraktikkannya
dalam berbahas
a Indonesia. Oleh karena
itu, anda harus mengetahui hal-hal
sebagai berikut:
1.
Pengertian Kesalahan Berbahasa.
2.
Kategori Kesalahan Berbahasa.
3.
Sumber Kesalahan Berbahasa.
4.
Tujuan Analisis Kesalahan Berbahasa.
5.
Metodologi Analisis Kesalahan
Berbahasa.
Diharapkan agar anda mempelajari hal
tersebut melal
ui sajian dalam
modul ini. Dengan mengetahui
analisis kesalahan dal
am berbahasa, anda dapat
mengimplementasikannya ke dalam
bahasa Indonesia. A
khirnya pernyataan
“Pergunakanlah bahasa yang baik dan
benar” menjadi
kenyataan.
Analisis Kesalahan Berbahasa
2
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
Kegiatan Belajar 1
KESALAHAN BERBAHASA
1.
Pengertian Kesalahan Berbahasa
Pembahasan tentang kesalahan
berbahasa merupakan ma
salah yang tidak
sederhana, tetapi bisa juga menjadi
tidak ada masal
ah yang harus dibahas dalam
kesalahan berbahasa. Oleh karena
itu, anda harus me
ngetahui terlebih dahulu
tentang pengertian kesalahan
berbahasa. Tidak mungk
in anda mengerti kesalahan
berbahasa apabila anda tidak
memiliki pengetahuan a
tau teori landasan tentang
hal tersebut. Tidak mungkin anda
memiliki pengetahu
an atau teori landasan
tentang kesalahan berbahasa apabila
anda tidak pern
ah mempelajari tentang itu.
Tidak mungkin anda tidak mempelajari
hal itu apabil
a anda ingin mengetahui dan
memiliki teori landasan tentang
kesalahan berbahasa
.
Istilah kesalahan berbahasa memiliki
pengertian yan
g beragam. Untuk itu,
pengertian kesalahan berbahasa perlu
diketahui lebi
h awal sebelum kita
membahas tentang kesalahan
berbahasa. Corder (1974)
menggunakan 3 (tiga)
istilah untuk membatasi kesalahan
berbahasa:
(1) Lapses, (2) Error
, dan
(3)
Mistake
. Bagi Burt dan Kiparsky dalam
Syafi’ie (1984) meng
istilahkan kesalahan
berbahasa itu dengan “
goof
”, “
goofing
”, dan “
gooficon
”. Sedangkan Huda (1981)
mengistilahkan kesalahan berbahasa
itu dengan “kekh
ilafan (
error
)”. Adapun
Tarigan (1997) menyebutnya dengan
istilah “kesalaha
n berbahasa”. Baiklah anda
perlu mengetahui pengertian
istilah-istilah tersebu
t.
Lapses, Error
dan
Mistake
adalah istilah-istilah dalam wilayah
kesalahan
berbahasa. Ketiga istilah itu
memiliki domain yang
berbeda-beda dalam
memandang kesalahan berbahasa.
Corder (1974) menjel
askan:
1)
Lapses
Lapses
adalah kesalahan berbahasa akibat
penutur beralih
cara untuk
menyatakan sesuatu sebelum seluruh
tuturan (kalimat
) selesai dinyatakan
selengkapnya. Untuk berbahasa lisan,
jenis kesalaha
n ini diistilahkan dengan
“
slip of the tongue
” sedang untuk berbahasa tulis,
jenis kesalahan in
Analisis Kesalahan Berbahasa
3
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
diistilahkan “
slip of the pen
”. Kesalahan ini terjadi akibat
ketidaksengajaan
dan tidak disadari oleh penuturnya.
2)
Error
Error
adalah kesalahan berbahasa akibat
penutur melangga
r kaidah atau
aturan tata bahasa (
breaches of code
). Kesalahan ini terjadi akibat
penutur
sudah memiliki aturan (kaidah) tata
bahasa yang ber
beda dari tata bahasa yang
lain, sehingga itu berdampak pada
kekurangsempurnaa
n atau ketidakmampuan
penutur. Hal tersebut berimplikasi
terhadap penggun
aan bahasa, terjadi
kesalahan berbahasa akibat penutur
menggunakan kaid
ah bahasa yang salah.
3)
Mistake
Mistake adalah kesalahan berbahasa
akibat penutur t
idak tepat dalam memilih
kata atau ungkapan untuk suatu
situasi tertentu. Ke
salahan ini mengacu
kepada kesalahan akibat penutur
tidak tepat menggun
akan kaidah yang
diketahui benar, bukan karena
kurangnya penguasaan
bahasa kedua (B2).
Kesalahan terjadi pada produk
tuturan yang tidak be
nar.
Burt dan Kiparsky tidak membedakan
kesalahan berbah
asa, tetapi dia
menyebut “
goof
” untuk kesalahan berbahasa, yakni:
kalimat-kalimat
atau tuturan
yang mengandung kesalahan, “
gooficon
” untuk menyebut jenis kesalahan
(sifat
kesalahan) dari kegramatikaan atau
tata bahasa, sed
angkan “
goofing
” adalah
penyebutan terhadap seluruh
kesalahan tersebut,
goof
dan
gooficon
. Menurut
Huda (1981), kesalahan berbahasa
yang dilakukan ole
h siswa (anak) yang sedang
memperoleh dan belajar bahasa kedua
disebut kekhila
fan (
error
).
Kekhilafan (
error
), menurut Nelson Brook dalam
Syafi’ie (1984), itu
“dosa/kesalahan” yang harus
dihindari dan dampaknya
harus dibatasi, tetapi
kehadiran kekhilafan itu tidak dapat
dihindari dala
m pembelajaran bahasa kedua.
Ditegaskan oleh Dulay, Burt maupun
Richard (1979),
kekhilafan akan selalu
muncul betapa pun usaha pencegahan
dilakukan, tidak
seorang pun dapat belajar
bahasa tanpa melakukan kekhilafan
(kesalahan) berba
hasa. Menurut temuan
kajian dalam bidang psikologi
kognitif, setiap anak
yang sedang memperoleh dan
belajar bahasa kedua (B2) selalu
membangun bahasa m
elalui proses kreativitas.
Analisis Kesalahan Berbahasa
4
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
Jadi, kekhilafan adalah hasil atau
implikasi dari k
reativitas, bukan suatu kesalahan
berbahasa.
Kekhilafan adalah suatu hal yang
wajar dan selalu d
ialami oleh anak
(siswa) dalam proses pemerolehan dan
pembelajaran b
ahasa kedua. Hal itu
merupakan implikasi logis dari
proses pembentukan k
reatif siswa (anak).
Hendrickson dalam Nurhadi (1990)
menyimpulkan bahwa
kekhilafan berbahasa
bukanlah sesuatu yang semata-mata
harus dihindari,
melainkan sesuatu yang perlu
dipelajari. Dengan mempelajari
kekhilafan minimal a
da 3 (tiga) informasi yang
akan diperoleh guru (pengajar)
bahasa, yakni:
1)
kekhilafan berguna untuk umpan balik
(
feedback
), yakni tentang seberapa jauh
jarak yang harus ditempuh oleh anak
untuk sampai ke
pada tujuan serta hal apa
(materi) yang masih harus dipelajari
oleh anak (sis
wa);
2)
kekhilafan berguna sebagai data/fakta
empiris untuk
peneliti atau penelitian
tentang bagaimana seseorang
memperoleh dan mempelaj
ari bahasa;
3)
kekhilafan berguna sebagai masukan (
input
), bahwa kekhilafan adalah hal
yang tidak terhindarkan dalam
pemerolehan dan pembe
lajaran bahasa, dan
merupakan salah satu strategi yang
digunakan oleh a
nak untuk pemerolehan
bahasanya (Corder; Richard, 1975).
Kesalahan berbahasa dipandang
sebagai bagian dari p
roses belajar bahasa.
Ini berarti bahwa kesalahan
berbahasa adalah bagian
yang integral dari
pemerolehan dan pengajaran bahasa.
Sekarang “Apa yang dimaksud
kesalahan berbahasa Ind
onesia?” Apabila
kesalahan berbahasa itu dihubungkan
dengan pernyata
an atau semboyan
“
Pergunakanlah bahasa Indonesia yang
baik dan benar
,” ada 2 (dua) parameter
atau tolok ukur kesalahan dalam
berbahasa Indonesia
.
Pertama
, pergunakanlah bahasa Indonesia
yang baik. Ini ber
arti bahwa
bahasa Indonesia yang baik adalah
penggunaan bahasa
sesuai dengan faktor-
faktor penentu dalam komunikasi.
Inilah faktor-fakt
or penentu dalam komunikasi,
antara lain:
1)
siapa yang berbahasa dengan siapa;
2)
untuk tujuan apa;
Analisis Kesalahan Berbahasa
5
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
3)
dalam situasi apa (tempat dan
waktu);
4)
dalam konteks apa (partisipan,
kebudayaan dan suasa
na);
5)
dengan jalur mana (lisan atau
tulisan);
6)
dengan media apa (tatap muka,
telepon, surat, koran
, buku, media
komunikasi lain: Hp, Internet);
7)
dalam peristiwa apa (bercakap,
ceramah, upacara, la
maran pekerjaan,
pelaporan, pengungkapan perasaan).
Kedua
, pergunakanlah bahasa Indonesia
yang benar. Parame
ter ini
mengacu kepada penaatasasan terhadap
kaidah-kaidah
atau aturan kebahasaan
yang ada dalam bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia yang baik dan benar
adalah bahasa
Indonesia yang
sesuai dengan kedua parameter
tersebut, yakni: fakt
or-faktor penentu
berkomunikasi dan kaidah kebahasaan
yang ada dalam
bahasa Indonesia. Berarti,
penggunaan bahasa Indonesia yang
berada di luar fak
tor-faktor penentu
komunikasi bukan bahasa Indonesia
yang benar dan be
rada di luar kaidah
kebahasaan yang ada dalam bahasa
Indonesia bukan ba
hasa Indonesia yang baik.
Oleh karena itu, kesalahan berbahasa
Indonesia adal
ah penggunaan bahasa
Indonesia, secara lisan maupun tertulis,
yang berad
a di luar atau menyimpang dari
faktor-faktor komunikasi dan kaidah
kebahasaan dala
m bahasa Indonesia
(Tarigan, 1997).
Menurut Tarigan (1997), ada dua
istilah yang saling
bersinonim (memiliki
makna yang kurang lebih sama),
kesalahan (
error
) dan kekeliruan (
mistake
) dalam
pengajaran bahasa kedua. Kesalahan
berbahasa adalah
penggunaan bahasa yang
menyimpang dari kaidah bahasa yang
berlaku dalam ba
hasa itu. Sementara itu
kekeliruan adalah penggunaan bahasa
yang menyimpang
dari kaidah bahasa yang
berlaku dalam bahasa itu namun tidak
dipandang seba
gai suatu pelanggaran
berbahasa. Kekeliruan terjadi pada
anak (siswa) yan
g sedang belajar bahasa.
Kekeliruan berbahasa cenderung
diabaikan dalam anal
isis kesalahan berbahasa
karena sifatnya tidak acak,
individual, tidak siste
matis, dan tidak permanen
(bersifat sementara). Jadi, analisis
kesalahan berb
ahasa difokuskan pada kesalahan
berbahasa berdasarkan penyimpangan
kaidah bahasa ya
ng berlaku dalam bahasa
itu.
Analisis Kesalahan Berbahasa
6
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
Untuk membedakan antara kesalahan (
error
) dan kekeliruan (
mistake
),
menurut Tarigan (1997) seperti
disajikan dalam tabe
l berikut.
Perbandingan antara Kesalahan dan
Kekeliruan Berbah
asa
Kategori Sudut Pandang
Kesalahan Berbahasa Kekeliruan
Berbahasa
1.
Sumber Kompetensi Performasi
2.
Sifat Sistematis, berlaku secara
umum
Acak, tidak sistematis,
secara individual
3.
Durasi Permanen Temporer/sementara
4.
Sistem Linguistik Sudah dikuasai
Belum dikuasai
5.
Produk Penyimpangan kaidah
bahasa
Penyimpangan kaidah
bahasa
6.
Solusi Dibantu oleh guru melalui
latihan pengajar remedial
Diri sendiri (siswa):
mawas diri, pemusatan
perhatian
Berdasarkan uraian tersebut, anda
sudah mengetahui
pengertian kesalahan
berbahasa. Anda juga dapat membatasi
perbedaan kesa
lahan berbahasa dengan
kekeliruan berbahasa serta bagaimana
bersikap terha
dap hal tersebut. Untuk
bahasa Indonesia, ada dua parameter
yang dapat digu
nakan untuk menentukan
atau mengukur penyimpangan bahasa.
Selanjutnya, and
a akan mempelajari
kategori (jenis) kesalahan dalam
berbahasa. Untuk i
tu, anda dapat melanjutkan
pada sajian berikut.
2.
Kategori Kesalahan Berbahasa
Kesalahan berbahasa dapat terjadi
dalam setiap tata
ran linguistik
(kebahasaan). Ada kesalahan yang
terjadi dalam tata
ran fonologi, morfologi,
sintaksis, wacana dan semantik.
Kesalahan berbahasa
dapat disebabkan oleh
intervensi (tekanan) bahasa pertama
(B1) terhadap b
ahasa kedua (B2). Kesalahan
berbahasa yang paling umum terjadi
akibat penyimpan
gan kaidah bahasa. Hal itu
terjadi oleh perbedaan kaidah
(struktur) bahasa per
tama (B1) dengan bahasa
kedua (B2). Selain itu kesalahan
terjadi oleh adany
a transfer negatif atau
intervensi B1 pada B2. Dalam
pengajaran bahasa, kes
alahan berbahasa
Analisis Kesalahan Berbahasa
7
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
disebabkan oleh banyak faktor, di
antaranya: kuriku
lum, guru, pendekatan,
pemilihan bahan ajar, serta cara
pengajaran bahasa
yang kurang tepat (Tarigan,
1997).
Burt, Dulay, maupun Krashen (1982)
membedakan wilay
ah (taksinomi)
kesalahan berbahasa menjadi
kesalahan atau kekhilaf
an:
1.
taksonomi kategori linguistik;
2.
taksonomi kategori strategi
performasi;
3.
taksonomi kategori komparatif;
4.
taksonomi kategori efek komunikasi.
Anda dapat mempelajari taksonomi
tersebut dalam saj
ian berikut.
Taksonomi kesalahan berbahasa itu,
menurut Nurhadi
(1990), dibedakan sebagai
berikut.
Taksonomi kategori linguistik
membedakan kesalahan
berdasarkan
komponen bahasa dan konsisten
bahasa. Berdasarkan k
omponen bahasa, wilayah
kesalahan dibedakan menjadi:
1.
kesalahan tataran fonologi;
2.
kesalahan tataran morfologi dan
sintaksis;
3.
kesalahan tataran semantik dan kata;
4.
kesalahan tataran wacana.
Berdasarkan konstituen bahasa,
kesalahan terjadi pa
da tataran penggunaan
unsur-unsur bahasa ketika
dihubungkan dengan unsur
bahasa lain dalam satu
bahasa. Misalnya frase dan klausa
dalam tataran sin
taksis atau morfem-morfem
gramatikal dalam tataran morfologi.
Berdasarkan taksonomi kategori
strategi performasi,
kesalahan didasarkan
kepada penyimpangan bahasa yang
terjadi pada pemero
lehan dan pengajaran
bahasa kedua (B2). Pendeskripsian
kesalahan ini seh
arusnya dipertimbangkan
atau dihubungkan dengan proses
kognitif pada saat a
nak (siswa) memproduksi
(merekonstruksi) bahasanya.
Dalam kategori strategi performasi,
tataran kesalah
an bahasa dapat
dibedakan menjadi 4 (empat)
kesalahan. Berikut adal
ah keempat kesalahan
kategori strategi performasi:
1.
Penanggalan (
omission
), penutur bahasa menanggalkan satu
atau lebih unsu
r-
unsur bahasa yang diperlukan dalam
suatu frase atau
kalimat. Akibatnya
terjadi penyimpangan konstruksi
frase atau kalimat.
2.
Penambahan (
addition
), penutur bahasa menambahkan satu
atau lebih unsur
-
unsur bahasa yang tidak diperlukan
dalam suatu fras
e atau kalimat. Akibatnya
terjadi penyimpangan konstruksi
frase atau kalimat.
3.
Kesalahbentukan (
misformation
), penutur membentuk suatu frase
atau kalimat
yang tidak sesuai kaidah bahasa itu.
Akibatnya kons
truksi frase atau kalimat
menjadi salah (penyimpangan) kaidah
bahasa.
4.
Kesalahurutan (
misordering
), penutur menyusun atau mengurutkan
unsur-
unsur bahasa dalam suatu konstruksi
frase atau kali
mat di luar kaidah bahasa
itu. Akibatnya frase atau kalimat
itu menyimpang da
ri kaidah bahasa.
Berdasarkan taksonomi komparatif,
kesalahan dibedak
an menjadi 4
(empat) tataran kesalahan. Berikut
adalah keempat j
enis kesalahan berdasarkan
taksonomi komparatif.
1.
Kesalahan interlingual disebut juga
kesalahan inter
ferensi, yakni: kesalahan
yang bersumber (akibat) dari
pengaruh bahasa pertam
a (B1) terhadap bahasa
kedua (B2).
2.
Kesalahan intralingual adalah
kesalahan akibat perk
embangan. Kesalahan
berbahasa bersumber dari penguasaan
bahasa kedua (B
2) yang belum
memadai.
3.
Kesalahan ambigu adalah kesalahan
berbahasa yang me
refleksikan kesalahan
interlingual dan intralingual.
Kesalahan ini diakib
atkan kesalahan pada
interlingual dan intralingual.
4.
Kesalahan unik adalah kesalahan
bahasa yang tidak d
apat dideskripsikan
berdasarkan tataran kesalahan
interlingual dan intr
alingual. Kesalahan ini
tidak dapat dilacak dari B1 maupun
B2. Misalnya: an
ak kecil yang mulia
Analisis Kesalahan Berbahasa
9
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
belajar berbicara dalam suatu
bahasa, tidak sedikit
tuturan (kata frase atau
kalimat) yang tidak dapat dijelaskan
dari B1 maupun
B2.
Berdasarkan kategori efek
komunikasi, kesalahan bah
asa dapat dibedakan
menjadi kesalahan lokal dan
kesalahan global. Berda
sarkan jenis penyimpangan
bahasa, kesalahan lokal adalah
kesalahan konstruksi
kalimat yang ditanggalkan
(dihilangkan) salah satu unsurnya.
Akibatnya proses
komunikasi menjadi
terganggu. Misalnya: penutur
menggunakan kalimat at
au tuturan yang janggal
atau “
nyeleneh
” saat berkomunikasi. Adapun
kesalahan global adala
h tataran
kesalahan bahasa yang menyebabkan
seluruh tuturan a
tau isi yang dipesankan
dalam berkomunikasi, baik lisan
maupun tulis, menja
di tidak dapat dipahami.
Akibat frase ataupun kalimat yang
digunakan oleh pe
nutur berada di luar kaidah
bahasa manapun baik B1 maupun B2.
3.
Sumber Kesalahan Berbahasa
Sumber kesalahan berbahasa secara
tersirat sudah da
pat dipahami oleh
anda dalam sajian sebelum ini.
Penyimpangan bahasa
yang dilakukan oleh para
penutur, terutama anak (siswa) dalam
pemerolehan da
n pembelajaran bahasa.
Berdasarkan kategori taksonomi
kesalahan atau kekel
iruan bahasa, anda sudah
dapat memprediksikan sumber-sumber
kesalahan bahasa
.
Dalam konteks ini sumber kesalahan
itu adalah “Perg
unakanlah bahasa
Indonesia yang baik dan benar.” Dari
parameter peng
gunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar kemudian
dihubungkan dengan pem
belajaran bahasa
Indonesia di sekolah, itulah sumber
yang utama untu
k analisis kesalahan bahasa
dalam sajian ini. Penyimpangan
bahasa yang diukur b
erada pada tataran (wilayah)
fonologi, morfologi, sintaksis,
semantik dan wacana
yang dihubungkan dengan
faktor-faktor penentu dalam
komunikasi.
Apabila sumber kesalahan berbahasa
itu dideskripsik
an secara rinci, anda
dapat melakukan analisis kesalahan
pada sumber-sumb
er kesalahan berikut.
Analisis Kesalahan Berbahasa dalam
Tataran Fonologi
Sumber kesalahan berbahasa dalam
tataran fonologi b
ahasa Indonesia
antara lain: fonem, diftong, kluster
dan pemenggala
n kata. Sumber kesalahan itu
terdapat pada tataran berikut.
Analisis Kesalahan Berbahasa
10
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
1.
Fonem /a/ diucapkan menjadi /e/.
2.
Fonem /i/ diucapkan menjadi /e/.
3.
Fonem /e/ diucapkan menjadi /é/.
4.
Fonem /é/ diucapkan menjadi /e/.
5.
Fonem /u/ diucapkan menjadi /o/.
6.
Fonem /o/ diucapkan menjadi /u/.
7.
Fonem /c/ diucapkan menjadi /se/.
8.
Fonem /f/ diucapkan menjadi /p/.
9.
Fonem /k/ diucapkan menjadi /?/
bunyi hambat glotal
.
10.
Fonem /v/ diucapkan menjadi /p/.
11.
Fonem /z/ diucapkan menjadi /j/.
12.
Fonem /z/ diucapkan menjadi /s/.
13.
Fonem /kh/ diucapkan menjadi /k/.
14.
Fonem /u/ diucapkan/dituliskan
menjadi /w/.
15.
Fonem /e/ diucapkan menjadi /i/.
16.
Fonem /ai/ diucapkan menjadi /e/.
17.
Fonem /sy/ diucapkan menjadi /s/.
18.
Kluster /sy/ diucapkan menjadi /s/.
19.
Penghilangan fonem /k/.
20.
Penyimpangan pemenggalan kata.
3.1
Analisis Kesalahan Berbahasa dalam
Tataran Morfolog
i
Sumber kesalahan berbahasa dalam
tataran morfologi
bahasa Indonesia,
antara lain:
1.
Salah penentuan bentuk asal.
2.
Fonem yang luluh tidak diluluhkan.
3.
Fonem yang tidak luluh diluluhkan.
4.
Penyingkatan morfem
men-, meny-, meng-,
dan
menge-
menjadi
n, ny, ng,
dan
nge-
.
5.
Perubahan morfem
ber-, per-,
dan
ter-
menjadi
be-, pe-,
dan
te-
.
6.
Penulisan morfem yang salah.
7.
Pengulangan yang salah.
Analisis Kesalahan Berbahasa
11
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
8.
Penulisan kata majemuk serangkai.
9.
Pemajemukan berafiksasi.
10.
Pemajemukan dengan afiks dan sufiks.
11.
Perulangan kata majemuk.
Sumber kesalahan berbahasa dalam
tataran frase, ant
ara lain:
1.
Frase kata depan tidak tepat.
2.
Salah penyusunan frase.
3.
Penambahan kata “yang” dalam frase
benda (nominal)
(N + A).
4.
Penambahan kata “dari” atau
“tentang” dalam frase n
ominal (N + N).
5.
Penambahan kata kepunyaan dalam
frase nominal.
6.
Penambahan kata “dari” atau “pada”
dalam frase verb
al (V + Pr).
7.
Penambahan kata “untuk” atau “yang”
dalam frase nom
inal (N + V).
8.
Penambahan kata “untuk” dalam frase
nominal (V + ya
ng + A).
9.
Penambahan kata “yang” dalam frase
nominal (N + yan
g + V pasif).
10.
Penghilangan preposisi dalam frase
verbal (V intran
sitif + preposisi + N).
11.
Penghilangan kata “oleh” dalam frase
verbal pasif (
V pasif + oleh + A).
12.
Penghilangan kata “yang” dalam frase
adjektif (lebi
h + A + daripada +
N/Dem).
Sumber kesalahan berbahasa dalam
tataran klausa, an
tara lain:
1.
Penambahan preposisi di antara kata
kerja dan objek
dalam klausa aktif.
2.
Penambahan kata kerja bantu “adalah”
dalam klausa p
asif.
3.
Pemisahan pelaku dan kata kerja
dalam klausa pasif.
4.
Penghilangan kata “oleh” dalam
klausa pasif.
5.
Penghilangan proposisi dari kata
kerja berpreposisi
dalam klausa pernyataan.
6.
Penghilangan kata “yang” dalam
klausa nominal.
7.
Penghilangan kata kerja dalam klausa
intransitif.
8.
Penghilangan kata “untuk” dalam
klausa pasif.
9.
Penggantian kata “daripada” dengan
kata “dari” dala
m klausa bebas.
10.
Pemisahan kata kerja dalam klausa
medial.
11.
Penggunaan klausa rancu.
Analisis Kesalahan Berbahasa
12
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
Sumber kesalahan berbahasa dalam
tataran sintaksis,
antara lain:
1.
Penggunaan kata perangkai, dari,
pada, daripada, ke
pada, dan untuk.
2.
Pembentukan kalimat tidak baku,
antara lain:
a.
Kalimat tidak efektif.
b.
Kalimat tidak normatif.
c.
Kalimat tidak logis.
d.
Kalimat rancu.
e.
Kalimat ambigu.
f.
Kalimat pengaruh struktur bahasa
asing.
Sumber kesalahan berbahasa dalam
tataran semantik,
antara lain:
1.
Akibat gejala hiperkorek.
2.
Akibat gejala pleonasme.
3.
Akibat bentukan ambiguitas.
4.
Akibat diksi (pemilihan kata).
Sumber kesalahan berbahasa dalam
tataran wacana, an
tara lain:
1.
Akibat syarat-syarat paragraf tidak
dipenuhi.
2.
Akibat struktur sebuah paragraf.
3.
Akibat penggabungan paragraf.
4.
Akibat penggunaan bahasa dalam
paragraf.
5.
Akibat pengorganisasian isi
(topik-topik) dalam par
agraf.
6.
Akibat pemilihan topik (isi)
paragraf yang tidak te
pat.
7.
Akibat ketidakcermatan dalam
perujukan.
8.
Akibat penggunaan kalimat dalam
paragraf yang tidak
selesai.
4.
Hasil Penelitian tentang Kesalahan
Berbahasa
Proses menguasai bahasa kedua dapat
dilaksanakan se
cara bersamaan
dengan proses menguasai bahasa
pertama, dan dapat j
uga dilakukan secara
berurutan oleh pembelajar. Pada
umumnya, para ahli
pengajaran bahasa kedua
mempercayai bahwa bahasa pertama
(B1) atau bahasa y
ang diperoleh
sebelumnya, berpengaruh terhadap
proses penguasaan
bahasa kedua pembelajar
Analisis Kesalahan Berbahasa
13
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
(Ellis, 1986). Dalam proses itu,
pembelajar (siswa)
tidak mungkin menghindari
untuk melakukan kesalahan
(kekhilafan) berbahasa.
Anda pasti sependapat apabila siswa
yang mempelajar
i bahasa Indonesia
dipengaruhi oleh penguasaan bahasa
pertamanya (B1).
Akibatnya siswa dalam
pemerolehan dan pembelajaran bahasa
Indonesia menga
lami kesulitan dan
melakukan kesalahan berbahasa. Hal
itu merupakan ak
ibat persamaan dan
perbedaan yang terdapat dalam bahasa
Indonesia deng
an bahasa pertama (B1)
siswa. Kemudian, siswa melakukan transfer
bahasa pe
rtama (B1) terhadap bahasa
Indonesia (B2). Akibatnya, siswa
melakukan kesalaha
n (kekhilafan) dalam
pembelajaran dan pemerolehan bahasa
Indonesia.
Hasil penelitian tentang kesalahan
berbahasa sudah
cukup banyak
dilakukan, sehingga itu dapat
dijadikan bukti bahwa
proses penguasaan bahasa
kedua dipengaruhi oleh penguasaan
bahasa sebelumnya
. Anda dapat mempelajari
hasil-hasil penelitian itu, terutama
penelitian ten
tang pemerolehan dan pengajaran
bahasa Indonesia sebagai bahasa
kedua. Dalam sajian
berikut, anda akan
mempelajari sejumlah hasil
penelitian tentang kesal
ahan berbahasa yang
dilakukan siswa yang sedang proses
penguasaan bahas
a Indonesia melalui
pemerolehan dan pembelajaran.
Nursusilo Mas’ud (1987) melakukan
penelitian kekhil
afan (kekeliruan
berbahasa) dalam pemerolehan
konstruksi kalimat bah
asa Indonesia. Penelitian itu
dilaksanakan kepada siswa yang
berusia delapan tahu
n dengan kemampuan
bahasa pertama (B1) Jawa dan lokasi
penelitian itu
adalah SD Latihan SPG
Negeri malang. Dari penelitian itu
diperoleh 4 (emp
at) wujud kekhilafan
berdasarkan taksonomi kategori
strategi performasi,
yakni: (1) penanggalan
(
omission
), (2) penambahan (
addition
), (3) kesalahbentukan (
misformation
), dan
(4) kesalahurutan (
misordering
). Berdasarkan kategori linguistik
ditemukan 20
tataran kekhilafan, yakni:
1.
penanggalan; S, P, O, ber-, meN-,
di-/ter-, ke- dan
kata ganti bilangan;
2.
penambahan; subjek pronomina,
penggunaan adverbia r
angkap, enklitiknya;
3.
kesalahbentukan; di!, ke-,
penggunaan kata sendiri,
enklitiknya;
4.
kesalahurutan; penggunaan urutan
pokok keterangan.
Berdasarkan kategori komparatif,
ditemukan 2 (dua)
tataran kekhilafan,
yakni: (1) kekhilafan interlingual
dan (2) kekhilaf
an intralingual. Berdasarkan
kedua kategori kekhilafan, ditemukan
bahwa strategi
pemerolehan konstruksi
kalimat bahasa Indonesia pada siswa
berusia delapan
tahun yang berbahasa
pertama (B1) bahasa Jawa adalah:
a.
menanggalkan unsur-unsur linguistik
yang diperlukan
dalam bahasa
Indonesia;
b.
menambahkan unsur-unsur linguistik
yang tidak diper
lukan dalam bahasa
Indonesia;
c.
menyusun unsur-unsur linguistik di
luar kaidah baha
sa Indonesia;
d.
mengurutkan unsur-unsur linguistik
di luar kaidah b
ahasa Indonesia.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sujai dkk (198
6) tentang Pemakaian
Bahasa Indonesia di Lingkungan
Masyarakat Tionghoa
di Jawa Timur, ditemukan
5 (lima) tipe kesalahan atau
kekhilafan berbahasa I
ndonesia. Penelitian itu
merupakan sebuah analisis kesalahan
bahasa Indonesi
a ragam tulis siswa kelas VI
SD warga negara Indonesia keturunan
Cina (Tionghoa)
di tiga kota Jawa Timur.
Kelima tipe kesalahan itu adalah:
1.
tipe A; kesalahan/kekhilafan
generalisasi berlebih
dalam penulisan bahasa
Indonesia.
2.
tipe B; kekhilafan pengetahuan
(ketidakmampuan) men
aati kaidah
kebahasaan.
3.
tipe C; kekhilafan pada penafsiran
terhadap kaidah
bahasa yang diperoleh.
4.
tipe D; kekhilafan pada penggunaan
kaidah bahasa In
donesia yang benar.
5.
tipe E; kekhilafan akibat
interferensi bahasa perta
ma (B1) pada bahasa
Indonesia.
Dari kelima tataran kekhilafan
tersebut, tipe A men
empati peringkat
pertama untuk tataran morfologi,
tipe B menempati p
eringkat pertama untuk
tataran sintaksis, adapun tipe E
menempati peringka
t paling rendah baik pada
kekhilafan tataran morfologis maupun
kekhilafan tat
aran sintaksis. Dari temuan
itu disimpulkan bahwa tipe
kekhilafan A, B, C dan D
merupakan kekhilafan
akibat intralingual (kekhilafan
perkembangan) sedan
gkan tipe E merupakan
kekhilafan akibat interlingual
(kekhilafan inferens
ial).
Imam Syafi’ie (1984) melakukan
penelitian analisis
kesalahan berbahas
Indonesia ragam tulis mahasiswa di
tiga IKIP di Jaw
a. Hasil penelitian itu antara
lain: kesalahan/kekhilafan berbahasa
dianalisis ber
dasarkan ciri-ciri struktur,
ternyata ada 4 (empat) tataran yang
menjadi sumbern
ya, yakni: (1) penghilangan
unsur-unsur linguistik, (2)
penambahan unsur-unsur
linguistik, (3) pemilahan
unsur-unsur linguistik, dan (4)
penyusunan unsur-un
sur linguistik berada di luar
kaidah bahasa Indonesia. Selain itu,
ditemukan kesa
lahan global dan kesalahan
lokal dalam penyusunan kalimat,
pemilihan dan pengg
unaan kata serta ejaan dan
tanda baca.
Parawansa (1981) mengadakan
penelitian tentang inte
rferensi morfologi
pada dwibahasawan anak usia sekolah
dasar di daerah
Kabupaten Gowa Propinsi
Sulawesi Selatan. Ternyata
penelitian itu hasilnya
bahwa tidak sepenuhnya
persamaan dan perbedaan struktur
kedua bahasa (baha
sa Indonesia dan bahasa
Makasar) menjadi dasar peramalan
bagi terjadinya in
terferensi morfologi pada
penggunaan bahasa Indonesia oleh
siswa (anak) berba
hasa pertama Makasar.
Meskipun demikian, ternyata
interferensi itu sebagi
an besar disebabkan oleh
perbedaan struktur morfologi dari
kedua bahasa itu,
dan terjadi dalam tataran
keempat sistem morfologi, yakni:
sistem nominal, ve
rbal, adjektiva dan partikel.
Hasil lain yang ditemukan dari
penelitian itu, menu
rut Parawansa (1981)
tipe interferensi morfologi pada
kekhilafan bahasa
anak terjadi pada tataran:
1.
penggunaan unsur morfologi bahasa
Makasar di dalam
tuturan bahasa
Indonesia (importansi).
2.
penerapan atau penambahan unsur
morfologi bahasa Ma
kasar ke dalam unsur
morfologi bahasa Makasar ke dalam
unsur morfologi b
ahasa Indonesia
(substitusi).
3.
pengabaian atau penghilangan unsur
morfologi bahasa
Indonesia yang tidak
terdapat modelnya dalam bahasa
Makasar.
4.
penambahan (perluasan atau pengurangan)
fungsi morf
ologi bahasa Indonesia
berdasarkan model morfologi bahasa
Makasar.
Penelitian yang dilaksanakan oleh
Nuryanto (1984) d
ifokuskan kepada
sikap guru terhadap interferensi
bahasa Jawa pada b
ahasa Indonesia. Penelitian itu
dilaksanakan kepada 8423 guru yang
tersebar di 738
buah Sekolah Negeri yang
ada di Yogyakarta. Dari hasil
penelitian diperoleh
2 (dua) sikap guru terhadap
interferensi bahasa pertama (B1 =
bahasa Jawa) pada
bahasa kedua (bahasa
Indonesia), yakni sikap positif dan
sikap negatif.
Sikap negatif merupakan sikapan
mayoritas guru (tidak menyetujui)
terhadap pengguna
an bahasa Indonesia yang
disisipi dengan unsur-unsur
interferensi dari bahas
a Jawa (55%). Dihubungkan
dengan batas “signifikansi”
proposisi sikap positif
pada populasi penelitian (8423
guru) bahwa 35% guru yang mempunyai
sikap positif t
erhadap interferensi bahasa
Jawa pada penggunaan bahasa
Indonesia. Jadi, para g
uru (55%) tidak menyetujui
terhadap interferensi bahasa pertama
(B1 = bahasa J
awa) terhadap bahasa kedua
(B2 = bahasa Indonesia). Oleh karena
itu, kekhilafa
n (kesalahan) berbahasa terjadi
oleh adanya interferensi bahasa
pertama terhadap ba
hasa Indonesia (bahasa
kedua).
Anda sudah mempelajari sejumlah
hasil penelitian ke
khilafan (kesalahan)
berbahasa akibat adanya interferensi
bahasa pertama
(B1) pada bahasa kedua
(B2). Dari penelitian itu, diperoleh
simpulan bahwa
penggunaan bahasa Indonesia
oleh anak (siswa) terjadi kesalahan
akibat siswa me
nggunakan pengetahuan dan
pengalaman (model) bahasa pertama
(B1). Akibatnya k
esalahan strategi
performasi tidak dapat dihindarkan,
terutama pada t
ataran morfologi bahasa
Indonesia ragam tulis. Anda belum
memperoleh bukti
penelitian untuk ragam
bahasa Indonesia lisan dalam sajian
ini. Oleh karen
a itu anda disarankan untuk
menemukan dari sumber yang lain.
Rangkuman
Dalam analisis kesalahan berbahasa
dibahas masalah
tentang kesalahan
bahasa (
error
) dan kekhilafan atau kekeliruan (
mistake
). Kesalahan bahasa
mengacu pada penyimpangan kaidah
(struktur atau tat
a bahasa) bahasa yang baku.
Kekhilafan atau kekeliruan mengacu
pada penyimpanga
n tataran strategi
performasi bahasa. Ukuran atau
parameter penyimpang
an untuk bahasa Indonesia
terjadi apabila penggunaan bahasa
Indonesia itu tid
ak baik dan tidak benar.
Kekhilafan atau kekeliruan (
mistake
) selalu terjadi pada anak (siswa)
yang
berada dalam proses pemerolehan dan
pembelajaran ba
hasa. Kekhilafan itu
memiliki sifat yang acak, tidak sistematis,
tidak p
ermanen (temporer) dan bersifat
individual. Itu merupakan wujud
kreativitas anak da
lam mengonstruksi
kemampuan berbahasanya. Apabila
dibedakan berdasark
an sumber kekhilafannya,
maka kekhilafan (kesalahan) itu
terjadi pada (1) ka
tegori linguistik, (2) kategori
strategi performasi, (3) strategi
komparatif, dan (
4) kategori efek komunikasi.
Diakui bahwa interferensi dan
intralingual bahasa p
ertama pada bahasa kedua
merupakan penyebab utama terjadinya
keadaan atau ke
khilafan berbahasa. Dalam
hal ini, kekhilafan atau kesalahan
dalam bahasa Ind
onesia antara lain disebabkan
oleh interferensi dan intralingual
bahasa pertama (
B1 = bahasa daerah).
Kontak bahasa yang terjadi dalam
diri dwibahasawan
menyebabkan saling
pengaruh antara bahasa pertama (B1)
dan bahasa kedu
a (B2). Penggunaan sistem
bahasa tertentu pada bahasa lain
disebut transfer.
Bila transfer sistem itu
bersamaan, mendukung dan memudahkan
pada penggunaan
bahasa, itu disebut
transfer positif. Bila itu tidak mendukung
dan memb
erikan kesulitan atau
bertentangan, maka itu disebut
transfer negatif. Ak
ibat transfer negatif,
pembelajar (siswa) mendapat
kesulitan dalam belajar
bahasa (B2) dan sekaligus
menjadi sumber kekhilafan
(kesalahan) dalam berbaha
sa (B2). Transfer negatif
lebih dikenal dengan istilah
interferensi, yakni: p
enggunaan sistem bahasa
pertama (B1) dalam penggunaan bahasa
kedua (B2), da
n sistem tersebut tidak
terdapat atau tidak sama dalam
bahasa itu. Analisis
kesalahan berbahasa adalah
cara untuk mendeskripsikan fenomena
kesalahan dalam
bahasa kedua (B2) atau
bahasa setelah bahasa pertama (B1).
Pengajaran bahasa Indonesia adalah
pengajaran bahas
a kedua atau setelah
bahasa pertama (B1). Kesulitan dan
kesalahan (kekhi
lafan) penggunaan bahasa
Indonesia dalam proses pembelajaran
adalah masalah.
Oleh karena itu, analisis
kesalahan berbahasa dapat
diimplementasikan sebagai
salah satu solusi alternatif
untuk pengajaran bahasa Indonesia.
Dengan analisis
kesalahan berbahasa,
kesulitan dan kesalahan siswa dalam
berbahasa Indon
esia dapat diketahui,
kemudian hasilnya dapat digunakan
untuk memperbaiki
pengajaran bahasa
tersebut.
Analisis Kesalahan Berbahasa
18
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
Tes Formatif
Petunjuk:
Anda ditugaskan untuk mengerjakan
tes formatif ini
dengan cara
memilih a, b, c, atau d sebagai
jawabannya.
1.
Analisis kesalahan berbahasa adalah
.......
a.
cara pandang terhadap penggunaan
bahasa
b.
cara pengembangan bahasa
c.
cara untuk membandingkan dua
pengguna bahasa
d.
cara untuk membedakan (mengukur)
penggunaan bahasa
2.
Kesalahan (
error
) dan kekhilafan (
mistake
) adalah jenis kesalahan berbahasa.
Perbedaannya antara lain:
a.
penutur tidak mengetahui kaidah
bahasa
b.
penutur sudah memiliki kaidah bahasa
c.
penutur menggunakan kaidah bahasa
kedua
d.
penutur tidak melanggar kedua kaidah
bahasa
3.
Menurut temuan penelitian psikologi
kognitif, diket
ahui bahwa:
a.
kesalahan berbahasa merupakan hasil
kreativitas ana
k
b.
kesalahan berbahasa merupakan hasil
peniruan anak
c.
kesalahan berbahasa merupakan
pelanggaran anak
d.
kesalahan berbahasa merupakan wujud
kegagalan anak
4.
Manfaat analisis kesalahan berbahasa
antara lain:
a.
sebagai umpan balik bagi pengajaran
bahasa
b.
sebagai data atau fakta empiris bagi
penelitian
c.
sebagai bukti potensi anak dalam
berbahasa
d.
sebagai bukti ketidakmampuan anak
dalam berbahasa
5.
Persamaan antara kesalahan berbahasa
(
error
) dengan kekhilafan/ kekeliruan
berbahasa (
mistake
) bagi penutur bahasa kedua, antara
lain:
a.
produk c. sifat
b.
solusi d. sumber
Analisis Kesalahan Berbahasa
19
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
6.
Ukuran kesalahan berbahasa Indonesia
yang baik adal
ah .......
a.
faktor sintaksis c. faktor-faktor
komunikasi
b.
unsur-unsur kebahasaan d. wacana
interaksi
7.
Wilayah kesalahan berbahasa menurut
tataran linguis
tik antara lain:
a.
penghilangan unsur morfologi c.
morfologi
b.
fonologi d. sintaksis
8.
Dalam kategori strategi performasi,
penutur dapat m
elakukan kesalahan.
Berikut merupakan penyebab kesalahan
kategori strat
egi performasi,
kecuali.......
a.
penambahan unsur kebahasaan
b.
penghilangan unsur kebahasaan
c.
pembentukan unsur kebahasaan
d.
pendeskripsian unsur kebahasaan
9.
Penambahan kata kepunyaan dalam
frase nominal adala
h contoh kesalahan
untuk tataran .......
a.
sintaksis c. morfologi
b.
fonologi d. semantik
10.
Contoh kesalahan bidang fonologi
bahasa Indonesia a
dalah .......
a.
fonem yang tidak luluh diluluhkan
b.
fonem /i/ diucapkan menjadi /e/
c.
fonem /e/ diucapkan menjadi /i/
d.
fonem /f/ diucapkan menjadi /p/
Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkan jawaban anda dengan kunci
jawaban Tes Form
atif yang ada;
hitunglah jawaban anda yang benar
dan tentukan nil
ainya dengan rumus sebagai
berikut.
Tingkat Penguasaan Anda =
10
benar
yang
Jawaban
x 100%
Arti tingkat penguasaan:
90% – 100% = Sangat Baik
80% – 89% = Baik
70% – 79% = Cukup Baik
0% – 69% = Kurang Baik
Anda dapat melanjutkan pada kegiatan
belajar beriku
tnya apabila anda
mencapai tingkat penguasaan di atas
80%. Apabila ti
ngkat penguasaan anda di
bawah 80%, anda perlu mempelajari
kegiatan belajar
ini, sebelum anda
melanjutkan pada kegiatan belajar
berikutnya.
Kunci jawaban tes formatif ini
adalah: 1.(d), 2.(b)
, 3.(a), 4.(d), 5.(a), 6.(c),
7.(a), 8.(d), 9.(c), dan 10.(a).
Daftar Pustaka
Alwasilah, A. Chaedar. (1985).
Sosiologi Bahasa
. Bandung: Angkasa.
Badudu, J.S. (1983).
Inilah Bahasa Indonesia yang Benar
. Jakarta: Gramedia.
Dulay, Heidi; Burt, Marina; Krashen,
Stephen, 1982.
Language Two.
Oxford:
Oxford University Press.
Hidayat, Kosadi; Jazir Burhan;
Undang Misdan. (1990
).
Strategi Belajar–
Mengajar Bahasa Indonesia
. Bandung: Bina Cipta
Huda, Nuril. 1987.
Hipotesis Input.
Makalah disajikan dalam kuliah umum
jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia FPBS
IKIP Malang, 12
September 1987.
Husein, H. Akhlan dan Yayat
Sudaryat. 1996.
Fonologi Bahasa Indonesia
.
Jakarta: Depdikbud Bagian Proyek
Penataran Guru SLT
P Setara D-III.
Krashen, Stephen D. dan Tracy D.
Terrell. 1985
3
.
The Natural Approach
Language Acquisition in the
Classroom.
New York: Pergamon Press.
Krashen, S. 1976.
Formal and Informal Linguistic
Environments in Lang
uage
Acquisition and Language Learning.
TESOL Quarterly 10.
Nurhadi, Roekhan. 1990.
Dimensi-dimensi dalam Belajar Bahasa
Kedua
.
Bandung: Sinar Baru.
Analisis Kesalahan Berbahasa
21
Drs. Dian Indihadi, M.Pd.
Syafi’ie Iman, dkk. 1981.
Pendekatan Pembelajaran Bahasa
Indonesia
. Jakarta:
Pusat Penerbit UT.
Syafi’ie Iman. 1988.
Retorika dalam Menulis
. Jakarta: Depdikbud.
Tarigan, Guntur H. (1988).
Pengajaran Pemerolehan Bahasa
. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Guntur H. (1990).
Proses Belajar Mengajar Pragmatik.
Bandung:
Angkasa.
Tarigan, Guntur H. (1990).
Pengajaran Kompetensi Bahasa.
Bandung: Angkasa.
Tarigan, Guntur H. (1997).
Analisis Kesalahan Berbahasa
. Jakarta: Depdikbud.
0 komentar:
Posting Komentar