MAKALAH
Homonim dan homofon dalam
mempelajari semantik
Disusun oleh :
NEKSI
DOVIKA
Npm
2013031
Tugas
ini ditulis untuk melengkapi persyaratan mata kuliah Semantik
Dosen
Pengampu Endang Muhtadin, M.Pd.
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN
GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2015 / 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Saat berkomunikasi tentu saja setiap
orang banyak menggunakan pembendaharaan kata. Pembendaharaan kata yang banyak
sudah sangat membutuhkan bahwa seseorang tersebut sering berkata-kata. Namun,
keadaan tersebut memiliki pengaruh terhadap perkembangan bahasa saat ini.
Mengkaji hal tersebut, perlu adanya
pengetahuan yang lebih dalam mengenai penggunaan kata-kata, yang digunakan
lebih dari satu makna dan juga mengenal serta memahami penggunaan kata yang
sama tetapi ketika seseorang tersebut mengucapkannya menimbulkan arti yang
berbeda.
Permasalahan
tersebut lebih dikenal dengan hal yang berhubungan dengan polisemi dan homonim.
Disamping hal tersebut, selain mengetahui lebih dalam tentang makna ataupun
konsep dari polisemi dan homonim. Kita juga harus mengetahui dalam membedakan
antara homonim dan polisemi.
Penulis memilih
topik tentang homonim dan polisemi berdasarkan rentetan-rentetan pembahasan
yang telah dijelaskan di atas menjadi judul makalah ini.
1.2
Permasalahan
1. Apakah yang
dimaksud dengan homonim?
2. Apakah yang
dimaksud dengan polisemi?
3. Bagaimanakah
cara membedakan antara homonim dengan polisemi?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Homonim
Homonim berasal
dari bahasa Yunani, homos dan onuma. kata tersebut masing-masing
berarti ’sejenis’ atau ’sama’ dan ’nama’. Dalam imu bahasa, istilah tersebut
diartikan sebagai kata-kata yang bentuk dan cara pelafalannya sama, tetapi
memiliki makna yang berbeda. Contohnya, kata genting dan jarak.
- genting
(1) Karena perang, kota itu tampak
sangat genting (genting = gawat)
(2) Kakak sedang memperbaiki genting
yang bocor (genting = atap)
- jarak
(1 Ayah sedang
menanam pohon jarak di belakang rumah (jarak = pohon)
(2 Jarak dari rumah ke sekolah cukup
jauh (jarak = ukuran)
Dalam kamus,
kata-kata berhomonim biasanya ditandai oleh urutan angka Romawi. Contohnya
sebagai berikut:
karang
I = batu karang, sejenis batu kpur di laut.
karang
II = karangan bunga, susunan atau ikatan.
karang
III = karangan ilmiah, karya tulis.
karang IV
= pekarangan rumah, halaman.
karang
V = karang keputraan, tempat kediaman
Homonim adalah
suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama. Jika
lafalnya sama disebut homograf, namun jika yang sama adalah ejaannya maka
disebut homofon.
Contoh:
Amplop (homofon)
Untuk mengirim surat untuk bapak
presiden kita harus menggunakan amplop (amplop = amplop surat biasa)
Agar bisa diterima menjadi pns ia
memberi amplop kepada para pejabat (amplop = sogokan atau uang pelicin)
Bisa (homofon)
Bu kadir bisa memainkan gitar
dengan kakinya (bisa = mampu)
Bisa ular itu ditampung ke dalam
bejana untuk diteliti (bisa = racun)
Masa dengan Massa (homograf)
Guci itu adalah peninggalan masa
kerajaan kutai (masa = waktu)
Kasus tabrakan yang menghebohkan
itu dimuat di media massa (massa = masyarakat umum)
Dalam bahasa
Indonesia kadang-kadang homonim masih dapat di bedakan lagi atas homograf dan
homofon, karena kesamaan bentuk itu dapat dilihat dari sudut ejaan atau ucapan,
yang di antaranya adalah:
1. Ada homonim yang homograf dan
homofon artinya baik ejaan maupun ucapannya sama. seperti tampak pada kata:
bisa I dan bisa II, alat I (perabot,perkakas) dan alat II (jamu, tamu), amat I
(sangat) dan amat II (memperhatikan).
2. Ada homonim yang homograf yang
tak homofon yang berarti ejaannya sama tetapi ucapannya berbeda, seperti: sedan
I (sedu, rintih) dan sedan II (mobil penumpang).
3. Ada homonim yang tidak
homograf tetapi homofon, terutama yang ada kaitannya dengan fonem /h/ yang
sering tidak diucapkan: muda (remaja) dan mudah (gampang), basa (bahasa) dan
basah (mengandung air), bawa (angkut) dan bawah (lebih rendah).
2.2
Pengertian Polisemi
Polisemi berasal dari kata poly dan sema, yang masing-masing
berarti ’banyak’ dan ’tanda’. Jadi, polisemi berarti suatu kata yang memiliki
banyak makna. Dalam bahasa indonesia, dijumpai kata-kata yang menanggung beban
makna yang begitu banyak. Contohnya adalah kata kepala.
Makna dasar kepala adalah bagian tubuh di atas leher, tempat otak dan
pusat jarngan saraf. kepala merupakan bagian badan yang sangat penting
dibandingkan dengan beberapa bagian anggota badan manusia lainnya. Selain
berarti bagian tubuh yang penting itu, kepala digunakan dalam konteks pemakaian
lainnya. inilah beberapa di antaranya.
a. Bagian benda
setelah atas atau bagian depan, contoh: kepala tongkat dan kepala surat.
b. Pemimpin atau
ketua, contoh: kepala kantor, kepala pasukan, dan kepala daerah.
c. Sebagai kiasan
atau ungkapa, contoh: kepala udang, kepala dua, dan besar kepala.
Pemakaian kata kepala pada ketiga konteks pemakaian tersebut tidaklah
menimbulkan makna yang sama sekali baru. Makna-makna tersebut masih memiliki
satu kesamaan. Makna kepala dalam hal ini merupakan ’bagian yang memiliki
kedudukan yang sangat penting’.
Perhatikan contoh-contoh kata
berpolisemi lainnya dalam kalimat-kalimat berikut!
1. a. Nenek dibawa ke dokter karena sakit.
b. Bangsa ini sedang sakit.
c. Dedi sakit hati karena dihianati teman dekatnya.
\
2. a. Direncanakannya ayah akan naik pesawat malam ini.
b. Diharapkan kakak tidak lama lagi dapat naik pangkat.
c. Sherina adalah artis cilik yang sedang naik daun.
3. a. Didik jatuh dari sepeda.
b. Harga gabah jatuh. ‘merosot’
c. Setiba di rumah dia jatuh
sakit. ‘menjadi’
d. Dia jatuh dalam ujian. ‘gagal’
Polisemi adalah
menyangkut masalah kegandaan makna yang kadangkala bisa membingungkan pemakai bahas,
tetapi justru tidak memperoleh tempat yang wajar dalam pengajaran. kegandaan
makna itu bisa muncul dengan berbagai cara.
- Kegandaan makna dalam bahasa lisan dapat diakibatkan oleh struktur fonetik kalimat karena satuan akustik struktur yang bertali temali adalah satuan helaan nafas. contohnya ban tuan dalam ucapan bisa menyatu dalam helaan nafas menjadi dan karena berhomonim dengan bantuan jika tidak demikian, maka kemungkinan lain terjadi: dua buah kata yang terus menerus diucapkan dalam satuan helaan nafas akan menjadi sebuah kata misalnya asbak artinya secara lisan akan terjadi kegandaan makna atau polisemi karena variasi intonasi yang dilakukan pembicara.
- Faktor gramatikal, bentik gramatikal pemukul bisa berarti alat untuk mengukur atau orang yang memukul. sebuah frase juga bisa menyebabkan kegandaan makna meskipun kata-kata pendukung frase itu secara individual tidak menimbulkan kegandaan misalnya orang tua bisa berarti orang yang tua atau bapak dan ibu.demikian juga pada kalimat siswa sedang membaca buku sejarah baru. kalimat ini mengandung ketaksaan makna, disatu sisi dapat dipahami bahwa yang dibaca siswa tersebut buku sejarah yang baru dibelinya, artinya yang baru pada kalimat tersebut adalah bukunya. disisi lain arti yang baru disini adalah sejarahnya bukan bukunya.
- Faktor leksikal, bentuknya bisa polisemi atau homonim. Sumbernya bisa bermacam-macam yaitu:
1. Sebuah kata
yang mengalami perubahan akan memperoleh makna baru contohnya kata makan yang
semula hanya untuk manusia dan binatang. namun sekarang kata tersebut bisa
dipakai pada benda yang tak bernyawa bahkan yang tidak mempunyai mulut.
contohnya jarinya termakan mesin.
2. Sebuah kata
akan mempunyai makna ganda jika dipakai dalam lingkungan sosial yang berbeda.
bagi seorang dokter kata operasi menghadirkan dalam benaknya hal-hal sepert
penyakit, pisau, ruang bedah, menjahit kulit atau daging, tetapi bagi
lingkungan militer kata tersebut selalu disangkutkan dengan hal-hal seperti
musuh, serangan, tembak menembak.
3. Bahasa
figuratif, terutama yang menyangkut metafora juga besar peranannya dalam
polisemi misalnya kata mata, makna sentralnya sebagai makna penglihat namun
pada kata mata pisau, orang indonesia mengartikannya sebagai ketajaman
alat itu.
4. Pengaruh
asing juga bisa menumbuhkan polisemi. apa yang disebut peminjaman makna (semantik
borrowing) memang sudah lama kita kenal dalam bahasa kita.contohnya kata
butir yang biasa dipakai sebagai penolong bilangan untuk barang yang bulat atau
kecil, sekarang dipakai untuk mengganti kata item yang jelas tidak ada
kaitannya dengan unsur bulat atau kecil.
2.3
Cara Membedakan Antara Homonim dan Polisemi
Menurut Keraf
(2006:37) untuk menetapkan apakah suatu bentuk itu merupakan polisemi atau
homonim tidak selalu mudah. caranya yaitu :
1. Menetapkan
kata itu berdasarkan etimologi atau pertalian historisnya. contohnya kata kopi
juga adalah homonim walaupun kata kopi I berasal dari bahasa belanda koffie
yang berarti nama pohon dan biji yang digoreng untuk minuman sedangkan kata kopi
II berasal dari bahasa Copy yang berarti salinan (surat dan sebagainya).
2. Dengan mengetahui prinsip perluasan makna dari suatu makna dasar, salah
satunya adalah metafora. misalnya referen primer bagi kata-kata : mulut, mata,
kepala, kaki. tangan, dan sebagainya adalah bagian-bagian dari tubuh manusia.
namun dalam perluasannya berdasarkan dalam prinsip metaforis bagian bagian
tubuh tersebut dapat digunakan juga untuk menyebut bagian dari: sungai, jarum,
pasukan, gunung, kursi dan sebagainya. hubungan itu lahir dari kesamaan fungsi
atau bentuk antara referen-referennya.
Menurut Chaer (2003:304):
- Makna-makna yang ada dalam polisemi meskipun berbeda tetapi dapat dilacak secara etimologi dan semantik, bahwa makna-makna itu masih mempunyai hubungan. Contohnya: kata pacar ”inai” dan kata pacar ”kekasih”.
- Makna-makna dalam dua bentuk homonim tidak mempunyai hubungan sama sekali. Contohnya: ”kepala” pada bentuk kepala surat dan makna ”kepala” pada kepala jarum bisa di telusuri berasal dari makna leksikal kata kepala itu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Homonim
diartikan sebagai kata-kata yang bentuk dan cara pelafalannya sama, tetapi
memiliki makna yang berbeda. Polisemi berarti suatu kata yang memiliki
banyak makna.
Cara Membedakan
Antara Homonim dan Polisemi: Menetapkan kata itu berdasarkan etimologi atau
pertalian historisnya, Dengan mengetahui prinsip perluasan makna dari suatu
makna dasar, salah satunya adalah metafora, Makna-makna yang ada dalam polisemi
meskipun berbeda tetapi dapat dilacak secara etimologi dan semantik, bahwa
makna-makna itu masih mempunyai hubungan. Makna-makna dalam dua bentuk homonim
tidak mempunyai hubungan sama sekali.
Saran
Agar pembaca
dapat memahami pengertian homonim dan polisemi. Selain itu dapat menambah
wawasan bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik
Umum. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan
Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kosasih, E. 2008. Ketatabahasaan
dan kesusastraan. Bandung: CV. Yrama Widya.
Mukhtar, Khalil dkk. 2006. Semantik.
Pekanbaru: Cendikia Insani.
0 komentar:
Posting Komentar