Nama :
Bustomi Ariyanto
NPM :
2013073
Mata Kulia :
Analisis Kesalahan Berbahasa
Dosen Pengampu :
Sri Murti, M,Pd.
A.
Analisis kesalahan berbahasa dalam tataran
fonologi :
·
Berbasis seharusnya Berbaris
·
Anekdo seharusnya Anekdot
·
Sukar seharusnya Sulit
·
Penyimpulan seharusnya Kesimpulan
·
Ajaklah
seharusnya Mengajak
·
Mempu seharusnya Mampu
·
Termaksud seharusnya Termasuk
·
Keserasaian seharusnya keserasiaan
·
Bernegosasi seharusnya bernegosiasi
ü
Kesalahan di atas merupakan kesalahan fonologi yang dalam penyampaian nya
merupakan perubahan fonem atau penghilangan fonem di dalam kata
penyampaian
B.
Analisis kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi :
·
model belajar menggunakan gambar dan
dipasangkan atau diurutkan menjadi logis. Gambar sangat penting digunakan untuk
memperjelas
pengertian suatu materi. Melalui model ini siswa dapat mengetahui hal-hal yang
belum pernah dilihatnya melalui gambar.
ð Dari
kesalahan diatas terdapat kekurangan imbuhan kata pada bagian kata memperjelas,agar
kata nya lebih tepat atau lebih jelas dimengerti ditambahkan dengan imbuhan kan
·
Berdasarkan beberapa pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran picture and picture adalah
model pembelajar dengan menggunakan gambar-gambar agar siswa
dapat lebih cepat memahami materi yang disampaikan kepadanya
ð Dari
tataran kata diatas seharusnya kata berdasarkan harus dihilangkan,karena
katanya terlalu berlebihan,dan kata pembelajar harus ditambah imbuhan an
·
secara lisan kepada siswa dan
memberikan tugas secara tertulis, akibatnya siswa kurang kreatif dan kurang
aktif dalam menerima materi pelajaran. Saat negosiasi
keserasian antara ekspresi wajah, gerak, sikap dan ucapan kurang baik
ð Dalam
tataran kata diatas kata negosiasi seharusnya ditambahkan imbuhan ber
jadi bernegosiasi
C.
Analisis kesalahan berbahasa dalam tataran semantik
·
Metode ini digunakan dengan
mengadakan pengamatan secara teliti terhadap sebuah perlakuan atau percobaan
ð
Seharusnya
dalam metode ini hanya menggunakan pengamatan yang secara teliti terhadap
sebuah perlakuan atau percobaan
·
kebahasaan nonverba Keserasaian antara ekspresi wajah,
gerak, sikap,dan ucapan) masih kurang baik atau kurang terlihat. Selanjutnya,
kebanyakan siswa kurang menggunakan bahasa persuasif sehingga proses negosiasi
berlangsung kaku.
ð
Seharusnya keserasiaian antara
ekspresi wajah,gerak,sikap, dan ucapannya masih kurang baik atau kurang
terlihat.dan selanjutnya kebanyakan siswa kurang menggunakan bahasa persuasive sehingga
proses bernegosiasi berlangsung kakuss
s
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN
PICTURE AND PICTURE
TERHADAP
KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS NEGOSIASI
SECARA LISAN OLEH
SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 TANJUNG
BERINGIN
TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015
Oleh
Eva Rosanti
Drs. H. Sigalingging, M.Pd
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk
mengatahui pengaruh model pembelajaran
picture and picture terhadap
kemampuan memproduksi teks negosiasi secara lisan oleh siswa kelas X SMA Negeri
1 Tanjung Beringin Tahun Pembelajaran 2014/2015. Populasi penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Tanjung Beringin Tahun Pembelajaran 2014/2015,
yang berjumlah 243 orang dengan sampel sebanyak 38 orang. Pengambilan sampel
dilakukan dengan cara menentukan satu kelas yang dijadikan wakil populasi untuk
diteliti.Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan model
desain penelitian One Group Pre-Tes Post-Test Designyang hanya dilaksanakan
pada satu kelas (kelompok) saja. Di dalam desain ini pengukuran dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen.
Dari pengolahan data pre – test memiliki
rata -rata 67,76, standar deviasi 7,41, dan
temasuk dalam dua kategori, yaitu kategori baik sebanyak
52,6%, dan dalam kategori cukup sebanyak 47,4%. Hasil post - test memiliki rata
- rata 77,76, standar deviasi 6,66,dan termasuk dalam 3 kategori, yaitu sangat
baik sebanyak 9 siswa atau 23,68%, kategori baik sebanyak 26 siswa atau 68,42%
, dan dalam kategori cukup sebanyak 3 siswa atau 7,90%. Kedua data tersebut
berdistribusi normal. Dari uji homogenitas didapat bahwa sampel penelitian ini
berasal dari populasi yang homogen. Setelah uji normalitas dan homogenitas,
didapatlah 0t sebesar 6,10. Selanjutnya 0t diketahui, kemudian dikonsultasikan
dengan tabel t pada taraf signifikasi
5%= 2,026, karena 0t yang diperoleh lebih besar dari tabel yaitu 6,10 > 2,026,
maka hipotesis diterima. Dengan demikian, diperoleh kesimpulan bahwa adanya
pengaruh yang signifikan atas penggunaan model Picture And Picture terhadap
kemampuan memproduksi teks negosiasi secara lisan oleh siswa kelas X SMA Negeri
1 Tanjung Beringin Tahun Pembelajaran 2014/2015.
Kata Kunci:
model pembelajaran picture and picture, teks negosiasi
PENDAHULUAN
Pembelajaran bahasa Indonesia
diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dengan baik dan benar, baik secara
lisan maupun tulisan. Alat komunikasi
yang dimiliki manusia termasuk peserta didik untuk berinteraksi antara 2 sesamanya adalah bahasa. Bahasa sebagai alat komuniasi
dibagi menjadi dua yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan. Kegiatan berbahasa
lisan disebut juga berbicara. Berbicara merupakan salah satu keterampilan dari
empat aspek kebahasaan. Di sekolah, keterampilan berbicara diajarkan dengan
tujuan agar siswa mampu berkomunikasi dengan baik. Selain itu, agar siswa dapat
menyampaikan pendapat, mengungkapkan perasaan, dan gagasannya. Mendukung
kebijakan kurikulum 2013 yang tidak hanya mempertahankan bahasa Indonesia dalam
daftar pembelajaran bahasa Indonesia, tetapi juga dianggap penting sebagai
Pembawa ilmu pengetahuan. Hal ini
tercermin dalam pembelajaran berbasis teks. Pembelajaran berbasis
teks yang harus dikuasai siswa yaitu teks deskripsi, teks eksplanasi, teks anekdo teks prosedur kompleks, teks negosiasi, teks
eksposisi dan teks laporan hasil observasi. Semakin banyak teks yang dikuasai
siswa, makin banyak pula struktur berpikir yang dapat digunakannya dalam
kehidupan sosial dan akademik. Pada buku siswa bahasa Indonesisa kurikulum 2013
kelas X SMA terdapat pelajaran memproduksi teks negosiasi. Pelajaran ini adalah
salah satu kegiatan berbicara pada kurikulum 2013 dan merupakan kompetensi yang
harus dikuasai pada semester genap. Kegiatan memproduksi teks negosiasi yang
koheren sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan
maupun tulisan terdapat pada Kompetensi
Dasar (KD) 4.2 kelas X SMA. Keterampilan memproduksi teks negosiasi secara
lisan atau bernegosiasi perlu dikuasai siswa. Akan tetapi pada kenyataannya, pembelajaran
memproduksi teks negosiasi secara lisan khususnya di Sekolah Menengah Atas
masih sulit. Berdasarkan wawancara awal yang dilakukan penulis dengan guru mata
pelajaran bahasa Indonesia yang mengajar di SMA Negeri 1 Tanjung Beringin,
penulis memperoleh informasi bahwa kemampuan memproduksi teks negosiasi masih
rendah. Ini dibuktikan dengan nilai rata - rata yang diperoleh siswa dalam
memproduksi teks negosiasi hanya 68 yang artinya belum mampu mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimum(KKM) yaitu 75. Rendahnya kemampuan memproduksi teks
negosiasi oleh kurangnya pemahaman siswa terhadap memproduksi negosiasi itu sendiri.
Siswa masih sulit dalam mengungkapkan gagasan, ide, pikiran, pendapat lewat
kata - kata lisan atau berbicara. Hal tersebut didukung oleh Chaniago, dkk
(2011) yang mengatakan bahwa kegiatan berbicara masih sulit, siswa masih sukar
berbicara di depan umum terutama dalam
berbicara
yang kompleks atau berstruktur.
Kegiatan memproduksi teks negosiasi secara lisan akan sulit bagi siswa karena
kegiatan tersebut lebih kompleks, panjang dan sistematis. Selain itu, materi
memproduksi teks negosiasi masih baru dipelajari di sekolah dan kegiatan
memproduksi teks negosiasi secara lisan masih kurang diperhatikan, guru
cenderung
Melaksanakan kegiatan memproduksi
teks negosiasi secara tertulis. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan ketika
penulis mengikuti Program Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT), umumnya guru
kurang menggunakan model pembelajaran yang bervariasi. Dalam pembelajaran
bahasa Indonesia lebih sering digunakan model ceramah
dan diskusi. Guru jarang menggunakan
media dan model pembelajaran lain. Hal ini menyebabkan proses pembelajaran yang
dialami siswa kurang bervariasi dan kurang menarik perhatian siswa. Hal ini
didukung dengan pernyataan Artana (dalam Gultom, 2013:4) yang mengatakan bahwa
kurangnya inovasi dan kreativitas guru dalam menggunakan pendekatan dan model
pembelajaran membuat kegiatan keterampilan berbicara berlangsung monoton dan
membosankan. Pembelajaran akan optimal jika model dan metode yang digunakan
tepat. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk membuat proses
pembelajaran lebih berarti dan menyenangkan, serta untuk meningkatkan kemampuan
memproduksi teks negosiasi secara lisan adalah dengan memilih model
pembelajaran yang tepat. Model Pembelajaran picture and picture merupakan salah
satu model yang ditawarkan pada kurikulum 2013. Model ini adalah bagian dari
model pembelajaran kooperatif, dimana penyampaian materi ajar dengan
menunjukkan gambar-gambar konkrit kepada siswa sehingga siswa lebih mudah
memahami materi yang disampaikan. Model pembelajaran picture and picture akan
membantu siswa untuk bisa bekerja sama dalam memahami materi dan menghasilkan
suatu karya baik secara lisan maupun tulisan. Dari hasil penelitian penggunaan
model gambar oleh Sudarminah (2009:51) yang menyatakan,Keterampilan menggunakan
gambar pada siswa SMP Negeri 6 kelas VIIIC ada peningkatan. Peningkatan
keterampilan ini dapat dibuktikan hasil penelitian pada siklus I yaitu siswa
mendapat nilai rata-rata 63,49. Sedangkan pada siklus II siswa mendapat nilai
73,49. Dalam hal ini ada peningkatan 15,68% Siswa mengalami perubahan yang
positif, merasa tertarik dan terbantu terhadap proses belajar keterampilan
berbicara. Berdasarkan hasil wawancara pada siklus siswa merasa tidak senang. Sedangkan pada
siklus II ada peningkatan, siswa lebih aktif dan kreatif. Penelitian tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan awal berbicara siswa masih tergolong rendah dan
belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dan setelah diadakan penggunaan
gambar dalam pembelajaran berbicara menjukkan adanya perubahan yang positif.
Hasil wawancara penelitian di atas juga menunjukkan bahwa gambar dapat membuat
siswa lebih tertarik dan aktif dalam proses belajar. Hal ini membuat penulis
tertarik 4 meneliti dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture di
tingkat Sekolah Menengah Atas. Model pembelajaran mengarah kepada desain
pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan
pembelajaran tercapai. Model pembelajaran picture and picture adalah bagian
dari model pembelajaran kooperatif yang pembelajarannya melalui kerjasama oleh
sekelompok kecil siswa. Di dalam model kooperatif siswa belajar bersama dalam
kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi
heterogen. Beberapa tujuan pembelajaran kooperatif (Pramuniati, dkk, 2014:23),
yaitu: (1) hasil belajar akademik, (2) penerimaan terhadap keragaman, dan (3)
pengembangan keterampilan sosial. Ketiga tujuan tersebut setidaknya harus
dicapai dalam pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran picture and picture
adalah salah satu model pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Kreatif artinya
setiap pembelajaran harus menimbulkan minat kepada peserta peserta didik untuk
menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah. Sementara inovatif
artinya setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda, dan
selalu menarik minat peserta didik. Model pembelajaran picture and
picturemerupakan modelyang penyampaian materi ajar dengan menunjukkan
gambar-gambar konkrit kepada siswa sehingga siswa lebih mudah memahami materi
yang disampaikan.Menurut Suprijono (dalam Huda, 2014:236) “Picture and picture merupakan
model yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran.” Hal senanda
diungkapkan Shoimin (2014:122) yang menyatakan bahwa model pembelajaran picture
and picture adalah model belajar menggunakan gambar dan dipasangkan atau
diurutkan menjadi logis. Gambar sangat penting digunakan untuk memperjelas
pengertian suatu materi. Melalui model ini siswa dapat mengetahui hal-hal yang
belum pernah dilihatnya melalui gambar. Melalui gambar, guru dapat meningkatkan
keaktifan siswa karena selain media, gambar dapat membantu guru untuk mencapai
tujuan instruksional. Gambar dapat menjadi media yang murah, mudah diperoleh
dan dapat memperluas pemahaman siswa. Selain itu, membuat proses pembelajaran
tidak mudah dilupakan siswa.Ngalimun (2013:177) juga menyatakan,Picture and
picturemerupakan sajian informasi kompetensi, sajian materi, perlihatkan gambar
kegiatan yang berkaitan dengan materi, siswa (wakil) mengurutkan gambar
sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut, guru
menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan,
evaluasi, dan refleksi.Model pembelajaran picture and picture akan menuntut
siswa untuk lebih aktif, tanggap, dan cepat dalam mengerjakan sesuatu hal
sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran picture and pictureadalah model pembelajar
dengan menggunakan gambar-gambar agar siswa dapat lebih cepat memahami materi
yang disampaikan kepadanya. Gambar-gambar tersebut disajikan guru secara acak
sehingga siswa berkesempatan untuk menyusun gambar-gambar tersebut berdasarkan
urutan yang logis. Model pembelajaran picture and pictureselalu memanfaatkan
gambar dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, guru harus sudah menyiapkan
gambar-gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk
kuarto sebelum proses belajar berlangsung. Apabila di sekolah telah menggunakan
proyektor dapat ditampilkan dalam bentuk power pointatau bentuk yang
lain.Menurut Shoimin (2014:123-125) langkah-langkah model pembelajaran picture
and picture ada 7, yaitu: (1) guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai,
(2) menyajikan materi sebagai pengantar, (3) guru menunjukkan atau
memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi, (4) guru
menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang atau mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis, (5) guru menyampaikan alasan atau
dasar pemikiran urutan gambar tersebut, (6) dari alasan urutann gambar tersebut
guru memulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin
dicapai, (7) Kesimpulan dan rangkuman.Senada dengan itu, Huda juga menyebutkan
7 langkah-langkah model pembelajaran picture and picture, yaitu: (1)
penyampaikan kompetensi, (2) presentasi materi, (3) penyajian gambar, (4)
pemasangan gambar, (5) penjajakan (6) penyampaian kompetensi (7)
penutup.Berdasarkan langkah-langkah tersebut, langkah-langkah model picture and
picture dapat diuraikan lebih lanjut sebagai berikut. 1)Guru menyampaikan
kompetensi yang ingin dicapai Pada langkah ini guru diharapkan dapat
menyampaikan kompetensi dasar mata pelajaran yang disampaikan sehingga siswa
dapat mengukur sejauh mana materi yang harus dikuasai. Di samping itu, guru
juga harus menyam paikan indikator - indikator ketercapaian kompetensi dasar
sehingga sampai di mana indikatornya dapat dicapai oleh peserta didik. 2) Menyajikan
materi sebagai pengantar Penyajian materi sebagai pengantar adalah sesuatu yang
penting. Dari sini guru memberikan
momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat
dimulai dari sini. Hal ini karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik
perhatian siswa yang belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam
pemberian 6 materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang
materi yang dipelajari. Hal ini akan membuat siswa terus mengikuti proses
pembelajaran tanpa merasa dipaksa. 3) Guru menunjukkan atau memperlihatkan
gambar - gambar kegiatan berkaitan dengan materi Dalam proses penyajian materi, siswa
diajak untuk ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukkan
oleh guru atau temannya.
Gambar - gambar tersebut akan menarik
perhatian siswa dan memicu siswa untuk berpikir
tentang hubungan gambar tersebut dengan
materi.4)Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang atau
mengurutkan gambar - gambar menjadi urutan yang logis Pada langkah ini guru
harus mampu memberikan motivasi. Ini karena penunjukan secara langsung kadang
kurang efektif dan membuat siswa merasa dihukum. Sebagai cara alternatifnya,
salah satunya adalah dengan undian sehingga siswa merasa memang harus
menjalankan tugas yang diberikan. Guru juga dapat bertanya kepada peserta didik
siapa yang bersedia atau ingin mengurutkan gambar tersebut. 5) Guru
menyampaikan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut Setelah itu ajaklah siswa untuk mencantumkan
struktur teks, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indikator yang akan
dicapai. Usahakan diskusi yang berlangsung bukan sebuah debat. Dalam hal ini,
guru harus mempu mengendalikan situasi yang terjadi sebagai
moderator utama nya agar tidak terjadi keributan di dalam kelas. 6) Dari alasan
urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep atau materi
sesuai dengan kompetensi yang ingin
dicapai Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar, guru harus memberikan
penekanan pada kompetensi yang ingin dicapai dengan meminta siswa lain untuk
mengulangi, memproduksi, atau membuat bentuk lain dengan tujuan siswa
mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indikator yang
telah ditetapkan.7) Kesimpulan dan rangkuman Kesimpulan dan rangkuman dilakukan
bersama siswa. Guru membantu siswa dalam proses membuat kesimpulan. Hal ini
bertujuan untuk membuat siswa semakin mengingat apa yang telah dipelajari.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian memegang peranan
penting dalam sebuah penelitian. metode digunakan
sebagai alat untuk menguji hipotesis. Arikunto (2010:160) mengatakan, “Metode 7
penelitian adalah cara digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
penelitiannya.” Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode. Sugiyono
(2008:107) menyatakan bahwa metode penelitian eksperimen diartikan sebagai
metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Hal senada diungkapkan
Arikunto (2010:209) “Metode eksperimen merupakan penelitian yang dimaksud untuk
mengetahui ada tidaknya akibat dari suatu yang dikenakan pada subjek selidik.”
Metode eksperimen termaksud ke dalam metode
penelitian kuantitatif
karena data penelitian berupa angka -
angka dan analisis menggunakan statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Metode ini digunakan dengan mengadakan
pengamatan secara teliti terhadap sebuah perlakuan atau percobaan
Desain penelitian yang dilakukan peneliti adalah one
- group pre – test dan post - test desig.Menurut Arikunto (2010:124) “One - group
pre-test post - test designyaitu eksperimen yang dilaksanakan pada suatu kelompok
saja tanpa kelompok pembanding.” Dengan desain ini, eksperimen dapat diketahui
dengan pasti karena sudah menggunakan tes awal. Prosedur yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah pembelajaran dimulai dengan pengadaan pre – test untuk
mengetahui kemampuan awal siswa, kemudian diadakan pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran picture and picture, selanjutnya diadakan post - test
untuk mengetahui kemampuan siswa setelah penerapan model pembelajaran picture
and picture.
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Hasil Penelitian
- Kemampuan Memproduksi Teks Negosiasi Secara Lisan Sebelum Menggunakan Model Pembelajaran Picture and Picture oleh Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tanjung Beringin Tahun Pembelajaran 2014/2015 Di awal kegiatan belajar mengajar kelompok sampel diberika Npre – test untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Dari hasil nilai pre-test diketahui bahwa kelas X IPA 2 memiliki rata-rata 67,76 berdasarkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum), nilai rata - rata siswa termasuk dalam kategori tidak tuntas karena berada di bawah nilai 75. Pada saat pre - test, hanya 11 siswa yang termasuk dalam kategori tuntas. Dari perhitungan yang dilakukan pada data sebelum menggunakan model picture and picture diperoleh standar deviasi sebesar 7,41, dan standar error sebesar 1,22. Data pre - test dapat dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu baik sebanyak 20 siswa atau 52,6%, dan dalam kategori cukup sebanyak 18 siswa atau 47,4%.Kemampuan siswa dalam bernegosiasi ditentukan oleh beberapa kriteria diantaranya, yaitu struktur, ciri kebahasaan verba, ciri kebahasaan nonverba, dan tujuan. Pada saat dilakukan tes sebelum menggunakan model pembelajaran siswa masih belum bisa bernegosiasi secara ekspresif. Dari segi struktur masih ada siswa yang kurang lengkap dan tidak urut dalam bernegosasi. Ciri kebahasaan nonverba (Keserasaian antara ekspresi wajah, gerak, sikap,dan ucapan) masih kurang baik atau kurang terlihat. Selanjutnya, kebanyakan siswa kurang menggunakan bahasa persuasif sehingga proses negosiasi berlangsung kaku.
- Kemampuan Memproduksi Teks Negosiasi Secara Lisan Sebelum Menggunakan Model Pembelajaran Picture and Picture oleh Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tanjung Beringin Tahun Pembelajaran 2014/2015 Selanjutnya, hasil pembelajaran memproduksi teks negosiasi secara lisan dengan menggunakan model pembelajaran
picture
and picture tergolong dalam kategori baik, dengan nilai rata - rata 77,76, berdasarkan KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimum), nilai rata - rata siswa termasuk dalam kategori tuntas
karena berada di atas nilai 75.Dari perhitungan yang dilakukan pada data sebelum menggunakan model picture and picture diperoleh standar deviasi sebesar 6.66, dan standar error
sebesar1,10.Termasuk dalam tiga kategori, yaitu sebanyak 9 siswa atau 23,68%
mendapat kategori sangat baik, kategori baik sebanyak 26 siswa atau 68,42% ,
dan dalam kategori cukup sebanyak 3 siswa atau 7,90%. Hal ini di karenakan
model picture and picture membantu siswa dalam memahami dan mengingat mengingat
konsep -konsep atau bacaan yang ada pada gambar. Gambar - gambar yang akan diurutkan siswa
bertemakan jual beli. Hal ini bertujuan agar siswa dapat langsung membayangkan
kegiatan tersebut sehingga siswa lebih mudah memahami materi dan lebih
berkonsentrasi. Selain itu, siswa akan merasa asyik karena tugas yang diberikan
oleh guru berkaitan dengan permainan mereka sehari - hari, yakni bermain gambar.
Model pembelajaran picture and picture juga membuat proses belajar mengajar
lebih hidup dan menarik karena siswa dilibatkan dalam perencanaan dan
pengelolaan kelas. Hasil yang diperoleh yaitu, siswa sudah memahami struktur
teks negosiasi sehingga siswa dapat memproduksi teks negosiasi secara urut dan
jelas. Siswa juga tahu tujuan dari negosiasi sehingga hasil akhir jelas yaitu
terjadi kesepakatan antara penjual dan pembeli. Pada ciri kebahasaan nonverba (Keserasaian
antara ekspresi wajah, gerak, sikap,dan ucapan) sudah lebih baik dari pada
hasil sebelumnya. Selain itu, kebanyakan siswa juga mampu berargumentasi
sehingga ciri kebahasaan verba seperti menggunakan kalimat pendek - pendek, menggunakan
bahasa nonbaku atau populer, menggunakan kosakata percakapan, dan menggunakan
bahasa persuasive sudah tampak. Kebanyakan siswa sudah lebih ekpresif dalam
bernegosiasi. 93.Pengaruh Model Pembelajaran Picture and Picture terhadap
Kemampuan Memproduksi Teks Negosiasi Secara Lisan oleh Siswa Siswa Kelas X SMA
Negeri 1 Tanjung Beringin Tahun Pembelajaran 2014/2015 Berdasarkan hasil uji
normalitas data sebelum menggunakan model pembelajaran berbasis masalah diperoleh
Lhitung < Ltabel yaitu 0,12<0,14hal ini menunjukkan bahwa data
berdistribusi normal dan untuk data sesudah menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah diperoleh Lhitung< Ltabel yaitu 0,13<0,14hal ini
menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Dari hasil uji homogenitas juga
terbukti bahwa sampel penelitian ini berasal dari popoulasi yang homogen
hal ini dapat
dilihat dari variabel penelitian diperoleh
nilaiFhitung<Ftabelpada tarafα =
0,05 yaitu 1,23 < 1,71Setelah t0 diketahui, kemudian dikonsultasikan dengan tabel t taraf signifikan 5%
dengan df = N-1 = 44 –1 = 43
diperoleh taraf signifikan 5% =2,026.Karena t0 diperoleh lebih besar dari t tabel yaitu 6,10 > 2,026,maka hipotesis
penelitian yang mengatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari penerapan
model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan menulis teks prosedur
kompleks dapat diterima. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran berbasis
masalah sangat efektif digunakan dalam pembelajaran menulis teks prosedur
kompleks.Pembahasan Hasil Penelitian 1.Kemampuan Memproduksi Teks Negosiasi
Secara Lisan Sebelum Menggunakan Model Pembelajaran Picture and Picture oleh Siswa
Kelas X SMA Negeri 1 Tanjung Beringin Tahun Pembelajaran 2014/2015 Kemampuan
memproduksi teks negosiasi secara lisan sebelum menggunakan model
pembelajaran picture and picture pada siswa kelas X SMA
Negeri 1 Tanjung Beringin Tahun Pembelajaran 2014/2015berada pada katagori
tidak tuntas berdasarkan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) 75, yaitu
nilai rata -rata siswa 67,76. Berikut ini rician nilai pada hasil sebelum
menggunakan model pembelajaran picture and picture dalam memproduksi teks
negosiasi secara lisan, 20 siswa atau 52,6% berada pada kategori baik, dan 18
siswa atau 47,4% berada pada kategori cukup. Sebelum penerapan model pembelajaran
picture and picture,
siswa terlihat kurang mampu dalam
melakukan negosiasi sehingga tidak banyak kata yang bisa dituangkan dalam
dialog, siswa cenderung bersifat kaku atau malu dalam bernegosiasi. Hal ini disebabkan
tidak adanya umpan balik yang membuat siswa terangsang untuk berpikir
terstruktur, siswa hanya mendengar penjelasan guru secara satu arah. Pada saat
menerangkan guru menerangkan teori secara lisan kepada siswa dan memberikan
tugas secara tertulis, akibatnya siswa kurang kreatif dan kurang aktif dalam
menerima materi pelajaran. Saat negosiasi keserasian antara
ekspresi wajah, gerak, sikap dan ucapan kurang baik. Siswa jarang atau sedikit menggunakan bahasa persuasif.
Hal ini membuktikan bahwa siswa
benar - benar tidak terangsang untuk berpikir dalam memproduksi teks negosiasi
secara lisan.Terlebih - lebih bagi siswa jenis kegiatan keterampilan berbahasa
ini jarang dilakukan. Kemampuan siswa
dalam bernegosiasi ditentukan oleh beberapa kriteria
diantaranya, yaitu struktur, ciri
kebahasaan verba, ciri kebahasaan nonverba, dan tujuan.Kebanyakan siswa masih
kaku dalam bernegosiasi. Pada ciri kebahasaan nonverba (Keserasaian antara
ekspresi wajah, gerak, sikap, dan ucapan) masih kurang baik atau kurang terlihat.
Kebanyakan siswa masih malu dalam bernegosiasi sehingga siswa kurang ekspresif.
Selain itu, kebanyakan siswa kurang menggunakan bahasa persuasif sehingga
proses negosiasi berlangsung kaku. 2.Kemampuan Memproduksi Teks Negosiasi
Secara Lisan Sesudah Menggunakan Model Pembelajaran Picture and Picture oleh Siswa
Kelas X SMA Negeri 1 Tanjung Beringin Tahun Pembelajaran 2014/2015 Kemampuan
memproduksi teks negosiasi secara lisan sesudah menggunakan model pembelajaran
picture and picture pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Tanjung Beringin Tahun
Pembelajaran 2014/2015berada pada katagori tuntas berdasarkan nilai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimum) 75, yaitu nilai rata - rata yang diperoleh siswa
77,76. Berikut ini rician nilai pada hasil sesudah menggunakan model
pembelajaran picture and picture dalam memproduksi teks negosiasi secara lisan,
9 siswa atau 23,68% berada pada katagori sangat
baik, 26 siswa atau 68,42% berada
pada kategori baik, dan 3 siswa atau 7,90% berada pada katagori cukup. Berbeda
dengan kemampuan siswa sebelum menggunakan
model pembelajaran picture and picture, hasil kemampuan siswa sesudah
menggunakan model pembelajaran picture and picture menjadikan siswa lebih baik
dalam mengeksplorasi kemampuannya dalam memahami teks negosiasi dari aspek
struktur, ciri kebahasaan, dan tujuan negosiasi. Siswa juga lebih baik dalam
mengekspresikan dirinya ketika melakukan negosiasi. Hal ini dikarenakan model
picture and picture membantu siswa dalam memahami dan mengingat mengingat
konsep - konsep atau bacaan yang ada pada gambar. Gambar - gambar diurutkan
siswa bertemakan jual beli. Hal ini bertujuan agar siswa dapat langsung
membayangkan kegiatan tersebut sehingga siswa lebih mudah memahami materi dan
lebih berkonsentrasi. Selain itu, siswa akan merasa asyik karena tugas yang
diberikan oleh guru berkaitan dengan permainan mereka sehari -hari, yakni
bermain gambar. Model pembelajaran picture and picture juga membuat proses
belajar mengajar lebih hidup dan menarik karena
11 siswa di libatkan dalam
perencanaan dan pengelolaan kelas. Kemampuan siswa dalam bernegosiasi
ditentukan oleh beberapa kriteria diantaranya, yaitu struktur, ciri kebahasaan
verba, ciri kebahasaan nonverba, dan tujuan.3. Pengaruh Model Pembelajaran Picture
and Picture terhadap Kemampuan Memproduksi Teks Negosiasi Secara Lisan oleh
Siswa Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tanjung Beringin Tahun Pembelajaran 2014/2015 Berdasarkan
uraian di atas, diperoleh sebuah hasil yang signifikan. Pembelajaran memproduksi
teks negosiasi secara lisan dengan menggunakan model pembelajaran picture and
picture ternyata berpengaruh positif. Hal ini dibuktikan dengan hasil sebelum
menggunakan model pembelajaran picture and picture dalam memproduksi teks
negosiasi secara lisan memperoleh nilai rata - rata 67,76 dalam katagori tidak
tuntas. Sedanggan sesudah menggunakan model pembelajaran picture and picture
dalam memproduksi teks negosiasi secara lisan diperoleh nilai rata - rata
77,76. Hal ini disebabkan model pembelajaran picture and picture memanfaatkan
gambar dalam proses pembelajaran. Gambar sangat penting digunakan utnuk
memperjelas pengertian suatu materi. Melalui gambar guru dapat meningkatkan
keaktifan siswa karena selain media, gambar dapat membantu guru untuk
mencapai tujuan yang di harapkan. Model pembelajaran picture
and picture membuat materi yang diajarkan lebih terarah, siswa dapat berpikir
logis dan sistematis. Selain itu, proses belajar juga lebih menyenangkan dan
tidak muda dilupakan karena siswa secara langsung
dapat mengamati gambar - gambar yang diperlihatkan guru.
Dengan kata lain, penggunaan model pembelajaran picture and picture dapat
meningkatkan pemahaman tentang apa yang di pelajari sehingga diharapkan mereka
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari - hari. jadi model pembelajaran
picture and picture membantu siswa untuk memahami bagaimana memproduksi teks
negosiasi secara lisan. Peningkatan nilai juga dapat dibuktikan dari pengujian
hipotesisi, yaitu table hitungtt>yakni 6,10 > 2,026 yang membuktikan
bahwa model pembelajaran picture and picture berpengaruh terhadap kemampuan
memproduksi teks negosiasi secara lisan karena ada peningkatan yang signifikan
dari tes awal.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah diuraikan pada pembahasan dapat diambil kesimpulan yaitu kemampuan siswa
dalam memproduksi teks negosiasi secara lisan sebelum menggunakan model
pembelajaran
picture and picture tergolong rendah
dengan nilai rata -rata yang diperoleh 67,76.Kemampuan memproduksi teks
negosiasi secara lisan setelah
0 komentar:
Posting Komentar