BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada umumnya orang tak sadar dengan masalah membaca membacanya.
Kebanyakan orang telah puas dengan kondisi kemampuan membacanya, baik dalam
kecepatan maupun dalam tingkat pemahaman. Padahal, secara teoretis kecepatan
dan pemahaman terhadap bacaan itu dapat ditingkatkan dua atau tiga kali lipat
dari kecepatan dan pemahaman semula menurut (Nurhadi 2005: 17).
Dalam membaca cepat terkadang di dalamnya pemahaman yang cepat
pula. Bahkan pemahaman inilah yang menjadi pangkal otak pembahasan, bukannya
kecepatan. Akan tetapi, tidak berarti membaca lambat akan meningkatkan
pemahaman. Bahkan orang biasa membaca lambat untuk mengerti suatu bacaan akan
dapat mengambil manfaat yang besar dengan membaca cepat. Sebagaimana
mengendarai mobil, seorang pembaca yang baik akan mengatur kecepatannya dan
memilih jalan terbaik untuk mencapai tujuannya. Kecepatan membaca anda sangat
tergantung pada bahan dan tujuan anda membaca anda harus sering dengan
kecepatan anda memahami bahan bacaan tersebut (Soerdarso 2002).
Dalam membaca siswa masih ada yang membaca dengan menggunakan
jari agar tidak ada kata yang terlewati maka di lakukan dengan bantuan jari
atau pensil yang menunjukan kata demi kata. Karena cara demikian itu
dipraktekkan terus-menerus dan tidak ada yang memberikan petunjuk lebih lanjut
bahwa sebetulnya tidak perlu dilakukan apabila kita telah pandai membaca,
akhirnya itu menjadi kebiasaaan dan dilakukan sampai dewasa. Cara membaca
dengan menunjuk jari atau benda lain itu sangat menghambat membaca sebab
gerakan tangan lebih lambat daripada gerakan mata.
Selain itu ada juga siswa dalam membaca masih ada yang
menggerakkan kepalanya karena semasa kanak-kanak penglihatan kita memang masih
sulit menguasai seluruh penampang bacaan. Akibatnya adalah bahwa kita
menggerakkan kepala dari kiri ke kanan untuk padat membaca baris-baris bacaan
secara lengkap. Setelah dewasa penglihatan kita telah mampu secara optimal
sehingga seharusnya cukup mata saja yang bergerak, cara membaca seperti itu
menghambat membaca sebab menggerakkan mata itu lebih cepat dan lebih mudah
dilakukan daripada menggerkakkan kepala.
Menambahkan (Soedarso 2002) dalam membaca cepat supaya siswa
menghindari hambatan fisik seperti membaca dengan bersuara sangat memperlambat
membaca, karena itu berarti mengucapkan kata demi kata dengan lengkap.
Menggumam, sekalipun dengan mulut mengantup dan suara tidak terdengar, jelas
termasuk membaca dengan bersuara. Untuk mengetahui apakah kita mengucapkan
kata-kata itu atau tidak, terletakkan tangan di leher sementara membaca. Bila
getaran terasa di jakun (gulu menjing), itu berarti kita membaca dengan
bersuara. Sedangkan menggerakan bibir di saat membaca itu juga sama lambatnya
dengan membaca bersuara. Kecepatan membaca suara ataupun dengan menggerakan
bibir hanya seperempat dari kecepatan membaca secara diam.
Banyak orang menghadapi buku atau bacaannya dari awal sampai
akhir dari membaca beranggapan bahwa dengan cara itu mereka pasti menguasai isi
bacaan. Ternyata hal itu tidak benar. Untuk memahami suatu bacaan kita tidak
cukup hanya membaca sekali saja, tetapi kita harus mengambil langkah-langkah
yang strategis untuk menguasai bahan itu dan mengingatnya lebih lama. Jadi,
usaha yang efektif untuk memahami dan mengingat lebih lama dapat dilakukan
dengan cara: (1) mengorganisasikan bahan yang di baca dalam kaitan yang mudah
dipahami dan (2) mengaitkan fakta yang satu dengan yang lain, atau dengan
menghubungkan pengalaman atau konteks yang anda hadapi. Pemahaman atau
komprehensip adalah kemampuan membaca untuk mengerti: ide pokok, detail yang
penting, dan seluruh pengertian. Untuk pemahaman itu perlu: (1) menguasai
perbendaharaan kata, (2) akrab dengan struktur dasar dalam penulisan (kalimat,
paragraf, tata bahasa). Kemampuan tiap orang dalam memahami apa yang dibaca
berbeda. Hal ini tergantung pada perbendaharaan kata yang dimiliki, minat,
jangkauan mata, kecepatan interpretasi, latar belakang pengalaman sebelumnya,
kemampuan intelektual, keakraban dengan ide yang dibaca, tujuan membaca, dan
keluwesan mengatur kecepatan (Soedarso 2002:58)
Selain itu banyak siswa lebih cenderung memilih bacaan yang
menarik daripada bacaan yang lebih banyak manfaatnya karena banyak siswa yang
hobi membaca buku komik yang ceritanya itu sedikit manfaatnya daripada buku
pelajaran. Padahal buku pelajaran adalah buku yang berisi ilmu-ilmu penting
yang menambah pengetahuan kita. Sehingga sebagian siswa ada yang membaca buku
lambat sebab buku yang dibaca tidak disukai. Oleh sebab itu selain membaca buku
yang di sukai orang tua juga harus memperhatikan buku yang dibaca anak seperti
buku-buku pelajaran agar siswa suka dan hobi membaca buku dengan cepat.
Siswa yang tidak mendapat bimbingan, latihan khusus membaca
cepat, sering mudah lelah dlam membaca karena lamban dalam membaca, tidak ada
gairah, merasa bosan tidak tahan membaca buku, dan terlalu lama untuk
menyelesaikan buku yang tipis sekalipun. Orang pun cepat lelah karena kegiatan
lebih bertumpu pada aktivitas otot.
Menurut (Soedarso 2002:14) sebagian karena tingkat kecerdasannya
orang hanya mampu membaca 125 kpm (kata per menit). Pada umumnya, orang membaca
jauh lebih lambat dari pada kemampuannya. Orang dewasa di Amerika yang belum
pernah mendapat latihan khusus kecepatannya antara 200-500 kpm, beberapa orang
sampai 325-350 kpm, dan beberapa orang yang terlalu lambat, yaitu 125-175 kpm.
Orang dewasa Indonesia, seperti yang penulis catat berdasarkan kursus-kursus
yang diadakan, keadaannya seperti di Amerika, yaitu 175-300 kpm. Akan tetapi,
pada pertengahan kursus (minggu kedua), pada umumnya, dapat dinaikkan menjadi
350-500 kpm. Semua itu dengan pemahaman 70 persen. Bukti lain yang pernah ada
ialah apa yang dilakukan (John A. Broyson dalam Nurhadi 2005:35) Ia melatih
sejumlah 111 orang untuk ditingkatkan kecepatan membacanya. Pada awal latihan,
kecepatan mereka pada mulanya berkisar antara 115-210 kata permenit, tetapi
tiga bulan kemudian dengan latihan yang intensif, 52 orang mampu meningkatkan
kecepatan membacanya menjadi 295-325 kata per menit (dua sampai tiga kali
lipat)
Untuk mengukur kecepatan membaca kita menggunakan rumus
kecepatan membaca yaitu jumlah kata yang dibaca di bagi jumlah detik untuk
membaca dikalikan 60 = jumlah kpm (kata per menit) selain itu untuk menghitung
jumlah kata dalam lima baris dahulu lalu bagi lima. Hasilnya merupakan jumlah
rata-rata per baris dari bacaan itu. Lalu hitung jumlah baris yang kita baca,
dan kalikan dengan jumlah rata-rata tadi, hasilnya merupakan jumlah kata yang
kita baca.
Dalam membaca cepat kita harus benar-benar menyadari dan mau
membaca cepat dan agresif untuk menyelesaikan bahan bacaan dan memaksakan diri
untuk menambah kecepatan membaca. (Soedarso 2002:84) mengungkapkan selain itu
jurus membaca yang sangat ampuh untuk mengukur kecepatan kita dalam membaca dan
sangat efektif memberikan hasil seperti itu yaitu dengan skimming dan scanning.
Jika kita tidak membutuhkan fakta dan detailnya, maka lompati fakta detail itu
dan pusatkan perhatian untuk cepat menguasai ide pokoknya. Cara membaca yang
hanya untuk mendapatkan ide pokoknya ini disebut skimming, sedangkan kita perlu
melompati lainnya dan langsung ke sasaran yang kita cari itu di sebut scanning.
Selain itu kita membuat ringkasan, mengambil intisari suatu bab, bagian, atau
paragraf, kita akan menguasai ide yang di kandungnya. Catatan tidak boleh
terlalu panjang atau terlalu banyak karena akan sulit mengaturnya, tetapi
secukupnya sehingga membantu pemahaman kita.
Di dalam bukunya (Soedarso 2002:59) sejak lima puluh terakhir
para ahli psikologi pendidikan telah menyelidiki cara-cara membaca yang efisien
dan mengemukakan beberapa sistem salah satu yang banyak dikenal dan
dipraktekkan orang adalah SQ3R. Secara umum sistem-sistem yang di kemukakan
orang ahli itu memakai pendekatan sama yang membuata kita aktif dan bertujuan
dalam menghadapi bacaan. Teknik-teknik yang diberikan dimaksudkan untuk
menemukan ide pokok dan detail penting yang mendukung ide pokok serta
mengingatnya lebih lama. Sistem membaca SQ3R dikemukakan oleh (Francis P.
Robinson 1941) merupakan proses membaca yang terdiri dari lim langkah : survey,
question, read, recite, review (SQ3R).
Dengan membaca menggunakan teknik SQ3R kita akan mudah dan cepat
menangkap ide-ide pokok bacaan dengan cara mensurvei buku bacaan. Sehingga
pembaca mengerti apa isi maksud yang terkandung dalam bacaan tersebut. Selain
itu pembaca juga akan cepat menangkap gagasan bacaan itu dengan detail. Pada
saat kita membaca bagian-bagian yang penting usahakan supaya diperlambat dalam
kita membacanya dan jangan sampai saat membaca bagian yang penting atau bagian
yang dianggap kita susah kita tandai dengan garis bawahi karena itu akan
mempengaruhi kita dalam membaca cepat.
Selain itu dalam membaca teknik SQ3R manfaat lainnya kita
menghemat waktu dalam membaca buku dan yang paling penting adalah hafal isi
bacaan itu oleh karena itu di dalam teknik membaca SQ3R yang terakhir usahakan
untuk menelusuri kembali judul-judul dan sub judul dan bagian-bagian penting
yang perlu diingat kembali. Karena selain membaca data ingat dan akan
memperjelas pemahaman kita dalam membaca. Sebab (Soedarso 2002:64) daya ingat
kita terbatas, sekalipun pada waktu membaca 85 persen kita menguasai isi
bacaan. Kemampuan kit dalam 8 jam untuk mengingat detail yang penting tinggal
40 persen dan dalam tempo dua minggu pemahaman kita tinggal 20 persen.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah kita kemukakan di atas maka dapat
di rumuskan permasalahan antara lain:
1. Bagaimana peningkatan kemampuan teknik membaca cepat dengan
teknik SQ3R?
2. Bagaimana respon siswa terhadap penggunaan teknik SQ3R?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui peningkatan teknik membaca cepat dengan
teknik SQ3R
2. Untuk mengetahui respon siswa terhadap penggunaan teknik SQ3R
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk mengembangkan teknik pembelajaran siswa dalam membaca
buku bacaan dengan cepat dan efektif dengan teknik SQ3R
2. Dapat menghemat waktu dalam membaca buku bacaan
3. Siswa dengan mudah menangkap ide-ide pokok
4. Siswa dapat melatih daya ingat
5. Siswa dapat meningkatkan dalam membaca cepat
6. Sebagai masukan bagi guru untuk mengembangkan teknik SQ3R
dalam pembelajaran membaca cepat dan efektif
BAB II
KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Kajian Teori
1. Hakikat Membaca Cepat
a. Pengertian membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan
oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis
melalui media kata-kata atau bahasa tulis (Hendry Guntur Tarigan 1979:7)
Sedangkan pengertian membaca cepat adalah
1. Muchishoh (1992:153) mengatakan membaca cepat yaitu jenis
membaca yang diberikan dengan tujuan agar para siswa dalam waktu singkat dapat
membaca secara lancar, serta dapat memahami isinya.
2. Soedarso, Speed Reading (Gramedia, cet.11,2004), mengatakan
“Metode speed reading merupakan semacam untuk mengelola secara cepat proses
penerimaan informasi”.
3. Membaca cepat adalah bagaimana kita dapat membaca dengan
pemahaman yang lebih baik dalam waktu lebih cepat serta mengingatnya dengan
baik pula. Bersamaan dengan hal tersebut di atas Supriyadi (1995:127)
Dari ketiga pengertian membaca cepat di atas dapat disimpulkan
bahwa membaca cepat adalah jenis membaca yang mengutamakan kecepatan, dengan
tidak meninggalkan pemahaman terhadap aspek bacaan.
b. Faktor-faktor Menghambat Membaca Cepat
Banyak faktor-faktor yang menghambat kita saat membaca buku.
Selanjutnya hal-hal sangat mempengaruhi dalam membaca cepat di tuliskan di
bawah ini.
1.) Vokalisasi
Voalisasi atau membaca dengan bersuara sangat memperlambat
membaca, karena itu berarti mengucapkan kata demi kata dengan lengkap.
Menggumam, sekalipun dengan mulut terkatup dan suara tidak terdengar, jelas
termasuk membaca dengan bersuara
Untuk mengetahui apakah kita menguc apkan kata-kata itu atau
tidak, letakkan tangan di leher sementara membaca. Bila getaran terasa di jakun (gulu menjing), itu
berarti anda membaca dengan bersuara.
2.) Gerakan bibir
Orang dewasa ada yang meneruskan kebiasaan di waktu kecil, yaitu
mengucapkan kata demi kata apa yang dibaca dengan menggerakkan bibir atau
komat-kamit sewaktu membaca, sekalipun tidak mengeluarkan suara, sama lambatnya
dengan membaca bersuara. Kecepatan membaca bersuara ataupun dengan gerakan
bibir hanya seperempat dari kecepatan membaca secara diam. Dengan menggerakkan
bibir kita lebih sering regresi (kembali ke belakang) sebab ketika mata dapat
dengan cepat bergerak maju, suara kita masih di belakang.
3.) Gerakan kepala
Semasa kanak-kanak penglihatan kita memang masih sulit menguasai
seluruh penampang bacaan. Akibatnya adalah bahwa kita menggerakkan kepala dari
kiri ke kanan untu dapat membaca baris-baris bacaan secara lengkap. Setelah
dewasa pengliatan kita telah mampu secara optimal sehungga seharusnya cukup
mata saja yang bergerak.
4.) Menunjuk dengan tangan
Semasa baru belajar membaca kita harus mengucapkan kata demi
kata apa yang kita baca. Untuk menjaga agar tidak ada kata yang terlewati maka
dilakukan dengan bantuan jari atau pensil yang menunjuk kata demi kata. Karena
cara demikian itu dipraktekkan terus menerus dan tidak ada yang memberikan
petunjuk lebih lanjut bahwa sebetulnya tidak perlu lagi dilakukan apabila kita
telah pandai membaca, akhirnya era itu menjadi kebiasaan dan dilakukan sampai
dewasa.
5.) Regresi
Dalam membaca, mata mestinya bergerak kekanan untuk menangkap
kata-kata yang terletak berikutnya. Akan tetapi,sering mata bergerak kembali ke
belakang untuk membaca ulang suatu kata atau beberapa kata sebelumnya.
Kebiasaan selalu kembali (regresi) ke belakang untuk melihat kata atu bebrapa
kata yang baru di baca itu menjadi hambatan yang serius dalam membaca.
6.) Subvokalisasi
Subvokalisasi atau melafalkan dalam batin/pikiran kata-kata yang
di baca juga dilakukan oleh pembaca yang kecepatannya telah tinggi.
Subvokalisasi juga menghambat karena kita menjadi lebih memperhatikan bagaimana
melafalkan secara benar dari pada berusaha memahami ide yang di andung dalam
kata-kata yang di baca.
Dengan menghilangkan sama sekali cara membaca dengan melafalkan
dalam batin apa yang kita baca memang tidak mungkin, tetapi masih dapat di
usahakan dengan cara melebarkan jangkauan mata sehingga satu fiksasi (pandangan
mata) dapat menangkap beberapa kata sekaligus dan langsung menyerap idenya
daripada melafalkannya. Kita harus sadar bahwa yang penting dalam membaca adalah
menangkap ide, bukan mengingat-ingat atau menekuni simbol-simbol yang tercetak
didalamnya (Soedarso 2002:5)
c. Macam-Macam Membaca Cepat
1.) Membaca secara skimming atau scanning (Kecepatan lebih 1.000
kpm)
Di gunakan untuk :
a. mengenal bahan yang akan dibaca;
b. mencarari jawaban atas pertanyaan tersebut;
c. mendapat struktur dan organisasi bacaan serta menemukan
gagasan umum di bacaan itu.
2.) Membaca dengan kecepatan tinggi (500-800 kpm)
Di gunakan untuk:
a. membaca bahan-baham yang mudah dan telah di kenali;
b. membaca novel ringan untyki mengikuti jalan ceritanya.
3.) Membaca secara cepat (350-500)
Digunakan untuk:
a. membaca bacaan yang mudah dalam bentuk deskriptif dan
bahan-bahan nonfiksi lain yang bersifat informatif;
b. membaca fiksi yang agak sulit untuk menikmati keindahan
sastranya dan mengantisipasi akhir cerita.
4.) Membaca dengan kecepatan rata-rata (250-350 kmp)
Di gunakan untuk:
a. membaca fiksi yang kompleks untyk analisis watak serta jalan
ceritanya;
b. membaca nonfiksi yang agak sulit, untuk mendapatkan detail,
mencari hubungan, ataun membuat evaluasi ide penulis.
5.) membaca lambat (100-125 kpm)
Di gunakan untuk:
a. mempelajari bahan-bahan yang sulit dan untuk menguasai
isinya;
b. menguasai baham-bahan ilmiah yang sulit dan bersifat tehnik;
c. membaca analisis bahan-bahan yang bernilai sastra klasik;
d. memecahkan persoalan yang di tunjuk dengan bacaan yang
bersifat intruksional (pedoman) dalam (Soedarso 2002:18)
d. Cara Membaca Cepat
1.) Melihat dengan Otak
Kegiatan membaca di lakukan bersama-sama oleh maya dan otak.
Mata melihat dan otak menginterpretasikan saat itu juga sehingga “apa yang anda
lihat, itulah yang anda dapat”. Otak menyerap apa yang dilihat oleh amata. Oleh
karena itu, melihat adalah mengerti.
2.) Gerakan Mata dalam Membaca
Gerakan mata tergantung pada jarak denda yang dilihat. Apabila
kita melihat jauh mengikuti benda yang bergerak di lapangan pandang yang luas,
mata bergerak halus dan rasa seperti kalu kita melihat gambar atau membaca:
gerakan mata cepat, tersentak-sentak dalam irama tarikan-tarikan kecil, seperti
melompat-lompat.
3.) Melebarkan Jangkauan Mata
Pada saat mata berhenti, jangkauan mata kita dapat menangkap
beberapa kata sekaligus. Kata-kata dalam jangkauan mata itu dapat di kenali
sekalipun pembaca tidak memfokuskannya pada setiap kata itu.
4.) Transisi Fiksasi ke Fiksasi
Bacalah sebuah buku saku dengan cepat, menurut irama, dan
perlebar jangkauan mata: dalam satu baris tiga fiksasi. Perpendek waktu
transisi fiksasi ke fiksasi. Cobalah satu fisasi dengan sekali pandang, lalu
bergerak ke fiksasi berikutnya.
5.) Gerakan Otot Mata dan Latihan
Gerakan mata di kendalikan oleh otot kecil yang kuat. Otot-otot
ini bersama-sama menarik mata dalam rangkaian tarikan-tarikan kecil tatkal kita
menelusuri baris0baris tulisan. Karena itu, apabila otot-otot mata terasa
penat, kita lalu mengeluh, “mata capek”.
Untuk mendobrak kebiasaan gerakan mata yang sudah mendarah
daging itu diperlukan latihan yang terencana dan intensif yang memberian
kesempatan otot-otot mata melakukan semacam “senam”.
6.) Meningkatkan Konsentrasi
Apabila perhatian kita fokuskan pada bahan yang kita baca maa
gagasan dan gambaran tentang isi bacaan akan nampak jelas dan mudah kita
pahami. Untuk meningkatkan daya konsentrasi ada dua kegiatan penting, yaitu:
a.) menghilangkan atau menjauhi hal-hal yang menyebabkan pikiran
menjadi
kusut
b.) memusatkan perhatian secara sunggug-sungguh dalam (Soedarso
2002:50)
e. Membaca SQ3R
Pengertian membaca SQ3R adalah membaca yang efektif dan efisisen
untuk memahami dan mengingat lebih lama.
Membaca dengan metode SQ3R sangat baik untuk kepentingan membaca
secara intensif dan rasional. Metode pembacaan studi ini dianjurkan oleh
seorang guru besar psikologi dari Ohio State University, yaitu Prof, Francis P.
Robinson dalam (A. Widyamartaya 1992:60).
Sistem mambaca SQ3rsingkatan dari: Survey, Question, Read,
Recite, Review.
SQ3R merupakan proses membaca yang terdiri dari lima langkah,
yaitu:
1.) Survey atau menyelidiki
Dalam langkah ini kita memeriksa halaman-halaman bab yang akan
dipelajari. Semua itu bertujuan untuk memperoleh kesan atau gagasan umum
tentang isinya. Penyelidikan ini kita lakukan dengan membaca sekilas
(skimming).
2.) Question atau menanyakan
Dalam langkah kedua ini kita mengajukan pertanyaan-pertanyaan
sebelum mulai membaca seluruh bab. Pertanyaan-pertanyaan itu akan membangkitkan
keingintahuan kita, akan membantu kita untuk membaca dengan tujuan, mencari
jawaban-jawaban yang penting (relevan), dan akhirnya akan meningkatkan
pemahaman dan mempercepat penguasaan seluruh bab ini.
3.) Read atau memabaca
Dalam langkah ketiga ini kita membaca untuk mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan kita. Kita dapat membaca cepat sekarang karena kita tahu
apa yang kita cari dan dimana mencari jawaban-jawabannya. Kita akan dapat lebih
cepat apabila kita telah melaksanakan langakah pertama dan kedua di atas.
4.) Recite atau mendaras
Dalam langkah keempat ini kita berusaha untuk memperkokoh
perolehan kita dalam membaca. Di sini apa yang telah kita peroleh kita
hubungkan dengan informasi yang kita peroleh sebelumnya dan kita bersiap diri
untuk pembacaan selanjutnya. Pendarasan ini akan lebih lagi apabila di dukung
dengan pembuatan catatan pada lembar catatan.
5.) Review atau mengulangi
Setiap tiap paragraf atau bagian dalam bab yang kita pelajari
selesai kita baca menurut langkah ketiga dan keempat., kita ulangi kembali dan
kita ingat-ingat kembali segenap isi ringkasan dan penting dari seluruh bab
tersebut. Dengan langkah kelima ini, kita berusaha untuk memperoleh penguasaan
bulat, menyeluruh, dan kokoh atas bahan dalam (A. Widyamartaya 1992:61).
f. Tujuan Membaca SQ3R:
1.) Menemukan ide pokok
Ide pokok dapat ditemukan di semua bagian buku. Buku secara
keseluruhan mempunyai ide pokok yang umum, kemudian tiap bab mempunyai ide pokok
yang agak spesifik.
2.) Mengetahui Ide Pokok Paragraf
Dalam suatu paragraf ada kalimat pokok atau kalimat kunci.
Kalimat itu mengandung ide pokok paragraf. Kalimat lainnya adalah kalimat
pendukung, yang mengurai, menjelaskan, melukiskan, menjabarkan, atau menyajikan
contoh-contoh ide pokok.
3.) Mengenali Detail Penting
Untuk menentukan apakah detail itu penting atau tidak, hendaklah
anak dapat bertanya: apakah detail tersebut merupakan contoh, penjelasan,dan
pembuktian yang paling bagus terhadap ide pokok? Salah satu cara mengenali
detail penulisan adalah dengan mencari petunjuk yang digunakan oleh penulis
untuk membantu pembaca, baik berupa visual maupun kata-kata penuntun. Kata-kata
visual itu misalnya:
a. Ditulis miring
b. Digaris bawahi
c. Dicetak tebal
d. Dibubuhi angka-angka, dan
e. Ditulis dengan menggunakan huruf-huruf: a, b, dan c.
4.) Mengingatkan lebih lama
Untuk mengingat bacaan lebih lama kita saat membaca usahakan
memahami artinya. Untuk mengerti apa yang kita baca, tergantung pada mengapa
dan bagaimana kita membaca. Jika kita menemui sesuatu yang menyenangkan dan
membaca apa yang kita perlukan, kita akan mengingatnya dalam (Soedarso 2002:75)
B. Penelitian Yang Relevan
1. Sutarman
(2007:1) melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Penguasaan Diksi Membaca
dengan Kemampuan Membaca Pemahaman”. Tesis, Program Studi Bahasa Indonesia,
Program Pascasarjana Universitas sebelas Maret Surakarta dan menyimpulkan bahwa
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Hubungan antara penguasaan diksi
dan kemampuan membaca pemahaman; (2) Hubungan antara antara minat membaca dan
kemampuan membaca pemahaman; (3) Hubungan antara penguasaan diksi dan minat
membaca secara bersama-sama dengan kemampuan membaca pemahaman. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan teknik korelasi.
Persamaan dengan peneliti adalah sama-sama membaca sedangkan perbedaannya
adalah membaca dengan kemampuan membaca pemahaman, hubungan penguasaan diksi
dan minat membaca.
2. Ernalis (2004:1-3) melakukan penelitian berjudul “Pengembangan
Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan dengan Menggunakan Metode SAS di
kelas I Sekolah Dasar” (Penelitian Tindakan Kelas di Sekolah Dasar Negeri
Percobaan Kecamatan Cileunyi kabupaten Bandung) menyimpulkan bahwa penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui (1) hubungan antara pengembangan pembelajaran
membaca dan menggunakan metode SAS; (2) hubungan antara menulis permulaan dan
menggunakan metode SAS; (3) hubungan antara pengembangan pembelajaran membaca
dan menulis permulaan secara bersama-sama dengan metode SAS di Kelas I Sekolah
Dasar. Persamaan dengan peneliti adalah sama-sama pengembangan pembelajaran
membaca sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah metode pengajaran yang
di pakai dengan pembelajaran asistensi di Sekolah menengan Pertama (SMP) dengan
model pembelajaran membaca saja.
3. Khaerudin Kurniawan (2001:1-3) melakukan penelitian berjudul
“Metode Pembelajaran Membaca Permulaan melalui Peningkatan Kesadaran Fonologis
dengan lagu dan puisi” dan menyimpulkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui (1) Hubungan Model pembelajaran membaca permulaan melalui
peningkatan kesadaran fonologis dengan lagu dan puisi terbukti efektivitas
untuk mengembangkan kesadaran fonologis; (2) Hubungan antara kesadaran
fonologis tidak muncul pada siswa yang menggunakan pembelajaran membaca
permulaan secara konvensional dan (3) Hubungan antara kesadaran fonologis pada
kelompok yang di beri perlakuan melalui model pembelajaran membaca permulaan
melalui peningkatan kesadaran fonologis dengan lagu dan puisi.
4. Sugiarto (2007:12) melakukan penelitian berjudul “Upaya
Peningkatan Prestasi Belajar Membaca melalui Penerapan Metode Tutor Sebaya”
(suatu penelitian tindakan kelas pada siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 3
Lajer kabupaten Grobogan). Menyimpulkan belajar dan metode tutor sebaya; (2)
Hubungan antara Peningkatan prestasi belajar membaca dan pembelajaran Bahasa
Indonesia dan; (3) Hubungan antara penerapan metode tutor sebaya dan
pembelajaran Bahasa Indonesia. Kesimpulan bahwa penelitian ini menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan metode tutor sebaya memberikan perubahan suasana
pembelajaran di dalam kelas menjadi lebih kondusif dan siswa menjadi gemar
membaca. Persamaan kalau peneliti adalah sama-sama membaca sedangkan pebedaan
pada peneliti adalah upaya peningkatan prestasi belajar membaca dan metode
tutor sebaya.
C. Kerangka Berfikir
Membaca cepat merupakan suatu jenis membaca yang diberikan
dengan tujuan agar para siswa dalam waktu singkat dapat membaca secara lancar,
serta dapat memahami isinya. Selain itu, membaca cepat biasanya di gunakan
untuk mengelola secara cepat proses penerimaan informasi. Hambatan-hambatan
dalam membaca cepat tersebut sering kita temui saat kita membaca buku. Membaca
buku atau novel yang jumlah halamannya sangat banyak dan tebal. Faktor-faktor
membaca cepat dimungkinkan dapat ditemukan dalam saat membaca buku yang jumlah
halamnnya banyak atau membaca novel yang tebal.
Membaca cepat berarti membaca buku dengan cara cepat dan dengan
waktu yang singkat. Selain itu, membaca cepat dengan cara scanning yaitu
membaca dengan tehnik melompat (skipping) untuk langsung
ke sasaran yang kita cari. Dengan kata lain, cara membaca cepat adalah membaca
dengan upaya kita cepat menyelesaikan bacaan dengan waktu yang singkat.
Membaca dengan teknik SQ3R ini, sebelum membaca terlebih dahulu
kita survei bacaan untuk mendapatkan gagasan umum apa yang akan kita baca. Lalu
dengan mengajukan berbagai pertanyaan pada diri sendiri yang jawabannya kita
harapkan terdapat dalam bacaan tersebut kita akan lebih mudah memahami bacaan.
Dan, selanjutnya dengan mencoba mengutarakan dengan kata-kata sendiri
pokok-pokok pentingnya, kita akan menguasai dan mengingatnya lebih lama. Dengan
demikian membaca cepat dengan teknik SQ3R akan membantu kita dalam membaca cepat
sehingga kita dengan cepat membaca dalam waktu yang singkat dan kita mengetahui
pokok-pokok penting di dalam bacaan tersebut dengan mengingatnya lebih lama.
Berikut penu penulis sajikan kerangka berfikir penelitian yang
berjudul “Peningkatan Kemampuan Membaca Cepat melalui teknik SQ3R Pada Siswa
SMP Negeri Colomadu Karanganyar”.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Penelitian tindakan yang di laksanakan
dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga penelitian ini termasuk
bentuk penelitian tindakan kelas. Adapun pelaksanaanya berbentuk kolaborasi
antara pengamat dan peneliti sebagai pelaku tindakan. Penelitian tindakan kelas
menekankan kepada kegiatan dengan mengujicobakan suatu ide ke dalam situasi
nyata dalam kelas, yang diharapkan kegiatan ini mampu memperbaiki dan
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar (Susilo 2007:10)
A. Jenis Penelitian
1. Penelitian Kualitatif
Istilah penelitian kualitatif pada umumnya bersumber pada
pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial
secara fundamental bergantung dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan
dalam peristilahannya menurut Kirk dan Miller (1986:9). Mendefinisikan “
Metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat di amati menurut Bogdan dan Taylor (1975:5)
2. Penelitian Kuantitatif
Pengamatan kuantitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu
ciri tertentu. Untuk itu pengamat mulai mencatat atau menghitung mulai dari
satu, dua, tiga, dan seterusnya. Dengan kata lain, penelitian kuantitatif
melibatkan diri pada “Perhitungan atau jumlah” atau “Angka” atau “Kuantitas”.
Atas dasar pertimbangan itulah maka kemudian penelitian kualitatif tampaknya di
artikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Perbedaan antara
penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif telah banyak di temukan oleh
para ahli. Menurut Guba dan Lincoln (1981:62-82). Untuk penelitian kuantitatif
digunakan scientific
paradigm (paradigma
ilmiah, penulis), sedangkan penelitian kualitatif dinamakannaturalistic inquiry atau
inkuiri alamiah.
B. Obyek dan Subyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah “Peningkatan membaca cepat dengan
membaca SQ3R”. Sedangkan subyek penelitian adalah peneliti sendiri yaitu
( Rofik Almuqontirin, dan sekelompok peneliti lainnya), guru
bahasa Indonesia yaitu (Bu Rominah S.Pd) dan siswa kelas VII SMP negeri 3
Colomadu Karanganyar yang berjumlah (40) siswa.
C. Data dan Sumber Data
Data penelitian berasal dari hasil membaca cepat dengan SQ3R di
kelas, buku bahasa Indonesia, sedangkan Sumber data penelitian ini berasal dari
hasil kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia siswa di kelas VII B
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan
data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam teknik pengumpulan data
ada beberapa cara yang dapat digunakan diantaranya yaitu:
a. Pengamatan (observasi)
b. Wawancara (intervew)
c. Dokumentasi
d. Triangulasi/ gabungan
Dari keempat cara pengumpulan data tersebut dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data dengan Pengamatan (observasi)
Pengertian Pengamatan (observasi)
Menurut Nasution (1988) menanyakan bahwa observasi adalah dasar
semua ilmu pengetahuan karena para peneliti karena para peneliti hanya dapat
bekerja atau meneliti berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan
yang diperoleh melalui observasi. Observasi (pengalaman langsung) oleh peneliti
tentang aktivitas dan sikap siswa pada saat proses pembelajaran.
2. Pengumpulan Data Dengan Wawancara (interview)
Wawancara adalah pertemuan antara dua orang atau lebih untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menentukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data
ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri, atau setidaknya pada
pengetahuan dan keyakinan pribadi. Jadi dengan wawancara peneliti akan
mengetahui hal-hal yang mendalam tentang partisipasi dalam menginterpretasikan
situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui
obeservasi. (Susan Stainback.1988).
3. Pengumpulan Data Dengan Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observsi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan
lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung oelh sejarah pribadi
kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan
autobiografi. Tetapi perlu dicermati bahwa tidak semua dari dokumen memiliki
kredibilitas yang tinggi.
4. Pengumpulan Data Dengan Triangulasi/gabungan
Dalam teknik pengumpulan data, Triangulasi/gabungan diartikan
sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan
pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data
yang sekaligus menguji kredibilitas atau kebenaran dari data itu, yaitu
mengecek kebenaran data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai
sumber data.
E. Tehnik Validasi Data
Validasi membuktikan bahwa apa yang diamati oleh peneliti sesuai
dengan apa yang sesungguhnya ada dalam dunia kenyataan, dan apakah penjelasan
yang di berikan tentang dunia masih sesuai dengan sebenarnya ada atau terjadi
(Nasution 1992:105). Dalam teknik validasi data penelitian menggunakan dengan cara
trianggulasi. Trianggulasi dikalukan dengan cara trianggulasi teknik, sumber
data dan waktu. Trianggulasi tehnik dilakukan dengan cara yang berbeda, yaitu
wawancara, observasi dan dokumentasi. Trianggulasi sumber, dilakukan dengan
menanyakan hal sumber datanya adalah Kepala Dinas pendidikan, kepala sekolah,
guru, siswa dan masyarakat. Trianggulasi waktu artinya pengumpulan data
dilakukan pada berbagai kesempatan pagi, siang, sore hari. Dengan trianggulasi
dalam pengumpulan data tersebut maka dapat diketahui apakah narasumber
memberikan data yang sama atau tidak. Kalau narasumber memberi data yang
berbeda, maka berarti datanya belum kredibel.
F. Tehnik Analisis Data
Analisis adalah proses penyusunan data agar dapa ditafsirkan.
Menyusun data berati menggolongkannya dalam pola, tema atau kategori. Tanpa
kategorisasi atau klasifikasi data akan menjadi chaos. Tafsiran atau
interpretasi artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau
kategori, mencari hubungan antara berbagai konsep (Nasution, 1992:126). Dalam
penelitian kualitatif, teknik analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu
diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis. Dalam
penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber. Dengan pengamatan
yang terus menerus mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Data yang
diperoleh biasanya data kualitatif sehingga teknik analisis data yang digunakan
belum ada pola yang jelas. Oleh karena itu sering mengalami kesulitan dalam
melakukan analisis. Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan disini bahwa
analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh daro hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data kedalam kategori menjabarkan kendalam unit-unit,
menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting danyang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki
lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai di lapangan. Dalam hal ini,
Nasution (1988), menyatakan bahwa analisis telah dimulai sejak merumuskan dan
menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, saat berlangsung terus sampai
penulisan hasil penelitian. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data
lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN
KERANGKA BERFIKIR
A. Kajian Teori
1. Hakikat Membaca Cepat
a. Pengertian membaca cepat
b. Faktor-faktor Menghambat Membaca cepat
c. Macam-macam Membaca Cepat
d. Cara Membaca cepat
e. Membaca SQ3R
f. Tujuan Membaca SQ3R
B. Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Berfikir
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1. Penelitian Kualitatif
2. Penelitian Kuantitatif
B. Obyek dan Subyek Penelitian
C. Data dan sumber data
D. Teknik dan Alat Pengumpulan data
E. Teknik Validasi Data
F. Teknik Analisis Data
G. Sistematika penulisan
DAFTAR PUSTAKA
Nurhadi. 2005. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar baru Algensindo.
Soedarso. 2002. Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta:PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Dr. Moleong, Lexy J. 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Men Subama, M. dkk, 2005. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia.
Menu Sogiyono. 2007. Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Kurniawan, khaerudin (Umi Almini, 2008:106). “ Model Pembelajaran membaca Permulaan melalui Peningkatan
Kesadaran Fonologis dengan Lagu dan Puisi”. Http:// WWW.Depdiknas.go.id(diakses:27/09/2007)
Sutarman (Umi Almini, 2008:107). “ Pengembangan Pembelajaran
Membaca dengan Kemampuan Membaca Pemahaman”. Tesis, Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Ernalis (Umi Almini, 2008:105). “Pengembangan Pembelajaran
Membaca dan Menulis Permulaan dengan Menggunakan Metode SAS dikelas 1 Sekolah
Dasar”. Penelitian
Tindakan Kelas di Sekolah Dasar Negeri Percobaan Kecamatan Cileunyi Kabupaten
Bandung.
Sugiarto (Umi Almini, 2008:108). “Upaya Peningkatan Prestasi
Belajar membaca melalui Penerapan Metode Tutor Sebaya”. (Suatu
Penelitian Tindakan pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri 3 Kabupaten
Grobogan). Klaten: Universitas Widya Dharma Klaten https://t-okes.blogspot.com https://www.facebook.com/tomy.okes.77
0 komentar:
Posting Komentar