MAKALAH
Analisis Teks Pidato
Disusun oleh :
Bustomi Ariyanto
Npm
2013073
Tugas ini ditulis untuk melengkapi
persyaratan mata kuliah Seminar Kelas
Dosen Pengampu Nur Nisa , M.Pd.
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN
GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI)
LUBUKLINGGAU
2016 /
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu ragam berbicara yang sering
digunakan dalam penataran, peringatan, seminar, dan perayaan dari dahulu sampai
sekarang adalah pidato. Seorang peminpin, seorang ahli, seorang guru, dan
seorang mahasiswa hendaknya berusaha memiliki keterampilan berbicara umumnya
dan memiliki kemampuan berpidato di hadapan khalayak khususnya karena bagaimana
pun pada suatu saat kita akan dituntut untuk berpidato. Pidato merupakan suatu
hal yang sangat penting baik waktu sekarang
maupun pada waktu yang akan datang,
karena pidato merupakan penyampaian dan penanaman pikiran, informasi, atau dari
gagasan pembicara kepada khalayak ramai. Seorang yang berpidato baik akan mampu
menyakinkan pendengarnya untuk menerima dan mematuhi pikiran, informasi,
gagasan, atau pesan yang disampaikan. Agar dapat berpidato dengan baik, ada
beberapa faktor yang harus diperhatikan sperti di bawah ini.
1.
Mempunyai
tekad dan keyakinan bahwa pembicara mampu menyakinkan orang lain.
2.
Memiliki
pengetahuan yang luas sehingga pembicara dapat menguasai materi dengan baik.
3.
Memiliki
pembendaharaan kata yang cukup sehingga pembicara mampu mengungkapkan pidato
dengan lancar dan menyakinkan; dan
4.
Melakukan
latihan yang intensif.
B. Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan
kita uraikan dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa itu
berpidato?
2. Apa sajakah
tujuan dari pidato?
3. Bagaimanakah
kriteria berpidato yang baik?
4. Bagaimanakah
tata cara dan etika berpidato?
5. Bagaimanakah
menulis naskah berpidato?
6. Bagaimanakah menyunting naskah pidato?
7. Bagaimanakah menyempurnakan naskah pidato berdasarkan suntingan?
8. Bagaimanakah sistematika berpidato?
9. Bagaimanakah
teknik berpidato yang efektif?
10. Apa sajakah faktor penunjang keefektifan dalam berpidato?
C. Tujuan
Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui
apa itu berpidato.
2. Mengetahui
apa tujuan pidato
3. Mengetahui
kriteria berpidato yang baik
4. Mengetahui
bagaimana tata cara dan etika berpidato
5. Mengetahui
bagaimana menulis naskah berpidato
6. Mengetahui
bagaimana menyunting naskah pidato
7. Mengetahui
bagaimana menyempurnakan naskah pidato
berdasarkan suntingan
8. Mengetahui
bagaimana sistematika berpidato
9. Mengetahui
bagaimana teknik berpidato yang efektif
10. Mengetahui
bagaimana faktor penunjang keefektifan
berpidato
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Berpidato
Berpidato merupakan salah satu wujud
kegiatan berbahasa lisan. Sebagai wujud berbahasa lisan, berpidato mementingkan
ekspresi gagasan dan penalaran dengan menggunakan bahasa lisan yang didukung
oleh aspek-aspek nonkebahasaan (ekspresi wajah, gesture, kontak pandang,dll.).
Dengan demikian berpidato adalah kegiatan menyampaikan gagasan secara lisan
dengan menggunakan penalaran yang tepat serta memanfaatkan aspek-aspek
nonkebahasaan yang dapat mendukung keefisienan dan keefektifan pengungkapan
gagasan kepada orang banyak dalam suatu acara tertentu.
Pidato ialah kegiatan berbahasa
lisan. (Cermat Berbahasa Indonesia, hal 228: 2009). Pidato adalah berucap
didepan umum untuk tujuan tertentu. (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, hal 455 :
2005). Jadi, Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara atau berorasi untuk
menyatakan pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal yang
ditujukan untuk orang banyak. Pidato biasanya dibawakan oleh seorang yang
memberikan orasi-orasi, dan pernyataan tentang suatu hal/peristiwa yang penting
dan patut diperbincangkan. Pidato adalah salah satu teori dari pelajaran bahasa
indonesia. Pidato banyak jenisnya, di antaranya, pidato sambutan yang
disampaikan pada awal sebuah acara atau pidato kenegaraan yang disampaikan oleh
presiden. Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi
orang-orang yang mendengar pidato tersebut. Kemampuan berpidato atau berbicara
yang baik di depan umum dapat membantu untuk mencapai jenjang karier yang baik.
Contoh pidato yaitu seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari besar,
pidato
pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan lain
sebagainya. Dalam berpidato, penampilan, gaya bahasa, dan ekspresi kita
hendaknya diperhatikan serta kita harus percaya diri menyampaikan isi dari pidato
kita, agar orang yang melihat pidato kita pun tertarik dan terpengaruh oleh
pidato yang kita sampaikan. Pidato adalah semacam cara penyampaian gagasan,
ide-ide, tujuan, pikiran serta informasi dari pihak pembicara kepada banyak
orang (audience) dengan cara lisan. Pidato juga bisa diartikan sebagai the art
of persuasion, yaitu sebagai seni membujuk/mempengaruhi orang lain. Berpidato
sangat erat hubungannya dengan retorika (rhetorica), yaitu seni menggunakan
bahasa dengan efektif.
B. Tujuan
Pidato
Adapun tujuan pidato secara umum adalah :
1. Informatif,
yaitu bertujuan untuk memberikan laporan, informasi, pengetahuan atau sesuatu
yang menarik untuk orang lain / pendengar.
2. Persuasif
dan instruktif, bertujuan untuk mempengaruhi, mendorong, meyakinkan dan
mengajak pendengar untuk melakukan sesuatu hal dengan suka rela.
3. Edukatif,
yaitu berupaya untuk menekankan pada aspek-aspek pendidikan.
4. Entertain,
bertujuan memberikan penyegaran kepada pendengar dan membuat pendengar itu
senang dan puas dengan pidato yang disampaikan.
C. Kriteria
Berpidato yang Baik
Pidato yang
baik ditandai oleh kriteria (a) isinya sesuai dengan kegiatan yang sedang
berlangsung, (b) isinya menggugah dan bermanfaat bagi pendengar, (c) isinya
tidak menimbulkan pertentangan sara, (d) isinya jelas, (e) isinya benar dan
objektif, (f) bahasa yang digunakan mudah dipahami pendengarnya, dan (g)
disampaikan secara santun, rendah hati, dan bersahabat.
Seseorang
harus menguasai unsur kebahasaan secara baik dan juga unsur nonkebahasaan,
misalnya keberanian, ketenangan, kesanggupan melakukan reaksi yang cepat dan
tepat, kesanggupan menyampaikan gagasan atau ide secara lancar dan teratur, dan
kesanggupan memperlihatkan sikap dan gerak-gerik yang tidak canggung.
Menurut
Gorys Keraf, ada tujuh langkah yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan
pidato yang baik.
1.
Menentukan
topik dan tujuan
2.
Menganalisis
pendengar dan situasi
3.
Memilih dan
menyimpitkan topik
4.
Mengumpulkan
bahan
5.
Membuat
kerangka uraian
6.
Menguraikan
secara mendetail
7.
Melatih
dengan suara nyaring
Ketujuh langkah tersebut diperingkas menjadi tiga langkah, yaitu
menelitih masalah (1, 2, dan 3), menyusun uraian (4, 5, dan 6), dan mengadakan latihan
(7).
D. Tata Cara dan Etika Berpidato
Tata cara berpidato merujuk kepada langkah-langkah dan
uraian untuk memula, mengembangkan, dan mengakhiri pidato. Etika
berpidato merujuk kepada nilai-nilai kepatutan yang perlu diperhtikan dan
dijunjung ketika berpidato.
Langkah-langkah dan uruttan berpidato secara umum
diawali dengan pembukaa, sajian isi, dan penutup.
1.
Pembukaan
biasanya berisi sapaan kepada pihak-pihak yang diundang atau yang hadir dalam
suatu acara. Beberapa cara yang dapat digunakan seorang pembicara untuk membuka
pidatonya: (a) Dengan memperkenalkan diri. (b) Membuka pidato dengan humor. (c)
Membuka pidato dengan pendahuluan secara umum.
2.
Sajian isi
merupakan hasil penjabaran gagasan pokok, sajian isi perlu di rinci sesuai
dengan waktu yang disediakan. Pada bagian ini pokok pembahasan ditampilkan
dengan terlebih dahulu mengemukakan latar belakang permasalahannya.Pokok
pembicaraan dikemukakan sedemikian rupa sehingga tampak jelas kaitannya dengan
kepentingan para audience.
3.
Pembahasan.
Bagian ini merupakan kesatuan, yang berisi alasan-alasan yang mendukung hal-hal
yang dikemukakan pada bagian isi. Pada bagian ini biasanya berisi berbagai hal
tentang penjelasan, alasan-alasan, bukti-bukti yang mendukung, ilustrasi,
angka-angka dan perbandingan, kontras-kontras, bagan- bagan, model, dan humor
yang relevan.
4.
Penutup
pidato berisi penegasan kembali gagasan pokok yang telah dipaparkan dalam
sajian isi, harapan, dan ucapan terima kasih atas partisipasi semua pihak dalam
acara sedang berlangsung. Penutup pidato ini terdiri atas bagian simpulan dan
harapan- harapan. a) Simpulan. Sebuah teks pidato yang baik harus memuat sebuah
kesimpulan. Kesimpulan tersebut dapat disampaikan langsung oleh orang yang
berpidato (tersurat), dapat juga pendengar menafsirkannya sendiri (tersirat).
Jika berpidato di hadapan anak-anak, umumnya simpulan disampaikan secara
langsung sebagai penekanan isi pidato. b) Harapan-harapan. Dalam sebuah teks
pidato, harapan-harapan dari orang yang berpidato pun sangat penting.
Harapan-harapan ini berisi dampak positif yang diharapkan terjadi pada
pendengar pidato setelah mendengarkan pidato yang disampaikan. e. Salam
penutup. Biasanya salam penutup ini dibarengi dengan ucapan terima kasih, permohonan
maaf, dan ditutup dengan salam penutup.
Menurut ada tidaknya persiapan sesuai dengan cara yang dilakukan waktu
persiapan ada empat macam metode pidato:
1.
Impromtu
(serta merta) yaitu membawakan pidato tanpa persiapan dan hanya mengandalkan pengalaman
dan wawasan. Biasanya dalam keadaan darurat tak terduga dan banyak menggunakan
teknik serta merta. Keuntungan dari metode ini komunikasi pembicara dengan
pendengar lebih baik dan tidak memerlukan banyak waktu untuk menghafal.
2.
Ekstemporan
yaitu teknik berpidato dengan menjabarkan materi pidato yang terpola secara
lengkap. Maksud dari terpola yaitu materi yang akan disampaikan harus disiapkan
garis-graris besar isinya dengan menuliskan hal-hal yang dianggap paling
penting untuk disampaikan. Keuntungannya: komunikasi pendengar akan berkurang
karena pembicara beralih kepada usaha untuk mengingat kata-kata yang akan
disampaikan dan gerak serta isyarat dapat diintegrasikan dengan uraian.
Kerugiannya: kata-kata yang akan digunakan dapat dipilih dengan sebaik-baiknya
dan pembuatan naskah membutuhkan waktu lebih lama.
3.
Memoriter
merupakan metode pidato dengan menulis pesan atau gagasan yang akan disampaikan
dan kemudian menghafalkannya kata demi kata. Kerugiannya:
a.
Pembicara tidak
dapat melihat pendengar dengan baik, karena harus fokus juga kepada naskah
pidatonya.
b.
Komunikasi
pendengar akan berkurang karena pembicara tidak berbicara langsung kepada
mereka.
c.
Kefasihan
terhambat karena kesukaran memilih kata-kata.
Sedangkan keuntunganya:
a.
Tidak ngawur
atau asal-asalan.
b.
Kefasihan
dalam berbicara dapat dicapai.
c.
Pernyataan
yang disampaikan dapat dihemat.
d.
Kata-kata
yang digunakan dapat dipilih dengan sebaik-baiknya.
e.
Manuskrip
dapat diperbanyak.
Nilai-nilai yang perlu diperhatikan dalam berpidato
yaitu janganlah menyinggung perasaan orang lain tetapi sebaliknya berupa
menghargai dan membangun optimisme bagi pendengarnya, keterbukaan, kejujuran,
empati, dan persahabatn perlu diusahakan dalam berpidato.
Adapun tata krama dalam berpidato diantarnya:
1.
Jika
berpidato di hadapan umum, hendaknya memperhatikan tiga hal berikut ini:
a.
berpakaian
dengan rapi dan bersih, tetapi, tidak bergayapamer dengan memakai perhiasan
atau pakaian yang berlebihan.
b.
menggunakan
kata-kata sopan dan jangan memperlihatkan keangkuhan, kesombongan, atau,
kepongahan, tetapi dengan rendah hati.
c.
jika pidato
panjang, agar tidak membosankan pendengar hendaknya diselingi humor, namun
humor itu harus sopan.
2.
Jika
berpidato di hadapan wanita atau sebagian besar wanita dan yang berpidato pria,
perhatikanlah kata-kata yang digunakan, hendaknya jangan sampai menyinggung
perasaan.
3.
Bila
berpidato di hadapan orang-orang terkemuka, hendaknya mempersiapkan diri dengan
sempurna; dengan demikian keyakinan kita akan tumbuh; selain itu kita tidak
perlu merasa rendah diri.
4.
Jika
berpidato di hadapan sesama golongan, kita harus terbuka dan terus terang dan
dapat agak santai, namun jangan melupakan tata krama.
5.
Jika yang
mendengarkan pidato kita itu pelajar atau mahasiswa, kita harus mampu
menyakinkan mereka argumentasi yang logis.
6.
Jika
berpidato di hadapan pemeluk suatu agama, kita harus menjaga jangan sampai ada
satu ucapan pun yang menyinggung martabat suatu agama.
7.
Jika yang
mendengarkan pidato kita itu masyarakat desa, gunakanlah kata-kata atau kalimat
yang sederhana sehingga pidato kita itu mudah dimengerti.
E.
Menulis
Naskah Berpidato
Menulis naskah pidato perlu
dilakukan apabila kegiatan pidato yang akan dilakukan memang dipersiapkan
sebelumnya. Akan tetapi, apabila kegiatan berpidato itu dilakukan secara
spontan tentu tidak perlu menulis naskah pidato sebelum kegiatan pidato
dilakukan. Menulis naskah pidato hakikatnya dalah menuangkan gagasan ke dalam
bentuk bahasa tertulis yang siap dilisankan melalui kegiatan berpidato. Pilihan
kosa kata dan kalimat-kalimat serta paragraf dalam menulis naskah pidato
sesungguhnya tidak jauh berbeda apabila dibandingkan dengan kegiatan menulis
untuk menghasilkan naskah lain. Situasi resmi atau kurang resmi akan menentukan
pilihan kosa kata dalam menulis naskah pidato. Dengan demikian, sekalipun
naskah pidato itu merupakan bahan tulis yang akan dilisankan, sehingga konteks
kelisanan perlu diperhatikan.
F.
Menyunting naskah pidato
Isi, bahasa,
dan penalaran dalam naskah pidato menjadi sasaran penyuntingan. Isinya
dicermati kembali apakah telah sesuai dengan tujuan pidato, calon pendengar,
dan kegiatan yang digelar. Selain itu, isinya juga dipastikan apakah benar,
representatif, dan mengandung informasi yang relevan dengan konteks pidato.
Penyuntingan terhadap bahasa diarahkan pada pilihan kosa kata, kalimat, dan
penyusunan paragraf. Ketepatan pilihan kosa kata, kalimat, dan satuan-satuan
gagasan dalam paragraf menjadi perhatian utama dalam kegiatan penyuntingan ini.
Sedangkan penalaran dalam naskah pidato juga disunting untuk memastikan apakah
isi dalam naskah pidato telah dikembangkan dengan menggunakan penalaran yang
tepat, misalnya dengan pola induktif, deduktif, dan campuran.
G.
Menyempurnakan naskah pidato berdasarkan suntingan
Menyempurnakan
naskah pidato setelah disunting, baik oleh penulis sendiri maupun orang lain,
perlu dilakukan. Penyempurnaan itu diarahkan kepada aspek isi, bahasa, dan
penalaran. Penyempurnaan aspek bahasa dilakukan dengan mengamati kosa
kata yang lebih tepat dan menyempurnakan kalimat dengan memperbaiki struktur
dan gagasannya. Sementara itu penyempurnaan paragraf dilakukan dengan
memperbaiki koherensi dan kohesi peragraf. Untuk itu, penambahan kalimat,
penyempurnaan kalimatatau penghilangan kalimat perlu dilakuka.
H.
Sistematika berpidato
Secara garis
besar sistematika berpidato adalah seperti berikut ini.
1.
Mengucapkan salam pembuka dan menyapa hadirin;
2.
Menyampaikan pendahuluan yang biasanya dilahirkan
dalam ucapan terima kasih, atau ungkapan kegembiraan atau rasa syukur;
3.
Menyampaikan isi pidato yang diucapkan dengan jelas
dengan menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar dan dengan gaya bahasa
yang menarik;
4.
Menyampaikan kesimpulan dari isi pidato supaya mudah
diingat oleh pendengar;
5.
Menyampaikan harapan yang berisi anjuran atau ajakan
kepada pendengar untuk melaksanakan isi pidato; dan
6.
Menyampaikan salam penutup.
I.
Teknik
Berpidato Yang Efektif
Pidato dapat disampaikan dalam dua
cara, yakni pidato tanpa teks dan pidato dengan membacakan teks. Pidato tanpa
teks disebut juga dengan pidato ekstemporan. Pidato ini dilakukan dengan cara
menuliskan pokok-pokok pikirannya. Kemudian ia menyampaikannya dengan
kata-katanya sendiri. Ia menggunakan catatan itu untuk mengingatkannya tentang
urutan dan ide-ide penting yang hendak disampaikan, metode ekstemporan dianggap
paling baik, karena itu pidato Inilah yang sering digunakan oleh banyak
pembicara. Pidato dengan membacakan teks disebut juga pidato naskah. Dalam hal
ini juru pidato membacakan pidato yang telah dipersiapkannya terlebih dahulu.
Pidato dengan membacakan teks, akan terkesan kaku apabila kita tidak
pandai-pandai dalam menyampaikannya. Apalagi bila kegiatan tersebut tanpa
disertai dengan ekspresi, intonasi suara,dan kesiapan mental yang memadai,
pidato yang kita sampaikan betul-betul tidak menarik. Efektivitas pidato
dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya pelafalan, intonasi, nada, dan
sikap berpidato.
1.
Lafal adalah
ucapan bunyi-bunyi bahasa. Setiap bahasa cenderung mempunyai karakteristik
bunyi tertentu, oleh karena itu ketika berpidato dalam bahasa Indonesia
pembicara harus menggunakan lafal baku yang dimiliki oleh bahasa Indonesia.
2.
Intonasi
mempunyai dua fungsi pokok: Pertama, intonasi menentukan makna kalimat yang
kita ucapkan, dengan intonasi yang berbeda, klausa sama dapat menjadi kalimat
berita, tanya, atau perintah hanya karena perbedaan intonasi kalimat. Berdiri
dengan rileks, jangan tegang atau kaku. Kedua, intonasi dapat mempengaruhi daya
persuasi pidato. Dengan penggunaan intonasi yang tepat pembawa pidato dapat
membujuk, mempengaruhi atau meyakinkan pendengarnya. Oleh karena itu daya tarik
pidato juga sangat ditentukan ketetapan penggunaan intonasinya.
3.
Nada adalah
tinggi atau rendahnya suara ketika berpidato. Kualitas nada biasanya ditentukan
oleh cepat atau lambatnya pita suara bergetar, jika pita suara bergetar cepat
maka nada yang dihasilkan akan tinggi, tetapi jika pita suara bergetar lambat,
nada yang dihasilkan adalah rendah. Dalam proses berpidato nada mempunyai fungsi
yang cukup penting, walaupun dalam bahasa Indonesia nada tidak bersifat
distingtif, tatapi penggunaannya dapat mempengaruhi daya tarik dan efektifitas
pidato. Untuk itu penggunaan nada tertentu dalam pidato tidak bisa sewenang-
wenang, penggunaannya didasari oleh kesadaran akan fungsinya di dalam
mengefektifkan proses penyampaian dan pemahaman pidato. Pidato yang efektif
biasanya menggunakan nada yang bervariasi.Variasi nada ini sejalan dengan
beragam kalimat yang digunakan dalam pidato itu, ketika isi pidato mengajak
seseorang untuk bangkit dari keterpurukan, maka nada tinggi lebih tepat untuk
digunakan. Namun manakala beralih kepada duka cita, maka nada tinggi bukanlah
pilihan yang tepat. Dengan kata lain penggunaan nada yang tinggi atau rendah
sangat ditentukan oleh isi kalimat yang dituturkan serta harus sesuai dengan
keadaan.
4.
Sikap
merupakan unsur non bahasa, tetapi sangat mempengaruhi efektifitas pidato,
sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi seseorang terhadap diri dan
lingkungannya. Berikut ini beberapa bentuk sikap yang baik dilakukan pada saat
berpidato :
a.
Sopan.
b.
Menghargai
pendengar dan menciptakan rasa bersahabat.
c.
Pandangan
harus tertujuh kepada seluruh pendengar.
d.
Hindarkan
gerakan yang dapat mengganggu konsentrasi pendengar.
e.
Ciptakan
rasa humor yang sehat.
f.
Gunakan
mimik dan gerakan tubuh secara wajar.
J.
Faktor penunjang keefektifan berpidato
Ada empat
hal yang perlu diperhatikan agar pidatonya sukses.
1.
Pembicara dituntut seseorang yang bermoral. Jika
pembicara bermoral tidak baik dan diketahui oleh pendengar, maka pendengar akan
mencemooh.
2.
Pembicara hendaknya sehat jasmani dan rohani sehingga
penampilannya dapat bersemangat, gagah, dan simpatik. Jangan sekali-kali
menunjukkan fisik yang lemah dihadapan khalayak.
3.
Sarana yang diperlukan hendaknya cukup menunjang,
misalnya publikasi; jika pidato disampaikan di hadapan massa, pengeras suara
yang memadai, waktu, dan tempat harus sesuai.
4.
Jika berpidato di hadapan massa, harus diperhatikan;
volume suara, tingkat pengetahuan massa, keadaan sosial, kebiasaan, adat
istiadat, dan agama, waktu berbicara tidak begitu lama, pembicara harus sabar
dan menyesuaikan gaya dengan massa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pidato merupakan kegiatan berbicara atau berorasi
untuk menyatakan pendapat di depan umum.Adapun tujuan dalam berpidato ialah
untuk memberi pemahaman dan informasi kepada orang lain, serta fungsinya untuk
mempermudah komunikasi. Dalam praktiknya pidato disampaikan oleh seseorang
pimpinan pada khalayak ramai. Dalam berpidato ada tata caranya mulai diawali
dengan pembukaan, penyampaian isi dan penutup serta bagaimana kita bersikap dan
berbicara yang baik di muka umum.Metode yang dapat kita gunakan untuk berpidato
diantaranya Impromptu (serta merta),
Manuskrip, Memoriter dan Ekstemporan.
1.
Berpidato
merupakan kegiatan menyampaikan gagasan secara lisan dengan menggunakan
penalaran yang tepat serta memanfaatkan aspek-aspek nonkebahasaan yang dapat
mendukung keefisienan dan keefektifan pengungkapan gagasan kepada orang banyak
dalam suatu acara tertentu.
2.
Pidato yang
baik ditandai oleh kriteria tujuh hal, yaitu:
a)
isinya
sesuai dengan kegiatan yang sedang berlangsung,
b)
isinya
menggugah dan bermanfaat bagi pendengar,
c)
isinya tidak
menimbulkan pertentangan sara,
d)
isinya
jelas,
e)
isinya benar
dan objektif,
f)
bahasa yang
digunakan mudah dipahami pendengarnya, dan
g)
disampaikan
secara santun, rendah hati, dan bersahabat.
3.
Menurut
Gorys Keraf, ada tujuh langkah yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan
pidato yang baik.
a.
Menentukan
topik dan tujuan.
b.
Menganalisis
pendengar dan situasi.
c.
Memilih dan
menyimpitkan topik.
d.
Mengumpulkan
bahan.
e.
Membuat
kerangka uraian.
f.
Menguraikan
secara mendetail.
g.
Melatih
dengan suara nyaring.
4.
Menulis
naskah pidato hakikatnya adalah menuangkan gagasan ke dalam bentuk bahasa
tertulis yang siap dilisankan melalui kegiatan berpidato.
B.
Saran
Diharapkan setelah mempelajari dan
memahami makalah ini, mahasiswa dapat mengetahui cara berpidato yang baik, dan mahasisawa
dapat mengembangkan kemampuan berpidato serta diharapkan tampilan mahasiwa
dalam berpidato benar-benar menunjukkan kualitas sebagai insan yang terpelajar.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Montefiore, Simon Sebag. 2009. Pidato-pidato yang mengubah dunia.
Surabaya: Erlangga.
Ramly, dkk. 2013. Pengembangan
Kepribadian Bahasa Indonesia. Makassar:
UNM.
https://t-okes.blogspot.com https://www.facebook.com/tomy.okes.77
Assalamualaikum Wr. Wb.
Kepada Bapak Kepala Sekolah yang saya hormati, Bapak wali kelas yang saya hormati, juga dewan guru yang saya hormati, tak lupa juga kepada rekan-rekan kelas 3 yang saya cintai.
Pertama, marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kita kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan nikmatnya berupa kesehatan sehingga pada kesempatan kali ini kita bisa berkumpul disini dalam rangka memperingati hari sumpah pemuda.
Kepada Bapak Kepala Sekolah yang saya hormati, Bapak wali kelas yang saya hormati, juga dewan guru yang saya hormati, tak lupa juga kepada rekan-rekan kelas 3 yang saya cintai.
Pertama, marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kita kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan nikmatnya berupa kesehatan sehingga pada kesempatan kali ini kita bisa berkumpul disini dalam rangka memperingati hari sumpah pemuda.
Rekan-rekan dan hadirin yang saya cintai.
Jika kita melihat kenyataan sekarang, orang-orang yang dimanjakan oleh zaman. Kemajuan tekhnologi yang semakin tinggi ini semakin “meninabobokan” kita sehingga tertidur lelap. Telivisi sudah memakai remote, handphone sudah memiliki fasilitas yang lengkap. Kendaraan yang sudah semakin lengkap dan banyak. Semuanya serba bisa kita temukan di zaman sekarang.
Namun dibalik semua itu muncul suatu kebiasaan baru yaitu kebiasaan bermalas-malasan. Semua kemudahan membuat kita malas untuk melakukan hal-hal yang dianggap sulit.
Jika hal ini kita biarkan tentunya dapaknya akan sangat buruk bagi mereka dan masa depan mereka. Kita bagi kaum muda juga harus mewaspadai penyakit malas ini. Penyakit malas ini sangat berbahaya bagi masa depan kita. Lambat laun kemalasan akan membuat kita tidak bisa berbuat apa-apa ketika kita dihadapkan dengan kerasnya kehidupan.
Rekan-rekan saya yang saya banggakan, maka dari itu mulai saat ini marilah kita singsingkan lengan baju dan bangkitkan semangat kita. Jangan biarkan rasa malas membelenggu kita. Jangan biarkan rasa malas mengungkung kita sehingga kita menjadi generasi pengecut, menjadi generasi yang lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Kita harus bisa menjadi generasi yang bisa diandalkan dan dibanggakan. Kita harus mampu menjadi agen pembaharu lingkungan kita. Masa muda adalah masa yang penuh semangat, masa muda adalah masa yang penuh gairah. Mari kita bertindak ke arah yang positif. Kita buat diri kita menjadi contoh kebaikan yang mampu menularkan semangat kepada rekan-rekan kita yang lain.
Mungkin cukup sekian yang dapat saya sampaikan, semoga lain kali kita bisa berjumpa lagi. Mohon maaf jika ada salah kata atau kata-kata yang kurang berkenan.
Saya ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Jika kita melihat kenyataan sekarang, orang-orang yang dimanjakan oleh zaman. Kemajuan tekhnologi yang semakin tinggi ini semakin “meninabobokan” kita sehingga tertidur lelap. Telivisi sudah memakai remote, handphone sudah memiliki fasilitas yang lengkap. Kendaraan yang sudah semakin lengkap dan banyak. Semuanya serba bisa kita temukan di zaman sekarang.
Namun dibalik semua itu muncul suatu kebiasaan baru yaitu kebiasaan bermalas-malasan. Semua kemudahan membuat kita malas untuk melakukan hal-hal yang dianggap sulit.
Jika hal ini kita biarkan tentunya dapaknya akan sangat buruk bagi mereka dan masa depan mereka. Kita bagi kaum muda juga harus mewaspadai penyakit malas ini. Penyakit malas ini sangat berbahaya bagi masa depan kita. Lambat laun kemalasan akan membuat kita tidak bisa berbuat apa-apa ketika kita dihadapkan dengan kerasnya kehidupan.
Rekan-rekan saya yang saya banggakan, maka dari itu mulai saat ini marilah kita singsingkan lengan baju dan bangkitkan semangat kita. Jangan biarkan rasa malas membelenggu kita. Jangan biarkan rasa malas mengungkung kita sehingga kita menjadi generasi pengecut, menjadi generasi yang lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Kita harus bisa menjadi generasi yang bisa diandalkan dan dibanggakan. Kita harus mampu menjadi agen pembaharu lingkungan kita. Masa muda adalah masa yang penuh semangat, masa muda adalah masa yang penuh gairah. Mari kita bertindak ke arah yang positif. Kita buat diri kita menjadi contoh kebaikan yang mampu menularkan semangat kepada rekan-rekan kita yang lain.
Mungkin cukup sekian yang dapat saya sampaikan, semoga lain kali kita bisa berjumpa lagi. Mohon maaf jika ada salah kata atau kata-kata yang kurang berkenan.
Saya ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb
0 komentar:
Posting Komentar